Kamis, 17 Desember 2015

Buah Penyembuh Mata Minus (Herbal)



Sebagian dari anda (para pembaca) mungkin sudah tahu atau pernah melihat buah yang satu ini, Namanya buah Cemongkak (Nama di Kab. Banjarnegara). Bagi anda yang menyukai makanan lalapan mungkin pernah menyantap buah tersebut karena biasanya disebagian daerah, buah Cemongkak sering disajikan dalam porsi makanan lalapan.
Nama latin dari buah Cemongkak adalah Solanum torvum. Sebagian Negara luar menyebutnya dengan nama turkey berry atau juga disebut mini-eggplant. Buah ini berbentuk bulat kecil kecil yang mirip dengan leunca. Buah ini berwarna hijau ketika masih muda dan kuning ketika sudah mulai masak atau tua.
Di Indonesia sendiri buah ini disebut dengan terong pipit atau rimbang. Sebagian orang jawa menamainya cepokak. Buah Cemongkak masuk dalam kategori terong terongan sehingga pohonya bisa dijadikan untuk menyambung pohon terong. Adapun manfaat pohon terong yang disambung dengan pohon Cemongkak adalah bisa tumbuh besar dan berbuah banyak selama beberapa tahun.
Kita Kembali lagi ke pokok pokok pembahasan mengenai buah Cemongkak. sebagian besar dari anda mungkin belum tahu jika ternyata pohon Cemongkak memiliki banyak manfaat bagi kesehatan tubuh manusia. Salah satu kegunaanya adalah buah ini dapat berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit minus tanpa harus berobat kedokter.
Nah bagi anda khususnya para penderita mata minus ada baiknya untuk mengobatinya dengan menggunakan buah ini. tak perlu ragu tentang kebenaranya, karena buah Cemongkak sendiri sudah beberapa kali dilakukan pengujian di laboratorium. Dan yang pasti hasil dari pengujian tersebut ternyata cukup memuaskan yaitu buah Cemongkak memiliki kandungan vitamin A seperti halnya buah wortel sehingga sangat berkhasiat untuk kesehatan mata.
Setelah membaca uraian diatas, khusus bagi anda yang kebetulan belum tahu ataupun belum pernah melihat serta belum pernah memakanya, pasti akan bertanya lebih banyak lagi tentang keberadaan buah tersebut.oleh sebab itu, Untuk menjawab rasa penasaran anda terhadap buah Cemongkak, dibawah ini akan kami jelaskan lebih lanjut tentang buah Cemongkak serta beberapa manfaat Cemongkak untuk kesehatan tubuh.
Dimana saya bisa menemukan buah Cemongkak
Buah Cemongkak biasanya tumbuh dengan sendirinya di pekarangan rumah, di kebun serta di sawah sawah. Artinya pohon ini tidak pernah ditanam secara masal oleh para petani karena memang buahnya tidak memiliki daya jual yang tinggi. Meskipun begitu ada juga beberapa orang yang sengaja menanam buah ini sekedar untuk lalapan ataupun bahan obat herbal.
Bagaimana cara penggunaan buah ini untuk pengobatan mata minus?
Anda bisa memakan buah Cemongkak 5- 10 biji setiap hari secara teratur dalam jangka waktu beberapa bulan hingga sampai minus pada mata anda benar benar berkurang. Jika ingin cara yang lebih signifikan anda bisa membuat buah Cemongkak menjadi jus dan kemudian meminumnya dalam jumlah yang lebih banyak setiap satu atau dua Minggu sekali. Asalkan dibarengi dengan mengurangi melihat kaca yang beradiasi seperti TV, Handphone, ataupun laptop minus mata anda akan segera berkurang.
Seperti apa Rasanya Buah Cemongkak ?
Tidak ada jamu yang manis atau tidak ada obat yang enak begitu dalam peribahasa, seperti halnya jamu dan obat, Buah Cemongkak memiliki rasa yang tidak enak dimulut serta pahit. Tapi jangan anda lihat pahitnya, yang terpenting adalah kesembuhan penyakit anda. Jika sudah tidak ada obat yang manis untuk kesembuhan penyakit mata minus anda, kenapa yang pahit juga nggak dicoba.
Selain memiliki kandungan Vitamin A yang berguna untuk sembuhkan mata minus. pohon serta buah Cemongkak ternyata juga kaya dengan kandungan kimia. Diantaranya, Pada buah mentahnya mengandung klorogenin, sisalogenone, solasonin dan torvogenin. pada buah keringnya mengandung 0.1 % solasonin, daunya mengandung neo-cholorogenin, serta panicolugenin yang berkhasiat untuk menyembuhkan penyakit sakit kepala, dan jantung berdebar. Pada akarnya mengandung jurubine. Banyaknya kandungan kimia tersebut membuat Cemongkak mempunyai banyak manfaat bagi kesehatan seperti dapat melancarkan sirkulasi darah sehingga bagi para perempuan yang sedang mengalami haid tidak teratur bisa juga mengobatinya dengan buah Cemongkak. Khasiat lainya yaitu dapat mengobati sakit pinggang dan nyeri di dada serta dapat juga digunakan sebagai anti-oksidan dan anti-radang. Demikian semoga bermanfaat


Rabu, 30 September 2015

Obat Sakit gigi Hanya Butuh 7 Menit Hilangkan Sakit Gigi, Begini Caranya!



Obat Sakit gigi Hanya Butuh 7 Menit Hilangkan Sakit Gigi, Begini Caranya!

Siapapun tentu tidak menyukai penyakit yang satu ini, karena selain sakitnya yang luar biasa juga bisa membuat anda susah makan. Orang yang menderita sakit gigi tidak segan-segan menangis karena tak tahan dengan sakitnya, bahkan bukan hanya gigi saja yang terasa sakit tapi juga anggota badan lainnya terutama kepala.


Bagaimana mengobatinya? banyak obat medis yang bisa diminum, baik obat warung maupun obat dengan resep dokter. Namun sebenarnya ada trik jitu untuk menyembuhkan sakit gigi dalam waktu yang relatif sangat singkat tanpa harus meminum obat. Ya, hanya kira-kira 7 menit sakit gigi anda hilang. anda pasti penasaran bukan?

Tips ini sudah melalui tahapan penelitian di Kanada sejak tahun 80-an. Penelitian ini pun berhasil
menemukan sebuah cara yang dinilai paling ampuh hilangkan rasa sakit gigi dalam waktu sesingkat mungkin.

Hasil dari penelitian tersebut menjelaskan bahwa es batu bisa hilangkan sakit gigi, jadi anda tak perlu repot-repot minum obat atau pergi ke dokter, cukup dengan es batu saja rasa sakit gigi anda hilang seketika. bagaimana caranya? kali ini anda tak perlu buka mulut, anda hanya perlu meletakan es batu tersebut diatas tangan dibagian sela antara jempol dan telunjuk selama 5-7 menit.


Mengapa demikian? karena daerah tersebut ternyata merupakan tempat yang menjadi ujung syaraf yang terhubung dengan pusat nyeri di otak. Anda hanya cukup menggosok-gosokan es batu di titik tersebut maka dalam waktu 7 menit, rasa nyeri pada gigi anda akan hilang.

Silakan coba dan buktikan, bagikan tips ini keteman-teman yang membutuhkan, terutama mereka yang sering-sering sakit gigi, dengan membagikan artikel ini anda sudah membantu banyak orang.

KUMPULAN PRANOTOCORO NGANTEN LENGKAP



Adicara Midodareni
Tuladha Pranatacara Adicara Midodareni
Nuwun.
Sahyaning poro rawuh ingkang kinurmatan, kawuryan saking mandrowo risang calon temanten miwah sapengombyong sampun arso prapto ing wismaning pamengku gati, praptaning calon panganten miwah pengombyong ngaturaken pambagyo kawilujengan.
Gendhing ladrang sri wilujeng )

Naliko samono risang calon penganten kakung miwah pangombyong sampun kepareng satataning lampah, sinengkuyung mring para kadang miwah santono, karsanipun bapak/ibu……… ingkang arso bebesanan kaliyan bapak/ibu…….. Kawuryan saking mandrowo kathiti ngasto saniskaraning ubo rampe srah srahan, manekowarni wujud lan warnaniro,

Wus tinoto lampahing risang calon penganten kakung miwah pangombyong, ingkang wonten ing ngarso nun ninggih tetungguling lampah bapak………
Sapungkurnyo bapak/ibu……. Nganthi risang calon panganten kakung nun ninggih bagus………… lampahiro kadereaken para kadang santono kang sawego jumurung mring karsaning kang arso bebesanan,
Ing driyo baraya agung bapak/ibu……… tansah amuji syukur mring ngarsaning Pangeran awit tindakiro sampun jinangkung mring Gusti Kang Maha Welas lan asih, rahayu widodo lampahnyo saking tlatah……….. Dumugi wonten ing……….. Nenggih ing wismanipun sang pamengku gati bapak/ibu……..
Dupi uningo praptaning calon besan sabregodo, bapak/ibu………miwah kulowargo age age mangayubagyo kanthi ajejawat asto, sarwo sarwi mranani ing galih, esem tansah sinungging ing lathi mratandhani sukaning galih sang pamengku gati, kadi pundi to datan suko …? Calon besan sampun kasdu nganthi sang abagus…….. Calon penganten kakung, rawuhipun calon besan sakulowargo tumuli kaaturaken palenggahan ingkang sampun cumawis.
Naliko samono bapak………kang pinatah dados manggalaning lampah suko sasmito mring para kadang mudho, amrih mratitisaken ing satataning sasono, ngayahi tumapaking adicoro, poro tamu kepareng lenggah ing papan ingkang piniji.

( Gendhing sigeg )
Keparengo kulo ingkang kajibah mratitisaken tata rakiting adicoro, menggah adicoro ing ndalu meniko rinacik mekaten :

Ingkang sepisan pambuko, adicoro ingkang kaping kalih atur pambagyo harjo, saparipurnaning adicoro pambagyo harjo, ngancik titi laksono wedhar tumanggaping gati minongko adicoro ingkang kaping tigo miwah kaping sekawan, kalajengaken lung tinampi srah-srahan minongko adicoro ingkang kaping gangsal, adicoro ingkang kaping enem inggih meniko tilik nitik, kalajengaken kembul bujono minongko titi laksono ingkang kaping pitu.

Titi laksono salajengipun atur pamit saking kulowargo calon besan sarto badhe tinanggap mring pamengku gati, pethiting titi laksono, calon penganten kakung badhe pinaringan busono kancing gelung, wondene kapungkasan kanthi panutup.
Mekaten kolowau menggah adicoro ing ndalu puniko sumonggo adicoro binuko kanthi dedungo, dedungo manut agami lan kapitayanipun piyambak piyambak sumonggo kulo dereaken,
( dedungo )

Matur nuwun, mugi Gusti kang Mahakwoso kerso paring sih nugroho satemah tumapaking karyo saged kalis sambikolo.

Poro tamu ingkang kinurmatan, sawetawis panjenengan lenggah, pramilo kepareng ingkang hamengku gati bapak/ibu…… badhe ngaturaken pambagyoharjo, dene ingkang minongko wakilipun nun ninggih bapak…….dumateng bapak…sumonggo..

Matur nuwun wonten ngarsanipun bapak…….tumuli kalajengaken wedharing gati, saking kulowargo calon besan, dene ingkang kepareng mbabar pangandikan nun ninggih bapak……….. Sasana miwah pandyasworo kulo sumanggaaken.

Wedharing gati sampun kababar mring panjenenganipun bapak.. …….salajengipun keparengo bapak…….dipun ampingi bapak/ibu……. Nampi sedoyo syarat srah srahan paningset, dipun awiti kanthi ajejawat asto, sumonggo ingkang sepisan pisang sanggan katuraken bapak…………. Dhumateng bapak….pisang sanggan kalajengaken kaaturaken ibu pamengku gati, amrih jangkeping gambar foto miwah video kepareng bapak/ibu……….. Nampi piyambak sedoyo uborampe srah srahan ,,,,sumonggo.

Sampun paripurno, kepareng sedoyo lenggah ing papan piniji, kajawi panjenenganipun  bapak………..minongko wakilipun bapak………….pamengku  gati,
Kanthi dipun ampingi bapak/ibu……… kepareng bapak…….mbabar pangandikan tumanggap wacono mring calon besan, sumonggo.

Wedhar tumanggaping gati sampung paripurno, awit saking keparengipun ingkang pamengku gati sukaning galih, panjenengan kaaturaken kembul bujono kanthi ladhi pribadhi utawi prasmanan.

Mligi kangge ibu-ibu saking kulowargo calon besan saderengipun kembul bujono kepareng tilik nitik ( niti prekso ) kados pundhi kasaptanipun calon penganten putri wonten ing panthi busono, sumonggo keparengo poro pinisepuh ngrumiyini amrih ingkang mudho mboten jaguh prakewuh, tumuli kepareng kulo badhe mbabar menggah tumuruning wahyu kembar mayang.
( Ibu ibu tilik nitik, tamu dhahar, pranotocoro ngaturaken :
Cariyos  tumuruning kembang mayang )

Wus paripurno kembul bujono, lah mekaten cariyos kembar mayang, pramilo sampun dugi wancinipun kalamun kulowargo calon besan ngersa aken kondur, pramilo dhumateng bapak……….. Kerso’o jengkar saking palenggahan badhe mundut pamit …sumonggo.

Tumanggaping atur pamitan badhe kasariran bapak……sumonggo.
Salajengipun kepareng bapak/ibu…….. Jumeneng jajar aben ajeng kaliyan calon penganten kakung, bapak …… badhe paring busono kancing gelung dhumateng dhimas……….. Mekaten to pangandikane lamun kawijil ing lisan :
Bapak : “ Nakmas…….. Maragage tampanono busono kancing gelung ikiminongko busananiro, lamun siro ngayahi wajib ing dino sesuk…”
C.P Kakung : “ Sendiko bapak……..kulo tampi sarto nyuwun tambahing  pangestu…”
Dene ingkang ibu……. Badhe ngaturaken angsul angsul ( oleh oleh ) kunjuk calon besan, pramilo sumonggo ibu …….. Ingkang kepareng makili kulowargo besan kepareng nampi.

Kanthi mekaten sampun paripurno adicoro midodareni ing ndalu puniko, kulo sakadang ngayahi kalamun wonten solah bowo miwah muna muni ingkang kirang mranani ing penggalih panjenengan sami poro tamu kulo hamung dedepe nyuwun sih samudro pangaksomo, kulo pribadi minongko pambiworo kalamun  wonten kithaling lathi miwah boso, ceweting ukoro mugi paduko poro tamu kerso paring pangaksomo, ing wasono sugeng kondur, sugeng ndalu.
Nuwun.

ADICARA SIRAMAN CALON PENGANTEN

MAKNA SEKAR DHANDHANGGULA SIRAMAN

Di dalam tradisi Jawa, khususnya di dalam rangkaian tatacara pernikahan, dikenal adanya upacara siraman. Upacara siraman adalah sebuah upacara yang dilaksanakan untuk membuka rangkaian acara pernikahan, yaitu dengan memandikan calon pengantin. Pelaksanaan upacara ini biasanya sehari sebelum upacara temu/panggih dilaksanakan.

Meski akhir-akhir ini sudah jarang ditemui, di dalam upacara siraman biasanya dilantunkan Sekar/Tembang Macapat Dhandhanggula Siraman. Tembang tersebut digunakan untuk mengiringi ketika calon pengantin dimandikan. Bukan hanya sebagai pemanis, namun pelantunan Sekar Dhandhanggula Siraman tersebut dimaksudkan sebagai doa, permohonan, harapan, serta petuah bagi calon pengantin. Itulah salah satu kelebihan orang Jawa, yang mampu merakit banyak hal di dalam sebuah tembang.

Sekar/Tembang/Lagu Macapat Dhandhanggula Siraman terdiri dari 7 pada (bait). Hal ini disesuaikan dengan jumlah beborèh (lulur) yang digunakan pada saat memandikan pengantin, dimana masing-masing dibedakan menurut warna.
Adapun warna beborèh tersebut adalah merah (rekta), hitam (langking), kuning (jenar), biru, ungu (wungu), putih (séta), dan hijau (wilis). Di dalam penggunaannya juga tidak asal saja, melainkan diurutkan dari merah, hitam, kuning, biru, ungu, putih, dan terakhir hijau.

Masing-masing warna memiliki makna, maksud, dan tujuan tersendiri, seperti yang terungkap di dalam Sekar

Dhandhanggula Siraman
·         Gya siniram hangganya Sang Putri, Tirta wening kang amawa cahya, Beborèh rekta warnané, Ginosok hangganipun, Sinarengan mantra kang mijil, Larut memalanira, Ngaléla dinulu, Watak setya tinarbuka, Tangguh tanggon teguh tumanggaping kardi, Santosa budinira.
Segeralah disiram tubuh sang putri, Dengan air jernih yang berkilauan, Diluluri dengan lulur berwarna merah, Sembari digosok badannya, Disertai dengan doa dan pujian syukur yang terucapkan, Larutlah segala sakit dan luka, Sungguh mempesona bila dipandang, Berwatak setia dan terbuka, Tangguh, bisa dipercaya, teguh, cekatan dalam menyelesaikan pekerjaan/kewajiban, Sentosa/kuat dalam berpendirian.
·         Sumamburat cahyanya nelahi, Ngégla cetha katon angaléla, Datan sisip pamawasé, Langking beborèhipun, Puji harja mijil pangèsthi, Prawira watakira, Luhur budinipun, Tuhu tresna mring sasama, Luluh lulus lila legawa tan lali, Kalis ing sambékala.
Samar-samar terlihatlah cahaya menyinari, Tampak indah mempesona, Hitam warna lulurnya, Doa mohon keselataman terucapkan, Berwatak berani laksana ksatria, Berbudi pekerti luhur, Sungguh-sungguh mengasihi sesama, Pandai membaur, tulus, sert selalu berbuat baik dengan ikhlas dan sepenuh hati, Terhindar dari segala marabahaya.
·         Angenguwung malengkung kaèksi, Gilar-gilar sumunar ing warna, Mancorong jenar urubé, Warna jenar puniku, Watak sabar ingkang pinanggih, Utama lan narima, Waspadèng pandulu, Mardu mardawa micara, Mawuhara tata, titi, tatas, titis, Dadya tepa tuladha.
Tampak membubung tinggi seolah melengkung, Bersinar terang dalam nuansa warna, Berpijar cahaya berwarna kuning, Warna kuning itu melambangkan watak yang selalu sabar, Berperilaku terpuji dan berserah diri kepada kehendak Tuhan, Memiliki sifat dan sikap yang selalu waspada dan hati-hati, Lemah-lembut dan menyenangkan dalam berbicara, Dalam bercakap-cakap menggunakan bahawa yang baik, berhati-hati, serta tiada hal penting yang terlewatkan, Sehingga mampu  menjadi suri-teladan.
·         Katon  padhang  sumilaking  warni, Surya, candra, daru lan kartika, Dadya sajuga soroté, Beborèh warna biru, Setya tuhu ajrih lan asih, Tresna marang sudarma, Bekti watakipun, Trap susila anuraga, Datan sisip nggènira manembah Gusti, Bagya mulya sinedya.
Tampaklah terang benderang dalam nuansa warna-warni, Matahari, rembulan, komet dan bintang-gemintang, Semua sinar cahayanya menyatu, Lulur berwarna biru, Melambangkan kesetiaan, selalu menghormati dalam kasih sayang, Senantiasa mencintai kedua orang tua, Dan selalu berbakti kepada mereka, Sopan dan santun dalam bersikap, Tiada pernah lupa bersyukurdan berdoa  kepada Tuhan, Senantiasa mengupayakan kebahagiaan dan kesejahteraan hidup.

·         Ganda arum ingkang angebeki, Warna-warna warnining kang sekar, Katingal wening tirtané, Wungu beborèhipun, Mengku werdi ingkang sejati, Lega lila ing nala, Éklas watakipun, Wahyu mulya kang sinedya, Bagus alus tulus lair trusing batin, Mulya tekèng delahan.
Bau harum yang semerbak memenuhi, Berasal dari beraneka macam bunga, Air pun terlihat jernih, Lulur berwarna ungu, Mengandung makna yang mendalam, Tiada pernah berkeluh-kesah meski hanya di dalam hati, Ikhlas sepenuh hati menjadi wataknya, Mengharap dan mengupayakan turunnya berkah, Terpuji dan halus tingkah laku, tulus lahir maupun batin, Terpandang dan dihargai hingga akhir hayat.
·         Werdi agung pralambanging urip, Amancurat cahya kang katingal, Warna séta beborèhé, Langgeng nggènnya amengku, Datan wudhar dènnya angèsthi, Manembah Maha Nata, Gusti Maha Agung, Netepi jejering titah, Amung pasrah-sumarah ngarsa Hyang Widhi, Sandika ngèstu pada.
Makna luhur perlambang dan gambaran hidup, Terlihat memancar laksana cahaya, Lulur berwarna putih, Abadilah dalam kebersamaan, Tak pernah berhenti dalam berdoa dan bersyukur, Berbakti kepada Sang Maha Raja (Tuhan), Tuhan Yang Maha Agung, Memenuhi kewajiban sebagai umat manusia, Selalu berserah diri di hadapan Ilahi, Serta bersedia dan siap melaksanakan/menerima kehendak-Nya.
·         Paripurna nggènira sesuci, Siram jamas reresik sarira, Kang minangka pungkasané, Wilis beborèhipun, Wicaksana wataking jalmi, Kéblat panembahira, Pana ing pandulu, Cinaketan mring Hyang Suksma, Lekasira pantes tinulad sasami, Purwa madya wasana.
Selesai sudah dalam bersuci, Mandi keramas membersihkan diri, Yang menjadi penutup, Lulur berwarna hijau, Bijaksanalah sebagai manusia, Tekun dalam bersujud syukur, Waspada, berhati-hati dalam berpikir dan bertindak, Dengan demikian pasti akan selalu dilindungi oleh Tuhan, Segala tingkah lakunya akan pantas menjadi suri-teladan, Dari awal, pertengahan, hingga akhir hayatnya.

Uborampenipun inggih puniko:

1. tempat 7 sumber
2. bokor untuk siraman Pengantin pria
3. bunga setaman
4. Kendi atau Pratololoka
5. tempat potong rikmo (rambut)
6. Tempat Handuk / kimono

Sajen Siraman inggih puniko:

• tumpeng dahar
• tumpeng robyong
• kerik
• majemukan
• Jajan pasar
• Pisang ayu
• Polo kependem
• Polo kesampar
• Polo gumantung
• Kelapa sejodo/sepasang dan ayam dere (perawan)


NGABEKTEN
Katuran dumateng Bapa dalah biyung kinasih lenggah ing damper ingkang sampun katata kanti laksana. Bapa lenggah ing sakiwa tengening penganten.
Sakderengipun jinamas ing warih, risang bagus/Ni mas Calon temanten putra/putri ing ngarsanipun Bapa dalah biyung kinasih nyuwun idi pangestu dalah nyuwun agunging pangaksama mring ingkang rama miwah biyung kinasih. Awit calon temanten putra/putri badhe lumebet ing bebrayan enggal.
Tangkeping asta sarwa sumembah ing pepedaning ingkang rama dalah biyung, Calon temanten putri hangaturaken :

Rama dalah biyung kinasih, kula ngaturaken sungkem pangabekti saha nyuwun agunging pangaksama sedaya kalepatan kula, sarta nyuwun tambahing pandonga pangestu anggen kula badhe dhaup palakrama kaliyan …………………..

Ngger,  putraku/putriku, dak tampa pangabektimu. Wis dadi kewajiban wong tuwa loro manggulo wentah kowe yo ngger putraku/putriku, Yen ono nakale lan wangkaling anak iku wis lumrah. Ora ono kaluputan sing kok sandang, kalamun lego lilo aku lan ibumu paring pangapuro. Dak paringi pangestu anggonmu arep jejodoan, tak dongakno  mring Gusti kang Mahakuwasa mugo-mugo bgyo mulyo uripmu sempulur nganti sak lawase.

Sanadyano mboten namung meniko ingkang putra/putri sumungkem ing pepadanira ingkang rama dalah biyung. Nanging raosing penggalih ingkang rama dalah biyung satuhu beda.  Tatkala sinembah pepadane, kadya sinendhal mayang bathine. Trenyuh jroning wardaya. Trenyuhing nala ingkang datan sinayudan, satemah rama dalah biyung kuwawa ngampah tumetesing waspa. Luh marawayan, tumetes tinampi kanthi lumahing asta mring kang putra. Minangka pratandha tumuruning nugraha, bilih ingkang rama dalah biyung ingkang sampun paring idi palilah, miwah pangestu dhumateng kang putra hanggenira arsa dhaup palakrama.
Paripurna ngabekti ing pepadanira ingkang rama kakung dalah biyung kinasih, Kang Putra calon temanten mring ingkang rama dalah biyung lumampah tumuju sasana jamas pasiraman.

Amrih samekta miwah gangsar samudayanipun, keparenga kula aturi uninga bilih ingkang badhe paring jamas pasiraman samangke inggih menika, para pepundhen, para pini sepuh, pitu cacahipun. Pinilih gunggung pitu amrih risang calon pinanganten putra/putri tansah pikantuh pitulungan, kinasih ing sasama, cinaket mring Gusti.
Para pepundhen dalah pinisepuh ingkang kula aturaken kala wau inggih menika :
1.  Rama …………..
2.  Biyung …………
3.  Eyang …………
Keparenga dumateng para pepundhen, para pinisepuh kasuwun pangestunipun paring jamas pasiraman dhumateng risang calon pinananganten putra/putri.


  1. Ingkang sepindhah paring jamas pasiraman nun inggih Rama kakung ……………… kanthi kebak ing pangati-ati, sarwa sarwi binarung donga suci lumebering toya waradung saranduning sarira risang bagus/ahayu. Ancles kadya siniram tirta sawindu, mahanani, ayem,temtrem sajroning nala.
  2. Ing kaping kalehipun, kasuwun ibu biyung kinasih paring pangestu sesuci, age-age marepegi ingkang putra/putri. Kebak ing sutresna, jinamas ing warih risang calon pianganten putra/putri. Waradin ing sarira saking pucuking rikma dumugi samparaning rissang bagus/ahayu.
  3. Salajengipun keparenga ingkang Eyang, nun inggih Eyang …………………………… paring pangestu dhumateng wayah, kanthi pangestu suci dhiri karana paring jamas pasiraman toya suci perwita adi. Ketang tresnaning eyang marang wayah, sakderengipun angguyur toya paring puji pandonga rahayu. Kanthi pinaringan toya perwita sari mugiya calon pinanganten putra/putri hayem, tentrem, kadya pinaringan pangayoman risang bagus/ahayu mring ingkang eyang dupi pinaringan pamuji donga miwah siniram ing warih suci.
  4. Katuran dumateng……. Mugi risang bagus/ahayu saged kasawaban mring kawegigan miwah kawicaksanan. Satemah ing tembe saged kasil ing babagan pakaryan.Katuran dumateng ibu……….. paring jamas pasiraman, mugi Calon pinanganten putra/putri sageta nderekaken sun tuladanaipun ibu…..
  5. Keparenga ibu……….. mugi calon pinanganten saged nulad mring ibu……………
  6. Ingkang pungkasan kasuwun dumateng ibu ………………….. paring idi pangestu dalah  paring jamas pasiraman, mugya pinanganten putri saged handerekaken hambangun kulawarga ingkang bagya mulya.
Jangkep pitu cacahe para pepundhen paring jamas pasiraman. Mugi-mugi suci lahir lan bathine risang bagus/ahayu satemah madhep mantep anggenipun calon pinanganten ing dinten benjang badhe nglampahi upacara suci sarta sakral agung inggih punika adicara palakrama. Mawantu-wantu Bapak/Ibu ………… ngaturaken agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan, Muhung Gusti Kang Maha mirah ingkang badhe males luhuring budi panjenengan sadaya. Amin.

SESUCI MECAH KEDHI
Saklajengipun Bapak ………….. paring toya sesuci ingkang mijil saking telengih kendhi pratala. Kendhi wus ngarani wadhah, pratala ateges lemah. Ilining toya boten pedhot mratandahani. Sempulur ing karahayon, sempulur anggenipun kagungan kersa, sempulur ing sandang, boga, donya brana. Kanthi sesucen menika, mugi-mugi risang bagus/ahayu anggenipun badhe ngayahi wajib, kalis ing godha rencana, kalis ing sambikala, hamung rahayu kang bakal tinemu.

PANGKAS RIKMA
Titi laksana salajengipun nun inggih Bpk ………. arsa mangkas rikmane ingkang putra/putri.
”Niat ingsun ngethok rikmamu angger putraku/nduk putriku, muga-muga dadiya pratandha sempuluring tuwuhmu, wilujeng, rahayu, wiwit saiki putra/putriku wis dewasa uwal saka pangkoning rama lan ibu”
Pangkasan rikma winadhah ing bokor, tinampi dening ingkang ibu. Mugi risang putra/ahayu nyembadani kekudanganipun ingkang rama miwah ibu kadidene sasmita pangkas rikma nun inggih wiwit samenika risang bagus/ahayu samekta bawa priangga kalamun sampun kulawarga mangun gesang tembayatan kaliyan ingkang garwa,

PONDHONGAN
Rama kakung tumindak bopong pungkasan, ingkang paring sasmita hambok bilih  ing dinten menika rama kakung saged mbopong putra/putrinipun ingkang pungkasan.
”Niat ingsun mbopong putra/putriku, iki dadiya bopong kang pungkasan, sabanjure putra/putriku bisa bawa  priyangga urip tembayatan karo garwamu, kacukupan ing sandhang boga, bisaa nemu mulya lan raharja ”.

NANEM RIKMA
”Niat ingsun nanem rikmane putra/putriku, kabeh lelakon kang kepungkur wis kapendhem, hamung thukula kabecikan tumraping bebrayan, rahayu, widada, nir ing sambi kala ”.

DULANG PUNGKASAN
”Niat ingsun ndulang putra/putriku, pamujiku dulangan iki dadiya dulangan kang pungkasan. Ing sabanjure putra/putriku bisaa madeg ing pribadine dewe, nampa kanugrahaning Gusti, dadiya pangayoming sasama, sempulur ing salawase, widada, nir ing sambikala

SADE DHAWET
Kawuryan Bpk/Ibu ……… sampun miyos saking panti. Ibu ………. ngindhit wakul minangka wadhahing arta asiling sade dhawet. Dene ingkang garwa nenggih Bapak ………. ngasta songsong, kang wus sawega paring pepayung mring kang garwa. Ateges dadi wong tinitah kakung mono kudu bisa paring pengayoman mring ingkang garwa amrih ingkang tinitah wadon ayem, tentrem, kalis saking was sumelang .
Sarwa-sarwi Ibu ……… mundhut dhawet, dhawet kaaturaken Bapak ……………..
” Bapakne, piye rasane ? ”
” Enak tenan , Bune ”
Rame anggenaira antri samya mundhut dhawet,  dadya pratandha kalamun ing dinten benjing, rawuhipun para tamu antri dalidir kadya kang samya mundhut dhawet.
Sarwa-sarwi mirah, hanggenira Ibu ………….sade dhawet, dhawete ayu, manis ing rasa, mila samya suka pari suka ingkang samya antri badhe mundhut dhawet. Mboten wonten ingkang kuciwa ing rasa, samya suka ing nala.
Kajawi punika, sadayan dhawet ugi dados pratandha bilih bpk/ibu ……….. suka dene mring sesami. Satemene sapa wonge murah mring sasama, bakal pinaringan murah mring Gusti kang Maha Kuwasa.
Makaten napa ingkang saget kula aturaken wonten adicara Siraman menika, mboten kesupen kula ing ngriki minangka sesulihipun ingkang hamengku gati, ngambali atur sugeng rawuh sinartan atur agunging panuwun ingkan tanpa pepindang rehning panjenengan para tamu sampun minangkani pamundhutipun Bpk/Ibu …………….

PARA RAWUH PARA LENGGAH
Dening kula nindakaken urut reroncenipun adicara, milai purwa dumugi paripurna tartamtu kathah kekirangananipun ugi kekilafan kula, mila menika kula namung nyenyadhong lumunturing sih samodra pangaksama dumateng ingkang hamengku gati ugi panjenengan sedaya, labed budi daya kula manungsa. Nuwun




MANTEN 


Titi laksana pahargyan ingkang katindakaken ing madyaning bebrayan Jawi asring dipun pandhegani dening juru pranata adicara. Jejibahanipun wiwit saking ngadani pambuka, wosing gati, selingan peprenesan, ngantos dumugi panutup. Ing pangajab rancanging acara ingkang sampun karumpaka saged lumampah kanthi gancar lancar. Wondene priyagung ingkang atur pambagya raharja jamak limrah minangka dados badan wakil kulawarga. Sesorah ingkang dipun andharaken dening pamedhar sabda, kathah-kathahipun kasalira dening sesepuh utawi para winasis.

PRANATACARA

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Pangeran mugi tansah manunggal ing kita. [pasrah lamaran]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.

Kanthi pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Pangeran, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa lan kasalira dhumateng panjenengan sadaya hangluberna dhumateng kawula.

Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur, kawula minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan.
Panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan, kawula minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, ingkang sepisan: ngaturaken salam taklim mugi katur wonten ngarsa panjenengan, sumarambah para kulawarga samudayanipun.

Jangkep kaping kalih, ing nguni sampun wonten pirembagan ing antawisipun Bapa X sekalihan ingkang hanggadahi putra kakung kekasih pun Bagus Santo kaliyan Bapa Y sekalihan garwa ingkang hanggadahi putra sesilih Rr Ratih. Gumolonging pirembagan nedya hangraketaken balung pisah daging arenggang, bebasan ngebun-ebun enjang anjejawah sonten, ndhodhok lawang sumedya nginang jambe suruhe, kanthi atur mekaten karana sampun jumbuh anggenipun pepetangan saha sampun manunggal cipta, rasa miwah karsa, ingkang punika saking agenging manah panjenenganipun Bapa X sekalihan anggenipun katampi panglamaranipun pramila ing kalenggahan punika ngaturaken sarana miwah upakarti minangka jangkeping tatacara salaki rabi. Wondene ingkang badhe kaaturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa inggih punika:
Sanggan saha majemuk ingkang sampun wonten wujudipun, kanthi pangajabing sedya dadosa sarana sah ipun sesanggeman miwah raketing kekadangan, saenggo mboten saged pisah salami-laminipun.

Kasoking katresnan Bapa X sekalihan dhumateng Bapa Y sekalihan garwa, ing mriki badhe ngaturaken malih ageman ingkang awujud rasukan sapengadhek, ing pangajab minangka agemanipun calon penganten putri.
Mboten kekilapan Bapa X sekalihan ngaturaken redana wujudipun arta, kenginga damel ngentheng-enthengi anggenipun Bapa Y sekalihan garwa netepi darmaning sepuh hamiwaha putra mahargya siwi.

Kejawi punika panyuwunipun Bapa X sekalihan, ing benjang menawi sampun dumugi titi wanci tumapaking gati, mugi calon penganten kaijabna saha kapanggihna anut satataning adat widhiwidana ingkang sampun lumampah wonten ing mriki.

Minangka pungkasaning atur, hambok bilih Bapa X sekalihan anggenipun ngaturaken sarana dalah upakarti wonten kekiranganipun, mawantu-wantu nyuwun agenging samodra pangaksami. Semanten ugi kawula minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, menawi wonten gunyak-gunyuking wicara cawuh kliruning basa kisruhing paramasastra miwah kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kawula nyuwun sihing samodra pangaksama. Nuwun. Wassalamu'alaikum wr wb.

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Gusti Ingkang Maha Suci mugi tansah manunggal ing kita. [nampilamar]

Nuwun, kulanuwun. Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.

Kanthi linambaran trapsila ing budi miwah ngaturaken sewu agunging aksama, inggih awit saking mradapa keparengipun Bapa Y sekalihan garwa, kawula piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan lumantar panjenenganipun Bapa A.

Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan dene lampah panjenengan sampun kasembadaning karya, kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget katampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun badhe kadang besan lumantar panjenengan kawula tampi, sa lajengipun dhumawaha sami-sami.

Wondene atur pasrah paringipun sarana jejangkeping salaki rabi, kawula tampi kanthi suka bingahing manah. Ing salajengipun, mangke badhe kawula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa. Mboten kekilapan panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa namung ngaturaken agenging panuwun menggah sadaya peparinganipun badhe kadang besan sutresna, pratandha yekti kasoking katresnan dhumateng Bapa X sekalihan, mugi dadosa sarana raketing kekadangan, sami-sami netepi darmaning sepuh anggennya ngentas pitulus putra pinaringan raharja mulya.

Namung semanten panampi saking Bapa Y sekalihan garwa lumantar kawula, ngaturi uninga bilih menawi sampun dumugi wahyaning mangsa kala tumapaking ijab utawi panggih, kasuwun panjenenganipun Bapa X sekalihan wontena suka lilaning penggalih hanjenengi paring pudyastuti murih rahayuning sedya.

Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kuciwaning bojakrami anggen Bapa Y sekalihan garwa hanampi menggah ing rawuhipun panjenengan sami, mugi lumeberna sih samudra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara miwah kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangaksama. Nuwun. Wass.

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Gusti Ingkang Maha Suci mugi tansah manunggal ing kita. [pranatacara]

Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.

Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kula cuman-thaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Kula piniji hanjejeri minangka pangendaliwara keparenga hambuka wiwaraning suka wenganing wicara dwaraning kandha, saperlu mratitisaken murih rancaking titilaksana adicara pawiwawahan prasaja ing ratri kalenggahan punika.

Sumangga kula derekaken sesarengan manungku puja-puji-santhi wonten ngarsaning Gusti Ingkang Maha Suci, ingkang sampun kepareng paring rahmat lan nikmat gumelaring alam agesang wonten madyaning bebrayan agung. Katitik rahayu sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng panjenengan sadaya dalasan kawula, saengga kita saged hanglonggaraken penggalih hamenakaken wanci sarta kaperluan rawuh kempal manunggal ing pawiwahan punika, saperlu hanjenengi sarta paring berkah pangestu dhumateng Bapa Y sakulawangsa anggenipun hanetepi dharmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.

Para tamu kakung sumawana putri, wondene menggah reroncening tata adicara ingkang sampun rinancang rinacik rinumpaka dening para kulawangsa nun inggih:

Eko laksitagati purwakaning pahargyan inggih sowanipun putra temanten putri mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasana rinengga

Dwi laksitagati rawuh & jengkaripun putra temanten kakung tumuju dhateng madyaning sasana wiwaha

Tri laksitagati pasrah-pinampi putra temanten kakung

Catur laksitagati dhaup panggihing putra temanten anut satataning adat widhiwadana ingkang sampun sinengker tumunten kalajengaken upacara krobongan

Panca laksitagati nderek mangayuhbagyahipun kadang besan dhateng ingkang hamengku gati ing sasana wiwaha tumunten kalajengaken upacara sungkem
Sad laksitagati atur pangbagyaharjo panjenenganipun ingkang hamengku gati katur sagung para tamu

Sapta laksitagati lengseripun temanten sarimbit saking madyaning sasana wiwaha manjing ing sasana busana, saperlu rucat busana kanarendran santun busana ksatrian

Hasta laksitagati sowan malihipun temanten sarimbit ngabyantara para tamu saperlu nyenyadhang pudyastawa murih widadaning bebrayan

Nawa laksitagati paripurnaning pahargyan inggih jengkaripun temanten sarimbit saking madyaning sasana rinengga tumuju dhateng wiwaraning pawiwahan.

Mekaten menggah reroncening tata adicara pawiwahan ing ratri kalenggahan punika. Salajengipun, keparenga para tamu pinarak wonten ing palenggahan kanthi mardu-mardikaning penggalih, miwah kawula derekaken hanyrantos tumapaking tata adicara sinambi nglaras rarasing gending2 saking Paguyuban Karawitan Pranatalaras ingkang dipangarsani panjenenganipun Bapa Cahyono.
Nuwun, nuwun, matur nuwun.

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Gusti Ingkang Maha Suci mugi tansah manunggal ing kita.
[pasrah penganten]

Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.

Kanthi linambaran pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Gusti, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng kawula lan panjenengan sadaya.

Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur kawula piniji minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan [kawula kadhawuhan nglarapaken putra calon temanten kakung mugi katur panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa].

Panjenenganipun Bapa B ingkang jumeneng hangembani wuwus minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan ingkang winantu sagunging pakurmatan. Wondene menggah wigatosing sedya sowan kawula wonten ngarsa panjenengan, ingkang sepisan: ngaturaken sewu agenging kalepatan dene panjenenganipun Bapa X boten saged hanindakaken piyambak masrahaken putranipun calon temanten kakung, kapeksa namung saged ngaturaken salam taklim Bapa X ingkang lumantar kawula mugi katura ing panjenenganipun. Sanget ing pamujinipun, bilih anggenipun mengku karya hanetepi darmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.

Jangkep kaping kalih, rehning putra calon temanten kakung pun Bagus Santo, atmaja kakung saking Bapa X sekalihan ingkang pidalem ing Salatiga sampun kelampahan dhaup suci kaliyan Rara Ratih, Kenya siwi saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan, kala wau dinten …………………., surya kaping ………………………, wanci tabuh ……………, mapan ing ………………………….., kanthi nirbaya nir wikara boten wonten alangan satunggal punapa.
Sarehning sampun ndungkap titiwanci tumapaking gati, pramila calon temanten kakung kawula pasrahaken, mugi tumunten katindakna dhaup panggihing temanten. Kawula sapangombyong tansah jumurung ing karsa, sinartan puji donga mugi Gusti tansah ngijabahi dhumateng temanten sarimbit, anggenipun amangun brayat enggal, tansah manggih guyup rukun, atut runtut, ayem tentrem, rahayu ingkang tinuju, bagya mulya ingkang sinedya.

Dene ingkang wekasan, sasampunipun paripurnaning pahargyan, kawula sarombongan pangombyong temanten kakung, keparenga nyuwun pamit saha nyuwun pangestu, mugi-mugi lampah kawula sarombongan manggih wilujeng kalis saking pringga bayaning marga. Salajengipun, hambok bilih anggen kawula hanjejeri minangka talanging basa wonten gunyak-gunyuking wicara, kiranging subasita ingkang singular ing reh tata karma, kawula tansah nyuwun lumunturing sih samodra pangaksama.
Nuwun.Wass.

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Gusti Ingkang Maha Suci mugi tansah manunggal ing kita.
[nampi penganten]

Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.

Kanthi linambaran trapsila ing budi rahayu miwah ngaturaken sewu agunging aksama, inggih awit mradapa keparingipun Bapa Y sekalihan, kawula piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan lumantar panjenganipun Bapa A.

Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa papindhan dene lampah panjenengan sampun kasembadaning karya kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget ketampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun badhe kadang besan lumantar panjenengan kawula tampi, salajengipun dhumawaha sami-sami.

Wondene atur pasrah paringipun sarana jejangkeping salaki rabi, kawula tampi kanthi suka bingahing manah, ing salajengipun mangke badhe kawula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa. Mboten kekilapan Bapa Y sekalihan namung ngaturaken agenging panuwun menggah sedaya peparinganipun badhe kadang besan sutresna, pratandha yekti kasoking katresnan dhumateng Bapa Y sekalihan, mugi dadosa sarana raketing kekadangan, sami-sami netepi darmaning sepuh anggennya ngentas pitulus putra pinaringan raharja mulya.

Namung semanten panampi saking Bapa Y sekalihan garwa lumantar kawula, ngaturi uninga bilih menawi sampun dumugi wahyaning mangsa kala tumapaking ijab/panggih, kasuwun panjenenganipun Bapa X sekalihan wontena suka lilaning penggalih hanjenengi paring pudyastuti murih rahayuning sedya.

Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kuciwaning bojakrami anggen Bapa Y sekalihan garwa hanampi menggah ing rawuh panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara, kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, kawula tansah nyuwun lumunturing sih samodra pangaksama. Wass.

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Gusti Ingkang Maha Suci mugi tansah manunggal ing kita. [pambagyaharjo]

Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.

Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kula cuman-thaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Kula minangka talanging basa [duta saraya sulih sarira] saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan kanthi suka bingahing manah ngaturaken pambagya wilujeng sarta agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan katur sagung para tamu ingkang sampun kersa hangrawuhi pahargyan punika.

Sumangga kula derekaken sesarengan manungku puja-puji-santhi wonten ngarsaning Gusti Ingkang Maha Suci, dene hajatipun Bapa Y sekalihan anggenipun hamengku gati, ndaup-aken putranipun ingkang sesilih N sampun kalampahan dhaup kaliyan bagus M putra kakungipun Bapa X, rikala dinten …………….. surya kaping ……………… wanci tabuh ……………. wonten ing …………………….., kanthi wilujeng nir ing sambekala.

Kaleksananing pahargyan punika karana sih pambyantunipun para sanak kadang, pawong mitra, tangga tepalih saha para tamu ingkang sampun kepareng paring pisumbang awujud punapa kemawon, ingkang sanyata saged hangentengaken sesanggeman. Ingkang punika panjenenganipun Bapa Y sekalihan ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan. Mugi sih kadarman panjenengan sami dadosa sarana sih sutresna, saengga pikantuka leliru ingkang satraju miwah bebingah ingkang malimpah-limpah.

Bapa Y sekalihan neda sih panarima panjenengan sami, kersaa paring donga pamuji pangastuti. Mugi-mugi sri penganten sekalihan sageda ngleksanani kekudanganipun para pinisepuh, sageda atut runtut dumugining kaken kaken lan ninen ninen, rahayu widada kalis ing sambekala. Mugi-mugi sri penganten sekalihan enggal pinaringan momongan ingkang bekti dhumateng Gusti, rama ibunipun, lan para pinisepuhipun, sageda mikul dhuwur mendhem jero labuh labet dhateng negari lan bangsanipun murakabi dhumateng bebrayan agung.x

Minangka pungkasaning atur. Hambok bilih wonten kekiranganipun Bapa Y sekalihan anggen hanampi ing menggah rawuhipun panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara cawuh kliruning basa kisruhing paramasatra, wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata karma, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Rahayu, rahayu ingkang sarwi ginayuh. Nuwun. Wass.

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Gusti Ingkang Mahasuci mugi tansah manunggal ing kita sadaya.
[ngunduh manten]

Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.

Kanthi pepayung budi rahayu, saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Gusti, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng kawula lan panjenengan sadaya.

Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur kawula piniji minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, kawula kadhawuhan ngundhuh putra temanten putri mugi katur panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa.

Panjenenganipun Bapa B ingkang jumeneng hangembani wuwus minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa ingkang winantu sagunging pakurmatan. Wondene menggah wigatosing sedya sowan kawula wonten ngarsa panjenengan, ingkang sepisan: ngaturaken sewu agenging kalepatan dene panjenenganipun Bapa X boten saged hanindakaken piyambak ngundhuh putra temanten putri, kapeksa namung saged ngaturaken salam taklim mugi katura ing panjenenganipun Bapa X ingkang lumantar kawula.
Jangkep kaping kalih, ing nguni sampun kadhaupaken Bagus Santo putra kakung Bapa X kaliyan Rr Ratih putra sesilih Bapa Y, rikala …………………………………………….. . Pramila ing kalenggahan punika, Bapa X ngaturaken angsal-angsal miwah upakarti minangka jangkeping tatacara salaki rabi.

Dhumateng panjenenganipun Bapa B dalah pangaraking ngundhuh temanten, katuran pinarak kanthi mardhika miwah hanjenengi sedaya adicara.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kekiranganipun Bapa X anggenipun ngaturaken angsal-angsal dalah upakarti, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging atur, hambok bilih anggen kula matur wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Nuwun.Wass

Assalamu'alaikum wr wb,
Tresna asih Pangeran mugi tansah manunggal ing kita sadaya.
[nampi ngunduh manten]

Nuwun, kulanuwun. Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.
Kanthi linambara trapsila ing budi, miwah ngaturakan sewu agunging aksama, inggih awit mradapa keparengipun Y kaliyan garwa, kula Untung saking Rejomulyo Semarang, piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, lumantar panjenenganipun Bapa A.

Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan dene lampah panjengan sampun kasembadaning karya, kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.

Sanget katampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun kadang besan lumantar panjenengan kula tampi, mugi dhumawaha sami-sami. Sadaya SIH pisumbang salajengipun bade kula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sarimbit, mugi-mugi awit saking pangestunipun, sageda handayani anggenipun mengku karya.
Sadaya peparingipun kadang besan katampi. Semanten ugi, inggih ngundhuh manten katampi, kanthi suka renaning penggalih. Mugi-mugi anggenipun mbangun bale wisma enggal tansah manggih bagya mulya ingkang sinedya, rahayu ingkang tinuju, basuki ingkang kaesthi, miwah tansah gagah ingkang jinangkah.

Dhumateng panjenenganipun Bapa A dalah pangaraking ngundhuh temanten, katuran pinarak kanthi mardhika saperlu hanjenengi sedaya adicara.
Minangka puputing atur, menawi wonten kuciwaning boja krami, anggen kula hangacarani menggah ing rawuh panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging basa, hambok bilih anggen kula matur wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Nuwun. Wass.

PAWIWAHAN JUMENENG
Assalamu'alaikum wr wb,
Para tamu kakung miwah putri ingkang winantu ing karahayon.
Nuwun, ngaturi uninga bilih Bapa Sutarno sakulawangsa ngambali sugeng rawuh kairing atur panuwun ingkang tanpa upami, dene Bapa/Ibu Siswanto sampun kepareng rawuh paring berkah pangestu dhateng putra temanten kekalih, inggih Adimas Santo lan Dhiajeng Ratih ing wiwawahan jumeneng wekdal punika. Saksampunipun paring berkah pangestu kanthi jawat asta saha paring pangandika, ing salajengipun kersaa para tamu angrahabi/ angresepi pasugatan prasaja kanthi mardika, inggih punika kanthi cara prasmanan ing papan ingkang kasamektakaken. Sumangga, nuwun.

Para tamu kakung miwah putri ingkang sinudarsana.
Bapa Sutarno sakulawangsa saestu bombong ing manah, pramila sanget2 ngaturaken agenging panuwun dhumateng para tamu kakung putri ingkang sampun kersa rawuh saha paring berkah pangestu. Saksampunipun angrahabi/angresepi pasugatan ingkang sarwo prasaja saha wawan pangandikan kaliyan para kadang karuh, menawi kepenggalih cekap, saha ngersakaken kondur, kawula sedaya namung saged ngaturaken sugeng kondur, mugi winantua ing karahayon. Nuwun.Wass.


Pranatacara Upacara Adat Jawa
Pranatacara Lamaran
Assalamu`alikum Wr. Wb.

Para aji sepuh, kasepuhan, miwah pinisepuh  ingkang satuhu minulyeng budi, para tamu ingkang satuhu kinurmatan. Sumangga kula dherekaken ngaturaken puji pangalembana miwah syukur dhumateng Gusti ingkang akarya jagad, nenggih Pangeran ingkang Mahawelas lan asih, awit saking kanugrahanipun kula miwah panjenengan saged makempal ing dalemipun Bapak-Ibu Rejasa Saperlu paring pangestu tumindakipun adicara lamaran ing wanci menika.
Keparenga kula ingkang kapatah pamengku gati kinen nderekaken gatining laksana ing wanci menika. Menggah tata rakiting titi laksana rinacik mekaten:

1. Kapurwakan kanthi pambuka,
2. Saparipurnaning pambuka, ngancik adicara kaping kalih nun inggih atur pambagyaharja,
3. Titi laksana ingkang kaping tiga, nun inggih atur panglamar,
    Salajengipun, adicara ingkang kaping sekawan, nun inggih atur panampi
3. Adicara ingkang pungkasan inggih menika panutup.

Mekaten kalawau menggah tata rakiting adicara ing wanci menika. Sumangga tumapak adicara purwaka, adicara binuka kanthi pandonga dhumateng Pangeran mrih rahayu karsa. Ndedonga kula dherekaken. Sumangga!

Matur nuwun, mugi Gusti kang Mahakawasa kersa paring sih nugraha satemah tumapaking karya saged kalis sambekala. Para tamu ingkang kinurmatan, sawetawis panjenengan lenggah, pramila kepareng ingkang hamengku gati, nun inggih Bapak-Ibu Rejasa badhe ngaturaken pambagyaharja. Ingkang minangka wakilipun nun inggih Bapak Sutrisna. Dhumateng Bapak Sutrisna sumangga! Dene Bapak-Ibu Rejasa kepareng jumeneng ngampingi Bapak Sutrisna.

Matur nuwun wonten ngarsaning Bapak Sutrisna, tumuli ngancik adicara ingkang angka tiga inggih menika atur panglamar. Pramila dhumateng Bapak Andhi minagka tetungguling lampah kepareng jengkar saking palenggahan, tumuju papan sasana pandayawara. Dene Bapak-Ibu Susila, nun inggih calon besan kepareng ngamping Bapak Andhi. Sumangga!
Matur nuwun dhumateng Bapak Andhi ingkang sampun paring atur lamaran. Tumuli Bapak-Ibu Rejasa badhe ngaturaken atur panampi lamaran, ingkang minagka badaling wacana sinambeting raga inggih menika Bapak Amin. Dhumateng Bapak Amin, sumangga!
Sampun paripurna anggenipun Bapak Amin ngaturaken atur panampi lamaran. Dene adicara ingkang pungkasan nun inggih panutup. Sumangga adicara menika katutup kanthi waosan hamdallah sesarengan. Sumangga! Kula pribadi minagka pranatacara, kalamun wonten kithaling basa, ceweting ukara, mugi para paduka para tamu kersa paring pangaksama. Nuwun.

Wassalamu`alikum Wr. Wb.
Pranatacara Siraman
Katuran dumateng Bapa dalah biyung kinasih lenggah ing damper ingkang sampun katata kanti laksana. Bapa lenggah ing sakiwa tengening penganten.
Sakderengipun jinamas ing warih, risang bagus/Ni mas Calon temanten putra/putri ing ngarsanipun Bapa dalah biyung kinasih nyuwun idi pangestu dalah nyuwun agunging pangaksama mring ingkang rama miwah biyung kinasih. Awit calon temanten putra/putri badhe lumebet ing bebrayan enggal.
Tangkeping asta sarwa sumembah ing pepedaning ingkang rama dalah biyung, Calon temanten putri hangaturaken :
Rama dalah biyung kinasih, kula ngaturaken sungkem pangabekti saha nyuwun agunging pangaksama sedaya kalepatan kula, sarta nyuwun tambahing pandonga pangestu anggen kula badhe dhaup palakrama kaliyan …………………..
Ngger,  putraku/putriku, dak tampa pangabektimu. Wis dadi kewajiban wong tuwa loro manggulo wentah kowe yo ngger putraku/putriku, Yen ono nakale lan wangkaling anak iku wis lumrah. Ora ono kaluputan sing kok sandang, kalamun lego lilo aku lan ibumu paring pangapuro. Dak paringi pangestu anggonmu arep jejodoan, tak dongakno  mring Gusti kang Mahakuwasa mugo-mugo bgyo mulyo uripmu sempulur nganti sak lawase.
Sanadyano mboten namung meniko ingkang putra/putri sumungkem ing pepadanira ingkang rama dalah biyung. Nanging raosing penggalih ingkang rama dalah biyung satuhu beda.  Tatkala sinembah pepadane, kadya sinendhal mayang bathine. Trenyuh jroning wardaya. Trenyuhing nala ingkang datan sinayudan, satemah rama dalah biyung kuwawa ngampah tumetesing waspa. Luh marawayan, tumetes tinampi kanthi lumahing asta mring kang putra. Minangka pratandha tumuruning nugraha, bilih ingkang rama dalah biyung ingkang sampun paring idi palilah, miwah pangestu dhumateng kang putra hanggenira arsa dhaup palakrama.
Paripurna ngabekti ing pepadanira ingkang rama kakung dalah biyung kinasih, Kang Putra calon temanten mring ingkang rama dalah biyung lumampah tumuju sasana jamas pasiraman.
Amrih samekta miwah gangsar samudayanipun, keparenga kula aturi uninga bilih ingkang badhe paring jamas pasiraman samangke inggih menika, para pepundhen, para pini sepuh, pitu cacahipun. Pinilih gunggung pitu amrih risang calon pinanganten putra/putri tansah pikantuh pitulungan, kinasih ing sasama, cinaket mring Gusti.
Para pepundhen dalah pinisepuh ingkang kula aturaken kala wau inggih menika:
1. Rama…………..
2. Biyung…………
3. Eyang…………
Keparenga dumateng para pepundhen, para pinisepuh kasuwun pangestunipun paring jamas pasiraman dhumateng risang calon pinananganten putra/putri.
1. Ingkang sepindhah paring jamas pasiraman nun inggih Rama kakung ……………… kanthi kebak ing pangati-ati, sarwa sarwi binarung donga suci lumebering toya waradung saranduning sarira risang bagus/ahayu. Ancles kadya siniram tirta sawindu, mahanani, ayem,temtrem sajroning nala.
2. Ing kaping kalehipun, kasuwun ibu biyung kinasih paring pangestu sesuci, age-age marepegi ingkang putra/putri. Kebak ing sutresna, jinamas ing warih risang calon pianganten putra/putri. Waradin ing sarira saking pucuking rikma dumugi samparaning rissang bagus/ahayu.
3. Salajengipun keparenga ingkang Eyang, nun inggih Eyang …………………………… paring pangestu dhumateng wayah, kanthi pangestu suci dhiri karana paring jamas pasiraman toya suci perwita adi. Ketang tresnaning eyang marang wayah, sakderengipun angguyur toya paring puji pandonga rahayu. Kanthi pinaringan toya perwita sari mugiya calon pinanganten putra/putri hayem, tentrem, kadya pinaringan pangayoman risang bagus/ahayu mring ingkang eyang dupi pinaringan pamuji donga miwah siniram ing warih suci.
4. Katuran,dumateng…….
Mugi risang bagus/ahayu saged kasawaban mring kawegigan miwah kawicaksanan. Satemah ing tembe saged kasil ing babagan pakaryan.
5. Katuran dumateng ibu……….. paring jamas pasiraman, mugi Calon pinanganten putra/putri sageta nderekaken sun tuladanaipun ibu…..
6. Keparenga ibu……….. mugi calon pinanganten saged nulad mring ibu……………
7. Ingkang pungkasan kasuwun dumateng ibu ………………….. paring idi pangestu dalah  paring jamas pasiraman, mugya pinanganten putri saged handerekaken hambangun kulawarga ingkang bagya mulya.
Jangkep pitu cacahe para pepundhen paring jamas pasiraman. Mugi-mugi suci lahir lan bathine risang bagus/ahayu satemah madhep mantep anggenipun calon pinanganten ing dinten benjang badhe nglampahi upacara suci sarta sakral agung inggih punika adicara palakrama. Mawantu-wantu Bapak/Ibu ………… ngaturaken agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan, Muhung Gusti Kang Maha mirah ingkang badhe males luhuring budi panjenengan sadaya. Amin.
SESUCI MECAH KEDHI
Saklajengipun Bapak ………….. paring toya sesuci ingkang mijil saking telengih kendhi pratala. Kendhi wus ngarani wadhah, pratala ateges lemah. Ilining toya boten pedhot mratandahani. Sempulur ing karahayon, sempulur anggenipun kagungan kersa, sempulur ing sandang, boga, donya brana. Kanthi sesucen menika, mugi-mugi risang bagus/ahayu anggenipun badhe ngayahi wajib, kalis ing godha rencana, kalis ing sambikala, hamung rahayu kang bakal tinemu.

PANGKAS RIKMA
Titi laksana salajengipun nun inggih Bpk ………. arsa mangkas rikmane ingkang putra/putri.
”Niat ingsun ngethok rikmamu angger putraku/nduk putriku, muga-muga dadiya pratandha sempuluring tuwuhmu, wilujeng, rahayu, wiwit saiki putra/putriku wis dewasa uwal saka pangkoning rama lan ibu”
Pangkasan rikma winadhah ing bokor, tinampi dening ingkang ibu. Mugi risang putra/ahayu nyembadani kekudanganipun ingkang rama miwah ibu kadidene sasmita pangkas rikma nun inggih wiwit samenika risang bagus/ahayu samekta bawa priangga kalamun sampun kulawarga mangun gesang tembayatan kaliyan ingkang garwa,
PONDHONGAN
Rama kakung tumindak bopong pungkasan, ingkang paring sasmita hambok bilih  ing dinten menika rama kakung saged mbopong putra/putrinipun ingkang pungkasan.
”Niat ingsun mbopong putra/putriku, iki dadiya bopong kang pungkasan, sabanjure putra/putriku bisa bawa  priyangga urip tembayatan karo garwamu, kacukupan ing sandhang boga, bisaa nemu mulya lan raharja ”.
NANEM RIKMA
”Niat ingsun nanem rikmane putra/putriku, kabeh lelakon kang kepungkur wis kapendhem, hamung thukula kabecikan tumraping bebrayan, rahayu, widada, nir ing sambi kala ”.
DULANG PUNGKASAN
”Niat ingsun ndulang putra/putriku, pamujiku dulangan iki dadiya dulangan kang pungkasan. Ing sabanjure putra/putriku bisaa madeg ing pribadine dewe, nampa kanugrahaning Gusti, dadiya pangayoming sasama, sempulur ing salawase, widada, nir ing sambikala
SADE DHAWET
Kawuryan Bpk/Ibu ……… sampun miyos saking panti. Ibu ………. ngindhit wakul minangka wadhahing arta asiling sade dhawet. Dene ingkang garwa nenggih Bapak ………. ngasta songsong, kang wus sawega paring pepayung mring kang garwa. Ateges dadi wong tinitah kakung mono kudu bisa paring pengayoman mring ingkang garwa amrih ingkang tinitah wadon ayem, tentrem, kalis saking was sumelang .
Sarwa-sarwi Ibu ……… mundhut dhawet, dhawet kaaturaken Bapak ……………..
” Bapakne, piye rasane ? ”
” Enak tenan , Bune ”
Rame anggenaira antri samya mundhut dhawet,  dadya pratandha kalamun ing dinten benjing, rawuhipun para tamu antri dalidir kadya kang samya mundhut dhawet.
Sarwa-sarwi mirah, hanggenira Ibu ………….sade dhawet, dhawete ayu, manis ing rasa, mila samya suka pari suka ingkang samya antri badhe mundhut dhawet. Mboten wonten ingkang kuciwa ing rasa, samya suka ing nala.
Kajawi punika, sadayan dhawet ugi dados pratandha bilih bpk/ibu ……….. suka dene mring sesami. Satemene sapa wonge murah mring sasama, bakal pinaringan murah mring Gusti kang Maha Kuwasa.
Makaten napa ingkang saget kula aturaken wonten adicara Siraman menika, mboten kesupen kula ing ngriki minangka sesulihipun ingkang hamengku gati, ngambali atur sugeng rawuh sinartan atur agunging panuwun ingkan tanpa pepindang rehning panjenengan para tamu sampun minangkani pamundhutipun Bpk/Ibu …………….
PARA RAWUH PARA LENGGAH
Dening kula nindakaken urut reroncenipun adicara, milai purwa dumugi paripurna tartamtu kathah kekirangananipun ugi kekilafan kula, mila menika kula namung nyenyadhong lumunturing sih samodra pangaksama dumateng ingkang hamengku gati ugi panjenengan sedaya, labed budi daya kula manungsa. Nuwun. 


Pranatacara Temu Manten

Assalamu’alaikum Wr.Wb.

1. Nuwun, para tamu kakung putri ingkang kinurmatan, pambyawara hangaturaken sugeng rawuh, mugi kepareng hamrayogekaken lelenggahan ngantos titi purnaning pamiwahan ing dinten punika.
Para tamu kakung putri ingkang kawula hormati,
Saderengipun tatacara pamiwahan kawiwitan, pambyawara kepareng hangaturaken rerantaman adicara pamiwahan ingkang badhe linampahan ing dinten punika:
1) Lenggahanipun temanten putri
2) Rawuhipun temanten kakung
3) Mlebetipun temanten dhateng pasamuwan
4) Pasrahan temanten kakung
5) Panampining pasrah
6) Adicara panggih
7) Adicara kacar-kucur
8) Rawuhipun tamu besan
9) Adicara pangabekten
10) Adicara atur pambagya harja
11) Adicara kirab
12) Adicara paring nursitawara
13) Purnaning pamiwahan
Pambyawara maos rerantaman adicara ingkang baku-baku kemawon.
Makaten rerantamaning adicara pamiwahan ing dinten punika. Wasana mugi kepareng hamrayogekaken lenggah, sinambi amidhangetaken laras ing pradangga anguyu-uyu. Nuwun.

2. Ngacarani Lenggahipun Temanten Putri
Kula nuwun, para tamu kakung putri ingkang kawula hormati,
Temanten putri sampun purna ngadi busana. Kairingaken dening Ibu Sri Supanti, kakanthi Ibu Widarti lan Ibu Widarsi, kadherekaken sawetawis paraga temanten putri tumunten badhe miyos lenggah ing palenggahan temanten. Miyosing temanten karengga ketawang Puspawarna, Laras Slendro pathet manyura. Sumangga.

3. Ngacarani Rawuhipun Temanten Kakung
Nuwun para tamu kakung putri, temanten kakung sapendherek sampun kepareng rawuh. Rawuhipun temanten kabiwadha Lancaran Kebogiro Pelog Pathet barang, sumangga.

4. Ngacarani Mlebetipun Temanten dhateng Pasamuwan
Para tamu kakung putri, temanten kakung sapendherekipun sampun tata rakit ing wiwaraning pasamuwan. Ingkang punika paraga ingkang kajibah sumangga kemunten keparenga hangacarani rawuhipun temanten ing pasamuwan. Tindakipun temanten kabiwadha ungeling Ladrang Wilujeng Bedhayan, Laras Pelog pathet barang. Sumangga.

5. Ngacarani Pasrahan Temanten Kakung
Bapa Suratman, sampun samapta ing karya. Samanten ugi Bapa Surono Dibyo Susilo, Bapa Sumarno, Bapa Widodo sarta Bapa Bambang Prasetya sampun siyaga tumanggaping damel. Awit saking punika wanci kaaturaken ing ngarsanipun Bapa Suratman. Sumangga.

6. Ngacarani Panampining Pasrah
Sampun purna paring pangandikanipun Bapa Suratman hamasrahaken temanten kakung. Pasrahing temanten nunten katampi dening Bapa Rukmanto Sudirahusada lumantar panjenenganipun Bapa Surono Dibyo Susilo wanci kaaturaken. Sumangga.

7. Ngacarani Adicara Panggih
Para tamu kakung putri, tumunten badhe katindakaken adicara panggihing temanten. Paraga ingkang tinanggenah keparenga nyawisaken pirantos sacekapipun. Panggihing temanten karigenaken dening Ibu Sri Supanti. Awit saking punika Ibu Sri Supanti keparenga nganthi temanten putri anuju dhateng papaning panggih. Para tamu kasuwun paringipun puji pangestu dhumateng temanten kekalih. Panggihing temanten kabiwadha ungeling gendhing Monggang kalajengaken Ketawang Larasmaya Pelog Barang. Sumanggga.

8. Ngacarani Adicara Kacar-Kucur
Para tamu kakung putri, adicara panggihing temanten sampun tumapak kanthi prayogi, wilujeng nir ing sambikala. Salajengipun konjuk ngarsanipun Ibu Sri Supanti keparenga nglajengaken adicara kacar-kucur tuwin adicara adat saperlunipun.

9. Ngacarani Rawuhipun Tamu Besan
Kula nuwun para tamu, wit saking notoling manah kepengin paring pangestu dhateng temanten kekalih sarta raket rumaketing bebesanan, Bapak Ibu Warsono Sastro Hadi Kusuma kepareng rawuh ing pasamuwan punika. Ingkang tinanggenah keparenga hangacarani rawuhipun tamu besan. Mrih renggeping swasana, rawuhipun Besan kinurmatan Ladrang Tirtakencana, Laras Pelog Nem. Sumangga.

10. Ngacarani Adicara Pangabekten
Sanggya para tamu, kadang besan sutresna panjenenganipun Bapak Ibu Warsono Sastro Hadi Kusuma sampun lenggah aben ajeng kaliyan panjenenganipun Bapak Ibu Rukmanto Sudirahusada wonten sasana ingkang sampun sumadya, keparenging sedya badhe hanampi sungkeming putra temanten sarimbit. Dhumateng para-para ingkang piniji rahayuning sedya kasumanggakaken. Tumapaking adicara sungkeman binarung ungeling Ladrang Mugi Rahayu laras slendro pathet manyura. Sumangga.

11. Ngacarani Adicara Atur Pambagya
Para tamu kakung sumawana putri, panjenenganipun Bapa Rukmanto Sudirahusada badhe marak ngabyantara sami, saperlu ngaturaken pambagyaharja, miwah wudharing gantha, lekas wekasing sedya, wigatosing gati. Inggih kabekta saking raos bombong miwah mongkoging manah, karana karoban ing sih sedaya ingkang sampun kepareng hanjenengi, saengga boten kuwawi matur piyambak, jrih menawi boten saged kawiyos ing lathi, namung kandheg wonten ing jangga, mila lajeng hanyaraya dhumateng panjenenganipun Bapa Tukijo Djoko Suhardjo. Ing salajengipun dhumateng para-para ingkang piniji, sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga.

12. Ngacarani Adicara Kirab Kanarendran
Sanggya para tamu, keparenging sedya temanten sarimbit badhe jengkar saking sasana wiwaha, arsa kinirapaken wonten ngarsaning para tamu, tumunten manjing ing sasana busana, saperlu rucat busana kanarendran, santun busana ksatriyan. Tataning kirab sinanggit ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kados-kados sampun samekta ing gati para paraga ingkang badhe njengkaraken putra temanten, menggah kaleksananing sedya kawula sumanggakaken dhumateng para-para ingkang piniji. Jengkaring Sang Suba Manggala, lamun cinandra kawistara piyaking ngarsa tangkep ing wuri Gendhing Ayak-ayakan laras pelog pathet barang. Wondene jengkaring temanten sarimbit saking sasana wiwaha tumuju sasana busana binarung ungeling Ketawang Langenggita Sri Narendra laras pelog pathet barang. Sumangga.

13. Ngacarani Adicara Kirab Kasatriyan
Para tamu kakung sumawana putri ingkang winantu sagunging pakurmatan, kados-kados putra temanten anggenipun ngrasuk busana kasatriyan sampun paripurna, keparenging sedya badhe marak sowan malih ngabyantara para tamu, saperlu nyenyadhang pudyastawa mrih widadaning bebrayan. Kirabing putra temanten ngrasuk busana kasatriyan kabiwadha ungeling Ketawang Subakastawa laras slendro pathet sanga. Sumangga.

14. Ngacarani Adicara Paring Nursitawara
Para tamu kakung putri,
Temanten kekalih sampun sowan ing ngarsa. Clereting netra kawistara, agung nggenya angantu-antu paring panjenengan puji pangastuti, widadaning lampah, tulusing parasdya, anggenya mangun brayat, winisudha sinengkakaken ing tataran wredha, werdine pan kedah mandireng priyangga. Meh antuka kalidamar, pandham margining agesang bebrayan, mila kasuwun panjenenganipun Bapa Sumantri paring ular-ular dhumateng temanten kekalih, sumarambah ing sadayanipun.
Wasana, sumangga.

15. Purnaning Pamiwahan
Makaten para tamu kakung putri, mliginipun dhateng temanten kekalih. Mugi dadosa bundhelan adi, gegaran nggayuh widadaning palakrama. Kados sampun boten worsuh panampi panjenengan. Kantun keparenga sami angecakaken ing gesang bebrayan.
Minangka pratandha paripurnaning pasamuwan pamiwahan, kalanipun ingkang amengku karya, tuwin temanten kekalih sampun samapta anguntapaken konduripun para tamu ing sangandhaping wiwara pamiwahan. Konjuk ngarsanipun ibu Sri Supanti, juru mratitisaken wiraga temanten kekalih, keparenga temanten kekalih kakanthi tinuju dhateng wiwaraning sasana pamiwahan, saperlu nguntapaken konduripun para tamu.
Para tamu kakung putri,
Pamiwahan sampun paripurna.

Lumantar pambyawara, ingkang amangku karya hamangsuli hangaturaken gunging panuwun, awit paring panjenengan bebantu rupi punapa kemawon. Sadaya kiranging boja lan krami, keparenga paring agunging pangaksama.
Mligenipun tumrap jasad kula, Pambyawara, kathah saru-siku, temah tan bangkit adamel rena, kula nyuwun lumunturing pangaksama. Nuwun sugeng kondur dhumateng para tamu sadaya.

Wassalamu’alaikum Wr. Wb.
Pranatacara Bubak Kawah

Amestuti wasita adi sabdaning para winasis, dupi wus dumugi wahyaning mangsa kala dhumawahing nugraha saking Gusti ingkang Maha Asih, mangkana ta wau ingkang hamengku karsa nun inggih Bapak miwah Ibu……….. sigra jumangkah anetepi darmaning agesang, wigati amberat sakathahing durgama, jer katemben ( pungkasan ) anggenira amiwaha putra mahargya siwi, kanthi sarana ambukak kawah.
( ingkang hamengku karsa ambuka tutuping kendhaga )
Wusnya binuka warana tutuping sesaji, tinon kendhaga kalih winor ing cahya sumunu, sajuga winastan kendhaga kencana, dene ingkang sawiji winastan kendhaga mulya, jroning kendhaga kawistara sunar warni seta myang rekta,
Ingkang seta sinebat cupu adi mandhalika, dumadi saking pakartining bapa, ingkang rekta sinebat cupu manic asta gina dumadi saking pakartining biyung,
Kacarita duk kalaning bapa……….. murweng resmi ing garwa, amarengi tumuruning wahyu jati sih nugrahaning Ywang Agung, kama awarni seta manunggak kang awarna rekta, nulya ibu………….. kaparengkaken anggarbini,
Antuk sacandra denira anggarbini ponang dat mulya ngambah alam ekakamandanu, dwicandra dumugi alam dwipanunggal, tricandra ing alam trilokamaya, ugi winastan alam Gondar-gandir, alam keliwat gawat, ingkang minta wewekaning rena,
Tulus lestari gya ngambah alam caturhanggajati, wulagang neng guwa garba, dinayan ing sarining pratiwi, bahni, banyu, miwah bayu, jangkep caturcandra, pinaringan gana bau.
Pancacandra ngancik loka pancayitmajati, sadcandra pinaringan sipat jangkep, mungging sadlokajati.
Saptakawasajati yeku alaming ponang jabang inkang wus saptacandra, wus ginadhuhan pancadriya, mila kalamun mesat saking guwa garbaning rena, sampun bangkit waluya jati, jati temah waluya.
Kocapa ing kalanira dereng wanci tumelunging wahyu tumulung amila kaki / nini jabang aneras nggenira yoga brata, sadhakep saluku tunggal, ngeningken pancadriya, papat binerat, sajuga sinidikara, anut laksitaning bratajaya, anenggih bajra herawana.
Tinampi samadinira, kapyarsa lamat swara dumeling sasmita wasitaning sang Kwaseng Gesang. Wudhar denira samadi ring loka hasthasabdajati, amarengi kalaning asthacandra winahya,
Nawacandra wus kamarga, andungkap dasaarine, saking loka nawapurnajati, sumeleng suwung wiyose, myak langse gendhala giri, saking tuwa garba mesat, prapteng alam padhang lokapana, acecala sabda mulya cenger.
Wijilira sinarengan kadang catur, sajuga mijil saking jaja, tri mijil saking margina, kakang kawah , rahmuka miwah adhi ari-ari.
Jabang ambabar putri, wanci sapeken kaparenging rama ibu tinengeran Rara……..
Enggaling kang sinursita, wit wekel taliti talaten anggenira anglelinthing anggulawentah, sarta pamarsudinipun ing reh kasarasan, kawasisan, katrampilan kagunan, miwah kasusilan satatakramanipun, putra putri  wulagang dadya Kenya dewasa, seger saras jiwa raga, susila, prasaja, anggung gambira, wasis trampil, sinembuh ing sulistya,
Amarengi ari piniji surya pinilih, miwah wulan dalah warsa winanci, sang dyah sembada jinatukrama dening sang satriya sumbaga wiratama ingkang wus sahabipraya kekasih bagus……….. atmajanipun Bapak saha Ibu……….
Mangkana ta wau saparipurnaning prastawa tuhu wigati wiwahaharja, panganten putri sinaratan bubak kawah, ingkang esthinira ambrastha saliring durgama, mbengkas sagunging saru siku, anyenyandhang nugraha rajarha bagya mulya.
Panganten sarimbit nulya samya lenggah jajar sumandhing, sesarengan anguningani isining kendhaga kencana sarta kendhaga mulya.
Sri pengantin wus tunggil tekade saiyeg saekakapti amangun brayan darmaning tumuwuh, rama ibu, para sepuh warga gotrah sumawana kadang mitra tuwin ingkang sudi sredha angestreni, samya menembrama mangastukara mangastuti manungku puji mrih kang tigas kawiwaha pinaringan wilujeng ing donya tuwin akherat, jejeg jumangkah , jajag jumujug, kang jinangka, bagya, bagya, sumbaga, sumbagya, anggung lumantar, lumintir, miwah lumuntur kanugrahan ira.
Kasigeg panindaking upacara bubak kawah, kirang jangkeping atur, kaladuk, dalasan lepating pangroncenipun tembung, ukara, miwah basa, mugi-mugi sampun andadosaken kiranging tangkepipun pamengku, saha salajengipun kaparengna tadhah tetesing pangaksama.

Pranatacara Mitoni
Assalamu’alaikum
Kawula Nuwun

Wonten ngarsanipun para pinisepuh ingkang tansah sinudarsana.
Dhumateng bapak Munir mingangka pangarsa dhusun ingkang kinurmatan.
Dhumateng para rawuh bapak saha ibu ingkang bagya mulya.
Langkung rumiyin sumangga kawula dherakaken sami ngunjukaken raos syukur dhumateng Gusti ingkang amurba amasesa, ingkang sampun paring nugraha kawilujengan dhumateng kita sedaya saengga saged makempal wonten ing paapn menika kanthi saras saha boten wonten alangan punapa. Amin.
Para rawuh ingkang dhahat kinurmatan,
Saderengipun adicara mitoni ing dinten menika dipunwiwiti, kawula minangka pambiwara badhe ngaturaken reroncening adicara ingkang badhe kalampah, kirang langkung mekaten:

1.Pambuka
2.Atur pambagyaharja   dening pamengku            gati
3.Siraman
4.Brojolan
5.Medhot janur
6.Gantos busana
7.Mecah siwur
8.Dodolan dhawe
9. Panutup
Para rawuh ingkang minulya,

Sumangga adicara mitoni ing dinten menika kita wiwiti kanthi  waosan basmalah sesarangan.
     Mugi-mugi adicara ing dinten menika kita saged kalampahan kanthi sae lan gancar, boten wonten alangan setunggal punapa. Amin.
Menggah adicara ingkang angka kalih nun inggih atur pambagyaharja dening pamengku gati, dhumateng Bapak Mahsun kawula sumanggakaken.
Maturnuwun dhumateng Bapak Mahsun ingkang sampun paring atur pambagyaharja.
Para rawuh ingkang minulya,
Adicara salajengipun inggih menika siraman. Dhumateng bapak Mahsun minangka tiyang sepuh saking ibu Lina, kawula sumanggakaken murwakani siraman. Salajengipun kawula sumanggakaken dhumateng  ibu Sri, dipunlajengaken Ibu Erna saha Ibu Titin, ingkang pungkasan kawula sumanggakaken ibu siti. Kaaturaken agunging panuwun dhumateng bapak saha ibu ingkang sampun katuran adicara siraman.
       Adicara ingkang kaping sekaewan inggih menika brojolan klapa gadhing cacah kalih ingkang dipungambari Kamajaya kaliyan Kamaratih ingkang ngemot kekarepan supados putra/putri saged lair bagus utawi ayu.
Kasumanggakaken dhumateng Bapak Mahsun minangka tiyang sepuh saha Ibu Sri ingkang badhe anadhahi klapa ingkang kabrojolaken. Klapa gadhing ingkang kaparingaken calon ramanipun minangka pralambang supados nglairaken putra samangke boten wonten alangan setunggal punapa.
Para rawuh ingkang dhahat kinurmatan,
Adicara salajengipun nun inggih medhot janur. Medhot janur menika minangka pralambang wajibing tiyang kakung ngilangi sedaya pepalang ing gesang bebrayan.
Adicara ingkang kaping enem inggih menika gantos busana saha dipunlajengaken adicara kaping pitu inggih menika mecah siwur.
Para rawuh ingkang minulya,
Adicara ingkang kaping wolu inggih menika dodol dhawet, dhumateng para rawuh sedaya kawula sumanggakaken mundhut dhawet kaliyan rama lan ibu kanthi ngginakaken kreweng ingkang sampun cumawis.
Mekaten kala wau adicara mitoni ing diten menika, kawula minangka pambiwara, mbok bilih wonten klenta klentuning atur ingkang kirang mranani ing manah panjenengan sedaya, kawula nyuwun lumunturing sih samudra pangaksama, mekaten atur kawula.
Matur nuwun



Wassalamu’alaikum wr wb.

Pranatacara Tumplak Punjen
Cekaking atur bilih upacara TUMPLAK PUNJEN punika satunggaling kabudayan Jawi ingkang adi luhung, liripun upacara punika mengku sasmita; antawisipun
1.     Dados srana donga pamuji atur panuwun wonten ngarsa Dalem Pangeran
2.     Dados srana nelakaken raos bingahing manah, awit saged nuntasaken tugas lan kewajiban jejering tiyang sepuh ( saged peputra, lan saged nggulawenthah,lan mala kramakaken para putra )
3.     Dados srana anggenipun saged mbagi kabingahan dumateng para putra tuwin para kadang kinasih, inggih sedherek lan tangga tepalih
4.     Dados srana pangajabing tiyang sepuh,.mligi kangge para putra wayah, kanthi mbagi udhik-udhik
5.     Tumrap para putra wayah dados srana anggenipun sami nelakaken raos bingah bilih rama ibu kaparingan panjang yuswa
Pramila tradisi punika satunggal pemut dumateng sok sintena, nalika sami nnampi kanugrahan inggih punika GESANG. Mila ujaring para winasis tradisi adat punika sageda dados tuntunan, totonan, sumrambahipun mligi kagem para putra wayah anggenipun nelakaken kabungahan wekdal semanten.
Pramila wonten ingkang adicara tumplak punjen, tatalaksitaning upacara sarta ubarampe dados lambang ingkang kebaging samudana. Kados:.
1.     Sungkeman para putra, kinarya pratanda anggenipun caos bekti, saha anggenipun ngurmati dumateng rama lan ibunipun
2.     Paringipun anggi-anggi dhumateng para putra, kinarya tanda anggenipun rama-ibu anglintiraken kabingahan lan kabegjanipun
3.     Nyebar udhik-udik kinathi tanda anggenipun tresna asih dumateng para wayah-wayahipun
Yen miturut gotheking ngakathah bilih upacara tumplak punjen ugi dados srana paring pusaka adi, tumusing anggenipun paring sabdatama kados ingkang dipun paringaken Rama Ibu Prop Dr. Bambang Sumiarto  dumateng para putra-putrinipun ing wanci punika, kinanthi candra sengkala , “ARUM ILANG TANPA NETRA”. Ingkang mengku werdi, bilih kasaenan ingkang sampun kawentar, datan wurung badhe ical tanpa lari jer boten linambaran saking telenging manah. Mula lajeng tumusing piweling:
1.     NGLUHURNA MRING AllAHIRA
2.     NGLUHURNA WONG TUWANIRA
3.     AJA LALI MARANG SEDULURIRA
4.     TUMINDAK,TUMANDUK MRIH ARUMING BUDI
5.     JAGANEN JEJEGING KAUTAMAN
( Gesang kedah ngluhuraken Allah, tiyang sepuh, sederekipun sumrambah ing sesami. Tuwin tansah ngupadi jejeging kautaman)
Ubarampe Upacara:
Anggi-anggi punika wujudipun: arta, wujud wiji kados upami uwos / beras, dhele, tholo, kacang ijo lan jagung, sarta kunir ( kaparut), dlingo bengle kairis-iris, lan sekar setaman. ingkang dipun lebetaken kanthong utawi srana sanesipun
Dene anggi-anggi kapilah dados kalih:
1.     ingkang dipun wadhahi kanthong, mligi kagem para putra lan putra mantu, sarta putra ragil ingkang krama wekdal semanten
2.     ingkang dipun wadhahi bokor/cupu , mligi kagem para wayah, sarta ingkang mbetahaken
Tata upacaranipun Tumplak Punjen

Upcara punika dipun tindakaken sasampunipun upacara kacar-kucur dhahar klimah, nanging saderengipun sungkeman manten.
Dene urutanipun inggih punika:
1.     para putra lan putra mantu, sami sowan jengkeng lan sungkem rama ibunipun
2.     yen sampun dipun sungkemi tiyang sepuh lajeng maringi kanthong anggi-anggi wau,
3.     salajengipun tiyang sepuh maringaken dhateng putra ing nembe krama. Ugi lumantar wakil ( putranipun ingkang dipun sepuhaken) maringi sedherek-sedherekipun ingkang sampun  dipun sametakaken
4.     kantun piyambah, maringaken anggi-anggi  kagem para wayah, kanthi cara anggi-anggi ingkang wonten cupu dipun sebaraken, para wayah sami ngrayah. Kanthun piyambah cupu wau lajeng dipun tumplak (dipun kurepaken) kanthi ngendika “WIS RAMPUNG” Dene anggenipun numplak ing jogan sangajenging putra manten lenggah (siniwaka) , Inggih kanthi makaten numplak cupu/bokor dados werdining upacara tumplak punjen
5.     salajengipun nembe methuk besan. Lajeng putra penganten sami sungkem rama ibunipun.
makaten ingkang saged kula aturaken, kirang langkungipun kula sumanggakaken para sutresna budayan. Nuwun
Pranatacara Tedhak Sinten
Assalamualaikum wr.wb
            Kawilujengan kabagas warasan saha katentreman hawit sih rahmating Gusti ingkang ngurwatani jagat, mugi tansah kasarira dhumateng kula kaliyan panjenengan sedaya.
Para sesepuh saha para tamu ingkang tansah winantu ing suka basuki, sumangga kula dherekaken panjenengan sedaya ngunjukaken raos sukur wonten ngarsaning Gusti Allah ingkang Maha Agung ingkang sampun paring rahmat kaliyan hidayah dhumateng kula tuwin panjenengan sedaya satemah kita sedaya saged makempal wonten ing dalemipun Bapak Nursalim saperlu mangeti adicara tedhak siti kangge putranipun Bapak Nursalim inggih punika Ade Marofiq.
Kaparenga kula Evi Yuliana minangka cumanthaka , kinen nglantaraken rantaman adicara tedhak siti ing sonten punika :
Sepisan, nun inggih     : Pambuka
Kaping kalih                  : Atur pambagyaharja saking sohibul hajat
Kaping tiga                    : Acara inti inggih punika tedhak siti
Kaping sekawan          : Panutup

            Bapak/ Ibu ingkang sami rawuh, mekaten rantaman adicara Tedhak siti ing sonten punika. Sakderengipun adicara tedhak siti dipunwiwiti sumangga sareng-sareng maos basmalah : Bismilla hirahman nirrohim.
Bapak/ibu ingkang kinurmatan, adicara salajengipun inggih punika atur pambagyaharja dening sohibul hajat Bapak Nur salim, kula sumanggakaken. Nuwun
Wassalamualaikum Wr.Wb 1


PRANATACARA SIRAMAN
 Pambuka
Assalamu Alaikum wr.wb
Mugi pangayoman, miwah berkah Dalem Gusti ingkang Maha Mirah miwah Maha Asih, tansah rumentaha tumrap panjenenganipun para tamu samenika sarta ing salajengipun.
Nuwun, panjenenganipun para pinisepuh, ingkang dahat pinundhi, para tamu ingkang satuhu kinurmatan. Keparenga langkung rumiyin kula ngunjuaken puji sokur ing Ngarsa Dalem Pangeran, Allah SWT, dene awit saking lumbering berkah Dalem, kula saha panjenengan sedaya sami kepareng lenggah ing papan menika kanthi widada, nir ing sambekala. Inggih saged hangestreni tumapaking gati adicara siraman calon pinanganten putri  Sekar Asih, Spd, putra putrinipun bapak Suharyo sekalian.
Doa
Langkung rumiyin, sumangga kita tansah angunjukaken puja puji syukur wonten ngarsanipun Gusti Ingkang Maha Agung, awit saking rahmat saha hidayahipun saengga ing ari punika kita saged pinanggih kanthi wilujeng kalising sambekala, mugiya tansah rahayu ing salami laminipun, kalebet kula, panjenengan sedaya. Amin-amin ya rabbal alamin.
Sagung para rawuh ingkang dhahat kinurmatan,
Ngabekten     
Katuran dumateng Bapa dalah biyung kinasih lenggah ing damper ingkang sampun katata kanti laksana. Bapa lenggah ing sakiwa tengening penganten.
Sakderengipun jinamas ing warih, Ni mas Calon temanten putri ing ngarsanipun Bapa dalah biyung kinasih nyuwun idi pangestu dalah nyuwun agunging pangaksama mring ingkang rama miwah biyung kinasih. Awit calon temanten putri badhe lumebet ing bebrayan enggal.
Sanadyano mboten namung meniko ingkang putra sumungkem ing pepadanira ingkang rama dalah biyung. Nanging raosing penggalih ingkang rama dalah biyung satuhu beda.  Rikala sinembah pepadane, kadya sinendhal mayang bathine. Trenyuh jroning wardaya. Trenyuhing nala ingkang datan sinayudan, satemah rama dalah biyung kuwawa ngamapah tumetesing waspa. Luh marawayan, tumetes tinampi kanthi lumahing asta mring kang putra. Minangka pratandha tumuruning nugraha, bilih ingkang rama dalah biyung ingkang sampun paring idi palilaah, miwah pangestu dhumateng kang putra henggenira arsa dhaup palakrama.
Paripurna ngabekti ing pepdanira ingkang rama kakung dalah biyung kinasih, Kang Putra calon temanten mring ingkang rama dalah biyung lumampah tumuju sasana jamas pasiraman.
Ngracik Toya
Kawuryan rising rahayu sampun lenggah ing sasana jamas pasiraman. Tumuli Bapak Ibu Suharso ngracik toya suci perwita kang minangka sarana jamas pasiraman calon pinanganten putri.
Ingkang rinacik ingkang sepisan, Bapak Suharso mundhut toya saking kraton sinuntak ing bokor, salajengipun ugi toya saking lepen tempuran. Warih saking kraton, her saking lepen tempuran, miwah toya saking dalem riki sampun manunggal dadya sawiji. Mugi rising ahayu samangke kasawaban saking wibawaning kraton sarta saged manjing ajur-ajer warih ing lepen tempuran.
Ingkang kaping kalih, Bapak Suharso nglebetaken klapa sepuh sagandheng. Mugi menika dadya pralampita gegandhenganipun tiyang sepuh, nun inggih besan kekalih, awit saking manunggaling putra calon pinanganten sarimbit. Wohing klapa, sangsaya tuwa sangsaya wicaksana. Mugi kekalih besan, samya agegadhengan asta, nyawiji paring pangestu miwah pitutur sejati mrih ingkang putra calon pinanganten saged manggih kamulyaning gesang.
Ingkang kaping tiga, Bapak Suharso kabyantu Ibu Suharso manunggalaken sekar sritaman nyawiji kalian toya lan klapa, Sri ateges ratu, taman nenggih gumelaring puspa. Sritaman ateges retuning sekar, wujude mawar, mlathi, kanthil, miwah kenanga. Pralampita apa kang binawar saking kedaling lathi para wredha sageda tansah kumanthil-kanthil ing wardaya, kumenang kenang ing tung-tunging nala. Amrih arum gandanipun sekar sri taman, den sedya mrih gesangipun rising calon penanganten saged angambar arum gandane kadya gandane sekar sri taman.
Ngintun Toya
Sampun rinacik toya suci perwita adi dening Bapak Ibu Suharso. Salajengipun mring karsaning kang hamengku gati, nun inggih Bapak-Ibu Sudiro kinen ngaturaken toya suci adi perwira adi dhumateng Bapak Ibu Sudirman nenggih calon besan. Toya suci perwita minangka sarana jamas pasiraman rising calon peninganten kakung. Sampun mangarsa Bapak Ibu Sudiro. Makatenta pangandikanya ingkang handuta.
Sampun bidhal ingkang dinuta, daya-daya nggenira lumaksana, parasing sedya hamung kumudu-mudu hangentasi karya, prapta ing dalemipun Bapak Ibu Sudirman.
Siraman
Amrih samekta miwah gangsar samudayanipun, keparenga kula aturi uninga bilih ingkang badhe paring jamas pasiraman samangke inggih menika, para pepundhen, para pini sepuh, pitu cacahipun. Pinilih gunggung pitu amrih risang calaon pinanganten putri tansah pikantuh pitulungan, kinasih ing sasama, cinaket mring Gusti.
Para pepundhen dalah pinisepuh ingkang kula aturaken kala wau inggih menika :
  1. Bapak Suharso
  2. Ibu Suharso
  3. Eyang Suikyem
  4. Ibu Marlinah
  5. Ibu Martini
  6. Ibu Ninuk
  7. Ibu Tri Narimastuti
Keparenga dumateng para pepundhen, para pinisepuh kasuwun pangestunipun paring jamas pasiraman dhumateng risang calon pinananganten putri.
1.      Ingkang sepisan paring jamas pasiraman nun inggih Bapak Suharso kanthi kebak ing pangati-ati, sarwa sarwi binarung donga suci lumebering toya waradung saranduning sarira risang ahayu. Ancles kadya siniram tirta sawindu, mahanani, ayem,temtrem sajroning kala.
2.      Ing kaping kalehipun, kasuwun ibu biyung kinasih paring pangestu sesuci, age-age marepegi ingkang putri. Kebak ing sutresna, jinamas ing warih risang calaon pianganten putri. Waradin ing sarira saking pucuking rikma dumugi samparaning ahayu.
3.      Salajengipun keparenga ingkang Eyang, nun inggih Eyang Sukiyem paring pangestu dhumateng wayah, kanthi pangestu suci dhiri karana paring jamas pasiraman toya suci perwita adi. Ketang tresnaning eyang marang wayah, sakderengipun angguyur toya paring puji pandonga rahayu. Kanthi pianringan toya perwita sari mugiya calon pinanganten putri hayem, tentrem, kadya pinaringan pangayoman risang ahayu mring ingkang eyang dupi piaringan pamuji donga miwah siniram ing warih suci.
4.      Katuran dumateng Ibu Marlinah
Mugi risang ahayu saged kasawaban mring kawegigan miwah kawicaksanan. Satemah ing tembe saged kasil ing babagan pakaryan
5.      Katuran dumateng ibu Martini paring jamas pasiraman, mugi Calon pinanganten putri sageta nderekaken sun tuladanaipun ibu…..
6.      Keparenga ibu Ninuk mugi calon pinanganten saged nulad mring ibu Ninuk
7.       Ingkang pungkasan kasuwun dumateng ibu Tri Narimastuti paring idi pangestu dalah  paring jamas pasiraman, mugya pinanganten putri saged handerekaken hambangun kulawarga ingkang bagya mulya.
Jangkep pitu cacahe para pepundhen paring jamas pasiraman. Mugi-mugi suci lahir lan bathine risang ahayu satemah mdhep mantep anggenipun calon pinanganten ing dinten benjang badhe nglampahi upacara suci sarta sakral agung inggih punika adicara palakrama. Mawantu-wantu Bapak/Ibu Heri ngaturaken agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan, Muhung Gusti Kang Maha mirah ingkang badhe males luhuring budi panjenengan sadaya. Amin.
SESUCI MECAH KEDHI
Saklajengipun Bapak Suharso paring toya sesuci ingkang mijil saking telengih kendhi pratala. Kendhi wus ngarani wadhah, pratala ateges lemah. Ilining toya boten pedhot mratandahani. Sempulur ing karahayon, sempulur anggenipun kagungan kersa, sempulur ing sandang, bogam, donya brana. Kanthi sesucen menika, mugi-mugi risang ahayu anggenipun badhe ngayahi wajib, kalis ing godha rencana, kalis ing sambikala, hamung rahayu kang bakal tinemu.
Pangkas Rikma
Titi laksana salajengipun nun inggih Bapak Suharso arsa mangkas rikmane ingkang putri. Pangkasan rikma winadhah ing mok, tinampi dening ingkang ibu. Mugi risang ahayu nyembadani kekudanganipun ingkang rama miwah ibu kadidene sasmita pangkas rikma nun inggih wiwit samenika risang ahayu samekta bawa priangga kalamun sampun kulawarga mangun gesang tembayatan kaliyan ingkang garwa.
Pondhongan
Rama kakung tumindak bopong pungkasan, ingkang paring sasmita hambok bilih  ing dinten menika rama kakung saged mbopong putrinipun ingkang pungkasan.
Tanem Rikma
Kawuryan Bapak Ibu Suharso sampun mijil saking wisma arsa tumuju wonten ing pundi dumununging papan ingkang kangge hananem rikma. Pundi dununging papan minangka hananem rikma, nunggih wonten ing palataran wiwaraning gapura ingkang sisih kiwa. Kawuryan sampun sawega, ingkang ibu sarwi ngunandika,
Goteking kandha, ujaring bakul sinambe wara, bilih papan ingkang minangka sasana paneming rikma bisa kanggo tamba kangen. Benjing kalamun ingkang sampun palakrama temtu badhe uwal saking pangkoning bapa miwah ibu, bawa priyangga mandhireng pribadi, mpan wonten ing wisma priang gesang mulya kalyan ingkang garwa.
Pepisahan mekaten sawanci-wanci saged nuwuhaken raos kapang ing wardaya. Nalika raos kapang datan bisa sinayudan, ingkang bapak miwah ibu cekap mriksani papan ingkang kangge nanem rikmane calon penganten, satemah raos kapang saged ical musna, anane mung rasa suka lan bombong mring uripe putrane.
Pecok Tumpeng
Paripurna Bapak Ibu Suharso metak rikma ingkang putra, daya daya tumuju wonten pundi dumuning papan amangkas tumpeng. Para kadang kula saking paket pengantin sampun sawega hanyawisaken. Nalika samana Bapak Ibu Suharso sampun sumandhing ing tumpeng. Sarwa sarwi kebak ing pangati-ati Bapak Suharso mangkas tumpeng, tumuli kaparingaken dhumateng garwa nenggih ibu V. Sampun katampi pucuking tumpeng, gandheng renteng renteng Bapak Ibu Suharso tumuju wonten panti busana, nenggih panti risang calon pinanganten putri kang nembe sinumbaga mring juru sumbaga.
Pangkasaning tumpeng minangka sarana dulang pungkasan. Mratandhani kalamun Bapak ibu Suharso paring wasiat dhumateng ingkang putri supados tansah bekti mring Pangeran, datan supen mring jatining panembah, tansah mudhi dhawuhipun Gusti, sarta nyingkiri ing pepacuhipun. 
Dulang Pungkasan
Niat ingsun ndulang putra/putriku, pamujiku dulangan iki dadiya dulangan kang pungkasan. Ing sabanjure putra/putriku bisaa madeg ing pribadine dewe, nampa kanugrahaning Gusti, dadiya pangayoming sasama, sempulur ing salawase, widada, nir ing sambikala
Sade Dhawet
Kawuryan Bpk/Ibu Suharso sampun miyos saking panti. Ibu Suharso ngindhit wakul minangka wadhahing arta asiling sade dhawet. Dene ingkang garwa nenggih Bapak Suharso ngasta songsong, kang wus sawega paring pepayung mring kang garwa. Ateges dadi wong tinitah kakung mono kudu bisa paring pengayoman mring ingkang garwa amrih ingkang tinitah wadon ayem, tentrem, kalis saking was sumelang .
Rame anggenaira antri samya mundhut dhawet,  dadya pratandha kalamun ing dinten benjing, rawuhipun para tamu antri dalidir kadya kang samya mundhut dhawet.
Sarwa-sarwi mirah, hanggenira Ibu Suharso sade dhawet, dhawete ayu, manis ing rasa, mila samya suka pari suka ingkang samya antri badhe mundhut dhawet. Mboten wonten ingkang kuciwa ing rasa, snmya suka ing nala.
Kajawi punika, sdayan dhawet ugi dados pratandha bilih bpk/ibu Suharso suka dene mring sesami. Satemene sapa wonge murah mring sasama, bakal pinaringan murah mring Gusti kang Maha Kuwasa. 
Panutup
Makaten napa ingkang saget kula aturaken wonten adicara Siraman menika, mboten kesupen kula ing ngriki minangka sesulihipun ingkang hamengku gati, ngambali atur sugeng rawuh sinartan atur agunging panuwun ingkan tanpa pepindang rehning panjenengan para tamu sampun minangkani pamundhutipun Bpk/Ibu Suharso. 
Para rawuh para lenggah,
Dening kula nindakaken urut reroncenipun adicara, milai purwa dumugi paripurna tartamtu kathah kekirangananipun ugi kekilafan kula, mila menika kula namung nyenyadhong lumunturing sih samodra pangaksama dumateng ingkang hamengku gati ugi panjenengan sedaya, labed budi daya kula manungsa. Nuwun.

 






RANTAMAN ADICARA MANTEN

1. PASRAH PISANG WSANGGAN.
MENGKU WERDI BILIH PANJENENGANIPUN BP….ANGGENIPUN NEDYA MALAKRAMEKAKEN
PUTRANIPUN TANSAH SINONGGO ISTI MURNI SOHO TULUSING PENGGALIH PUNOPO DENE TANSAH SUMENDE ING MAHA PANGREKSO DALEM MOHO KUAOS.
2. KEPYOK KEMBAR MAYANG.

KEPYOK KEMBAR MAYANG  NGANGGO SEKAR MANCA WARNA PANGAJABING SEDYO MURIH ANGENIPUN BEBRAYAN TANSAH HANGRUMBOKO MANGGIH SUKO BASUKI.
3. BALANGAN GANTAL.
SAYA CAKET TINDAKIPUN RISANG TEMANTEN KEKALIH, GYA SAMYA AMANGUT TINGAL, TEMPUKING NETRO HANDAYANI PANGARIBAWA INGKANG HAMBABAR MANUNGGALING NALA INGKANG TUNANEM ING SANUBARI. NULYO KUMLAWE ASTANE TEMANTEN PUTRI SARWI HAMBALANG GANTAL MRING TEMENTEN KAKUNG INGKANG WINASTAN GONDANG KASIH, TEMANTEN KAKUNG GUMANTI HAMBALANG GANTAL MRING TEMANTEN PUTRI INGKANG WINASTAN GONDANG GUNTUR. PUNOPO TA WUJUD MEWAH WERDINIPUN GANTAL, GANTAL DUNADI SAKING SURUH INGKANG LININTING TINANGSULAN LAWE WENANG, PINILIH SURUH INGKENG TINEMU ROE, INGKANG NEMU WERDI: SURUH LAMUN DINULU BEDA LUMAH LAWAN KAREPE YEN GINIGET TUNGGAL RASANE,MENGKU PEALAMBANG DUMATENG PUTRA TEMANTEN NUGI TANSAH MANUNGGAL CIPTO, RASA MEWAH KARSANE, SURUH ASUNG PITEDAH SUMURUPO NGANTI WERUH, BISOA NGANTI TEKAN RAOSING RASA INGGIH RASA SEJATI. SANAJAN INGKANG SAJUGO JEJER PRIYA KANG SAWIJI PUTRI LAMUN BISO MANUNGGALAKE TEKAT LAN RASANE PINESTI DADI JATU KRAMANE.

4. MECAH ANTIGA. KALAJENGAKEN RANUPODO/ WIJIDADI.

PUNOPO TO WERDINIPUN MECAH TIGAN LAMBANGING BIBIT KAWIT WONTENING TOYO SUCI INGKANG WENING NDADOSAKEN TRESNO INGKANG HANGRUMBOKO,  LAN BILIH WIWIT WANCI KUWI RISANG TEMANTEN KEKALIH SAMPUN PECAH NALARIPUN            AMRIH MANGGIH KAMULYAN .
PARIPURNO TIGAN MANTEN HANYAKETI KANG ISI TIRTO WENING PAWENINGING KAUTAMAN KATINGGAL KAMBANG- KAMBANG KUMAMBANG TRI PUSPITO WARNA:
KANTHIL, MLATI, MEWAH MAWAR. KANTHIL AWIT KUMANTILENG KATRESNAN TEMANTEN PUTRID, MLATI AWIT SAKING KEDALING LATHI PENGANTEN KAKUNG, WONDENE MAWAR ARUM MANGAMBAR GANDANE DONYO TEKAN DELAHAN. SIGRO RISANG TEMANTEN PUTRI HAMBASUH AMPEYANIPUN INGKANG GARWO, KANTHI TULUS IKLASING NOLO BILIH WIWIT ARI KALENGGAHAN MENIKO NGANTOS AKHIE TEMBE TANSAH BEKTI MRING KAKUNG. MINONGKO PRATANDA TAN ANA KANG PANTES ANGAYOMI, ANENUNTUN, HANGANTI KEBLATING PANEMBAH GEJAWI SANG BINANGUS. SATEMAH SUCI ILANG SALWIRING SUKERTO KALIS SAKING TULAK SARIK MEWAH SAMBEKALA.



6. LUMAMPAH LUHURING PASANGAN

RISANG TEMANTEN JUMANGKAH ING SAKNGINGGILING PASANGAN PRALAMBANG BILIH TUHU KUWI PASANGANIPUN, JODO INGKANG ADEDASAR TRESNO ASIH PILIHANIPUN PRIYANGGA. KANTHI MELANGKAH ING ATEGES RISANG TEMANTEN KEKALIH NUN INJIH WIWIT WANCI KUWI SAMPUN KASDU MELANGKAH ING MADYANING BEBRAYAN AGUNG, NUN INJIH WIWIT WANCI KUWI SAMPUN KASDU MELANGKAH ING MADYANING BEBRAYAN AGUNG, NUN INJIH MANGUN BALE WIMA TUMUJU KELUARGA INGKANG BAGYA LAN MULYO.


7. SINDURAN / SINDUR BINAYANG.

PARIPURNO TITILAKSANA PANGGIH PUTRA TEMANTEN KEKALIH GYA SININGEMBAN SINDUR DENING RAMA ATEGES TIYANG SEPUH TANSAH KASDU PARING TULODHO, WEWARAH LAN TUNTUNAN LAIR MEWAH BATHOSIPUN INGKANG PUTRA KEKALIH AMRIH GESANGIPUN PUTRA TEMANTEN SAMANGKE SAGET MULYO TULUS MANGGIH RAHARJO.

8. BOBOT TIMBANG

MENGKU PRALAMBANG BILIH RAMA IBUNIPUN PENGANTEN PUTRI PANGRENGKUHIPUN DUMATENG PUTRA PENGANTEN KEKALIH MBOTEN EMBANK CINDE EMBANK CILADAN, PUTRA KEKALIH RINENGKUH PUTRA PIAMBAK MBOTEN KABEDAKAKEN.

TINON WUS PARIPURNO UPACARA PANGGIH, SATUHU TREP PINDHA CURIGA PANGGIH KALIYAN WARANGKO. BEBASAN GETIH RONG TETES , DAGING RONG TEMPEL, BALUNG RONG CEKLEK , SAMANGKE WUS MANUNGGAL DADYA SEDYA, NUNGGAL TEKAT, NUNGGAL ATI, NUNGGAL RAGA LAN NUNGGAL JIWA. PARANE SEDYA NINGGALAKEN ALAM JEJAKA MEWAH KENYA, SAPERLU SESARENGAN LELAYARAN WONTEN ING SAMODRANING BEBRAYAN AGUNG, ANGAYAHI DARMAHING KODRAT, JEJERING GESANG. MONO KEDAH JEJODOHAN MINONGKO SARANA NANGKARAKEN WIJI KINARYO LESTARINING. TUMUWUH.

PARA RAWUH KAKUNG PUTRI NGAANCIK ADICARA SAKLAJENGIPUN NUN INJIH UPACARA ADAT KROBONGAN, ANUT SATATANING ADAT WIDIDANA INGKANG SAMPUN LUMAMPAH.
KINARYA HANETEPI ILA- ILA PEPALINING PARA KINA, ING SAMANGKE GYA LUMAMPAH UPACARA ADAT KROBONGAN, KAWIWITAN : KACAR KUCUR, DAHAR KLIMAH, SUNGKEMAN.


9. KACAR KUCUR/ TAMPA KAYA.

ELING-ELING TEMANTEN KEKALIH WIWIT TIMUR SAMPUN GINUGUNG MRING PEPOYANING KAUTAMAN ESTINING MANAH ARSO NGLESTANTUNAKEN EDI ENDAHING BUDAYA LUHUR KANTHI ANGADANI ADICARA KACAR KUCUR. SIGRO PENGANTEN KEKALIH NGADANI ADICARA KACAR KUCUR WUJUDIPUN ARTA RECEH, BERAS PALA WIJA, KACANG KAWAK DELE KAWAK, KACAR KUCUR KACANG KAWAK DELE KAWAK YEN TEBIH DADIYO SADULUR, KACAR KUCUR KACANG KAWAK DELE KAWAK YEN CEDHAK DADIYO SANAK YEN SANAK SAMSAYA SEMANAK.
UPACARA PUNIKO KINARYO PRALAMBANG BILIH JEJERING KAKUNG WAJIB PARING GUNA KAYA ASILING PAKARYAN DUMATENG INGKANG GAWRO PRALAMBANG WUJUDIPUN DANA, WASTRA MEWAH BOGA. MAKATEN UGI JEJERING GARWA WAJIB HANAMPI GUNO KAYA SAKING KAKUNG KANTHI GEMI, NASTITI, NGATI- ATI, SURTI DEN CAKAKEN KANTI PERMATI MURIH RAHAYUNING KELUARGA. SATEMAH KELUARGA MBOTEN MBADE KECINGKRANAN SAGET NGGAYUH GESANG TREP KALIYAN KEMAJENANIPUN JAMAN NUT ING JAMAN KELAKONE.


10. DAHAR WALIMAHAN/ DAHAR KLIMAH

SAKSAMPUNIPUN TAMPA KAYA/ KACAR KUCUR, KALAJENGANKEN ADICARA DAHAR WALIMAH/ DAHAR KLIMAH. ING SAK NGAJENGIPUN RISANG PENGANTEN KEKALIH SAMPUN SAMEKTO SEKUL MEWAH LAWUHIPUN, KANTHI TRAMPIL LAN PRIGEL SEKUL KINEPEL KEPEL DENING RISANG TEMANTEN KAKUNG MBOTEN WONTEN INGKANG GAGAR. ING CIPTA SARWA SARWI AMEMUJI MUGI TANSAH ANYAWIJI MANUNGGAL ING CIPTA, RASA MEWAH KARSANE KALIAN TEMANTEN PUTRI. SAMPUN PARIPURNO SEKUL KINEPEL KEPEL KEPEL SARWO SARWI RISANG PENGANTEN KEKALIH SAMI DAHAR KEMBUL DEDULANGAN. UPACARA PUNIKO KINARYO GAMBARAKEN MANUNGGALING RAOS LAHIR LAN RAOS BATHOS. BILIH PAHIT GETIRING TIYANG AGESANG BEBRAYAN NEDYA BADE KARAOSAKEN SESARENGAN, SATEMAH MBOTEN BADE WONTEN INGKANG SUWALENG KARYA.


11. SUNGKEMAN

INGKANG PINIDA RAJA SAARI SAMPUN JENGKAR SAKING DAMPAR ARSA LUMARAP NGABYANTARA PARA PINISEPUH. MBOTEN KESUPEN PENGANTEN PUTRID GYA KAKANTI DENING PENGANTEN KAKUNG ESTINING MANAH AMONG SUMEDYA ANGUSWA PEPADANING INGKANG RAMA LAN IBU.PENGANTEN SARIMBIT SIGRO TUMUNGKUL AMARIKELU TANGKEPING ASTA SUMEMBAH ING JENGKU SISIH KANAN ING BATHOS AMUNGNYENYADONG RUMENTAHING SIH SAKING RAMA LAN IBU NYUWUN TAMBAHING PANGESTU ANGGENIRO BADE MANGUN BRAYAT NETEPI JEJERING AGESANG BEBRAYAN SAGETO TULUS MULYO MANGGIH RAHARJO. DUPI INGUSWO PEPADANE RAMA IBU DENING INGKANG PUTRA KEKALIH, SUMEDOT ING GALEH, NGANTOS MBOTEN SAGET MBABAR PANGANDIKAN. KANTI KEBAK RASA TRESNO LAN ASIH PUTRA PENGANTEN KEKALIH INGELUS ELUS PAMIDANGANE, INGUSAPAN USAP RIKMANE MINONGKO PRATANDA BILIH TIYANG SEPUH KEKALIH SAMPUN KASDU PARING PANGASTAWA MEWAH DONO PUJI RAHAYU MARING GESANING INGKANG PUTRA KEKALEH TANSAH PIKANTUK BERKAH., RAHMAT SARTA HIDAYAH SAKING GUSTI INGKANG MAHA MIRAH. SAKSAMPUNIPUN WONTEN NGARSANIPUN PANGANTEN SUMUNGKEM PEPADANING RAMA IBU PENGANTEN PUTRI, LAJU KAPRATITISAKEN SUMUNGKEM WONTEN NGARSANIPUN RAMA IBU PANGANTENKAKUNG.

INGKANG PININDA RAJA SAARI SAMPUN JENGKAR SAKING DAPAR RINENGSO ARSA LUMARAP NGABYANTARA PORO PINISEPUH SUNGKEM HANGRUNGKEPI PEPADANE TIYANG SEPUH. TUNANEMING RAOS TENTREM SAJRONING KALBU DATAN SINUYUTAN MAHANANI RISING PENGANTEN KEKALIH ENGET MARANG PURWO DUK SINO INGKANG SAMPUN KEPARENG NGUKIR JIWO RAGANE WIWIT KALANING LAHIR NGANTOS DEWASA. INJIH AWIT SAKING KEBAK RAOS BOMBONG SOHO KAWIMBUHAN ING BAGYO NGATOS MBOTEN SAGET KUMECAP MATUR, AMONG PANGGRAITANIPUN BATOS INGKANG MIJIL LAMUN SAGET KAPRIYARSO MAKATEN:

DUH… RAMA IBU INGKANG PUTRA SOWAN WONTEN NGARSO PANJENENGAN MBOTEN SANES NAMUNG BADHE NYUWUN PANGAKSAMA, AWIT TANSAH DAMEL BOT KEREPOTANIPUN PARA SEPUH. SOHO NYUWUN TAMBAHING TAMBAHING PANGESTU MUGI-MUGI SEDYO SUCI INGKANG KULA CANDI KEKALIH SAGETO KALEKSANAN LAN PIKANTUK PEPAJRANING AGESANG. DUPI INGUSWO PEPADABE RAMA IBU DENING PUTRA KEKALIH , SUMEDOT RASA ING GALIH NGATOS MBOTEN SAGET MBABAR PANGANDIKAN, INJIH AWIT SINURUNG ING RAOS MONGKOKING PENGGALIH KALUBERING ING SIH NUGROHO INGKANG AGUNG PANGUDORASANING MANAH. HEY…NGGER ANAKKU SAK KALORON WUS TAK TAMPA SAKKABEHING ATURMU. RAMA LAN IBU HAMUNG NYENYADHONG SIHING GUSTI INGKANG HAKARYA JAGAT. MUGO- MUGO SEDYO LUHUR KANG MBOK CANDI ANTUKO BERKAHING PENGERAN, SOHO TANSAH KAPARINGAN ING KAHARJAN BISA LULUS RAHARJA LAKUNIRO NEMPUH JANTRANING BEBRAYAN AGUNG.


Sasana Pawiwahan
Tuladha Panyandra Sasana Pawiwahan
Rep sidhem premanem tan ana sabawaning walang salisik, lah puniko pratandha bebukaning panyondro, satuhu katah papan ingkang edi, papan ingkang endah lan nengsemaken, anangeng mboten kados edi lan endahing sasana pawiwahan.
Gapuraning pawiwahan rinenggo edining rerenggan janur kuning, sinonggo ing pisang raja, cengkir gading, tebu wulung, pari sawuli, sekar  sarto wohing kapas, ron opo-opo, suket alang-alang, miwah roning kaluwih, ron waringin sarencekipun, pengaron ingkang isi sekar setaman ingkang wasito sinandhi.
Wimbuh amilangoni sarono pawiwahan kang pinanjang dlancang rinonce, wilis, seto, rekto miwah kresno.
Rerengganing pahargyan saweneh, wonten ingkang awujud dlancang rinonce, pinatut ingkang maneko warni ingkang pito jenar kacondro kadyo podang binorehan, ingkang warni rekto yayah wukir kawelagar, ingkang biru moyo-moyo  pindho situbondholayu, dene wilis kawistoro ijo royo-royo kadyo pantun ingkang nembe gumendung, ingkang seto sumorot suci wening pindho sunaring mutyoro, lembak – lembak katiup maruto, ebah – ebah kadyo tirtaning talogo adi.
Satuhu lambanging kaweningan, mugi nyawabono dateng sri temanten ingkang arso ngambah alam bebrayan, mugi kagungono raos sumeleh, miwah nengenaken kasabaran, pindhane gulu bengawan weteng segoro, kang sarwo sarwi amomot sakaliring reh,
Panyandra Tamu
Sinigeg ingkang cinondro gantyo kang cinarito..
 Sinatriyo pundi to ingkang ka eko adi doso purwo eko marang sawiji, dasa sapuluh, purwo kawiwitan, satuhu katah titahing sukmo, nanging satus tan jangkep sedoso yen sedoso  amung sawiji, kang kasinungan budi utomo, budi utamaning kang sinatriyo mboten kadi luhuring budi pamengku gati.
 Satuhu priyagung ingkang lurur kawibawane, jembar pacopane, bebasan suket godhong dadi kadang , kalawan wrekso adoh dadi samyo mentelung, dadyo cerak samyo hamentiung.
 Ingkang adoh dadi sanak, kang cerak samsoyo sumanak, milo datan nggumunaken bilih ing wanci meniko poro tamu sampun bek amblabar hangebeki pahargayan.
Prasasat linobong ing penggalih ingkang dahat suko amarwoto suto tumanduk ingkang ndaweg mangun bujo, kadi kelem karoban ing memanis sinanding kastubo manik.
 Kapanduking raos ingkang dahat tumenem ing kalbu, saksono ambuko osiking penggalih/driyo, deniro sumengko pangawak  brojo, lir keplasing warasto lungit, prentuling parasdyo miwah esthining prayojono, tan ono liyan amung doyo-doyo denirarso asung swagoto, manembromo atur pambagyaharjo, kunjuk sagunging para tamu minulyo.
 Amung kewolo, awit saking berag birawaning penggalih ingkang dahat amoro suko, sakolo legeg putek, buneg jroning wardoyo, sanadyan saklimah tan kuwowo medhar pangandikan, awit amung kandheg wonten ing tenggak.
Mangkono pangudasmaraning driyo ingkang kawijil kanthi aris, sinawung lukitaning tembung manis, manuhara kebak ing sagowara :
“ Dhuh …sahyaning para tamu ingkang anggung sinunggo ing akrami, sepinten tho gung berawaning manah kulo ing kalenggahan puniko, awit sampun kapatedhan ing sih, kabelabak luhuring budi dharmo saking andiko sadoyo, ingkang samput kasdu minangkani sarining serat sedhahan,  kepareng anjenengi anggen kulo netepi darmaning werdho, mangun bujo kromo, amiwoho suto, amahargyo siwi,  inggih awit saking lumebering sih kadarman miwah lumintuning darmastuti saking andiko sadoyo puniko, mugi pikantuk lelintu ingkang satraju saking Gusti ingkang Maha Mirah, sarto agenging panuwun kulo ingkang mboten saged cicitro ing ukoro, mboten sanes amung dahat katedho kalinggo murdho…..
“ Dhuh..darahing budoyo ingkang sampun kontab saindenging rat pramudito, lubering sih dharmo saking andiko sadoyo, ingkang sampun kepareng jumurung ing karso , suko pepuji mangastungkoro andyanono dhumateng anak kulo penganten kekalih, ingkang sampun widagdo anambut guno talining akrami, satemah jumbuh ingkang samyo ginayuh, sembodo ingkang samyo sinedyo, lestari ingkang samyo kaesthi, hinayuwan dening Gusti ingkang Maha Hayu, humiring puji miwah pangastuti hayu hayu rahayu ring ulah ahayu…
Medaling P. Putri
Tuladha atur pranatacara medaling pengantin putri ngadani upacara tedhak jumenengan :
Binarung swaraning pradangga munyo hangrangin, hambabar  ketawang puspo warno, ana gandha arum amgambar katiyuping samirana mandha, kawistoro jengkaring sri atmaja penganten putri mijil saking tepas wangi, tepas mengku wredhi papan ingkang wangi wus hangarani, ateges milil saking panthi busono nedyo humarak sowan wonten ngarsanipun para ingkang kunurmatan, rawuh manjing salebeting sasana riningga kinanthen panjenenganipun………..
Sri panganten putri hangagem busana ingkang sarwo retno hangembo busananing garwo noto, katon pating nggalebyar pating pancurat kalamun kasaru sunaring pandam kurung ingkang hangrenggani sasana adi, pan yayah kartiko hasesilih prenah.
Hangagem puspito rinonce ing ukeliro sinampiraken wonten ing pamidhangan kanan, lamun katiyubing samirono manda kongso gandane hangebeki wisma pawiwahan.
Endah edining busana, bamimbuhi gandes luwes solah bawane, lamuntho cinondro ical sipating janmo sawantah pan yayah bathari suwargo loka ingkang tumurun.
Tindakiro sri atmojo temanten putri hamucang kanginan, lengkeh-lengkeh pindho singo lopo, sapecak mangu satindak kendel, pangudasmaraning driyo ingkang dereng kawijil ing lesan, hangrantu praptaning mudho taruno minongko gegantilaning nala.
Wus handungkap prapto ugyan ingkang tinuju, putro temanten putri nulyo kalenggahaken wonten ing sasana rinenggo, hanggrantu laksitaning adicara ingkang sampun tinamtu.
” Menawi dereng cekap saget maos Tulodho panyandra jumenengan I lan II “
Kalajengaken Upacara medaling pengantin kakung
Medaling P. Kakung
Tuladha atur pranatacara wonten ing adicara medaling pengantin kakung saking wisma palereman :
Poro rawuh sekaliyan ingkang winantu pakurmatan, langkung langkung dateng priyagung lan poro sepuh ingkang mahambeg dharmo, pono ing pamawas, miwah lebdo ing pitutur,
Prasasat linobong  ing manah ingkang dahat suto amorwoto suko, dupi anggenipun anguningani yen ta sajroning sasana pawiwahan, kawuryan  kebak luber ambelabar sagunging pro tamu kakung putri, lenggah satoto pepak sinarojo.
Binarung pradonggo munyo angrangin, ono gondho angambar arum ngabeki jroning sasana pawiwahan, nulyo, kawuryan ono tejo angenguwung mowo probo, gebyar gebyar mowo tejo anelahi, sumambirat pindho soroting baskoro ingkang  mijil ing wayah gagad rahino, kumenyar mowo prabowo kentar kentar winor  gondhowidho, sumirat ambabar tejo moyo, soyo dangu soyo cetho, saya caket saya ngalela, pranyoto puniko candrane tementen kakung, ingkang binayangkare mijil saking wismo palereman, kakanthi manjing sasana pahargyan.
Mubyar mubyar busananing penganten kakung kang wimbo busananing narendro, lamun kadulu saking mandrowo katon agung mrabu hamrabowo, agung tegese kebak ing kaendahan kang sanyoto adi luhung, dene mrabu apindho jejering narendro kang kawiwoho nucwring sajugo, mrabowo tegese sinung kawibawan, kaprabawan adi endah milangoni.
Dampyak dampyak ingkang samyo lumaksono, mbinayangkoro temantene kakung ingkang ngembo busananing narpati, pinayungan songsong agung ingkang kawastanan songsong agung tunggul asmoro.
Ingkang samyo nginarebeg pinaragan dening poro kadang sentono, sutresno, sumitro miwah wargo wandowo, ingkang sampun rilo dados bebarisaning pengombyong ingkang kedah tutwuri mbinayangkare.
Tindakiro lengkeh lengkeh anyardulolopo, lambehan kadi merak kasimpir nenggih mblarak sempal, sarirane amraboto nenggih hangringin sungsang,
Sembodo ing driyo, tan mengkoh ing pakewuh, yekto yen tamtomo, sumboho wirotomo prawiro jayeng palugon, tatag, tangguh, tanggon lan tanggung jawab. Milo lamun kacondro kasosro, kadi senopati ing narendro ingkang arso tedak siniwoko, lenggah ing dhampar dento.
Prapteng dwiwaraning pawiwahan, naliko semono temanten kakung dahan ngunguni werdoyo, dupi nguningani rerengganing pawiwaha. Kang dumadi saking pradopo monco warno
” Saged katerasaken nyondro papanpawiwahanutawi porotamu, menawi dereng cekap..”
 Kandeg lankahnyo putro temanten kakung ing dwiwaraning pawiwahan, dupi wus tinoto titi tataning gati, sigro jumangkah winang sroyo pametuking sekar cepoko, amurweng kondho dumateng kang sampun kapiji.
Gantalan, Wiji dadi, Sinduran
·         Tuladha atur pranatacara wonten ing adicara panggih pengantin sawat gantalan :
Wus dumugi wahyaning mongso kolo dumawahing kodrat, saking panguaosing Gustu ingkang Moho Wikan, Welas, Tresno lan Asih, naliko semono ono titahing Gusti kang asipat jalu lan wanito, ingkang sumedyo netepi jejering agesang ngancik ing alam bebrayan, amestuti ilo-ilo ujaring poro kino ingkang dahat pinundhi pundhi, sarto angleluri laksito harjo nulad edi endahing budoyo, nulodho budoyo kang sarwo sarwi adi luhung, tumuju dateng kautamen.
Dhampyak – dhampyak poro kadang wandowo ingkang samyo hangayap tindakipun putro temanten kakung , kandeg sawetawis sareng dumugi dwiwaraning pawiwahan.
Gantyo kang winursito…
Ingkang jengkar saking sasana rinenggo, anenggih puniko warnanipun temanten putri , kinarebeg sagunging poro – poro ingkang samyo humiring, kinanti myang poro-poro kang wis pinanci.
Dene kang munggeng tut wuri hanenggih warnariro jejoko kenyo tumaruno kalih ingkang ngasto kembar mayang kawasto, kalpataru, dewondaru, joyodaru ingkang kinaryo sarono dauping temanten sarimbit. Tindakiro lengkeh – lengkeh kadyo sarjulo lopo riyak anggajah nggoling, lambean amblarak sempal yayah merak kasimpir,
` Gendhing laras moyo…
Minggah ungeling ketawang laras moyo, tumapaking podo nut wiromo swaraning pradonggo kang munyo hangrangin, rinambang ungeling munggang kang kapiyarso ing akoso.
Kadyo saur manuk anglur selur asung pepuji pangestu marang penganten kekalih, mrih kasembadan sedyo anggenipun bebrayan ngantos dumugi kaki nini, tebih ing rubedo celak ing kanugrahan lan kabagyan
Soyo caket soyo caket anggenipun lumaksono, risang temanten putri dupi wus dumugi papan kang wus sinedyo, sigro kandeg sawetawis, temanten sami apagut tingal, tempuking paningal catur netro, catur wus ngarani papat netro mripat, podo sakolo wonten doyo pangribowo ingkang ambabar karso dadyo sarono pambukaning roso ginaib ingkang tumenem ing sanubari, tempuking pandulu satemah mbabar  raos geter ing telenging nolo
·         Gantalan :
Datan saronto risang penganten putri ambalang gantal, namung sakedeping netro risang pinanganten kakung  mbales ambalang gantal, punopo tho menggah darunanipun gantal ingkang dados bebalanganing putro tinemanten,,?
Gantal nun ninggih suruh ingkang matemu ros, ingkang minongko sarono ambuntel sarananing ganten, suruh tinangsulan ing lawe seto satuhu ngemu pralmpito,
Suruh, jarwo dhosokipun kesusu kepingin weruh, suruh lamun tho pradopo bedo lumah lawan kurepe, nanging lamun ginigit tunggal rasane, sanajan sajugo jejer priyo satunggal mijil wanito, kalamun sampun gambuhing penggalih, manunggal roso cipto miwah karsane, temu ing raos, tinangsulan ing raos tresno ingkang suci, bakal pinasthi dadyo jatu kramane, pinesthi dadi jodhone.
Pambalangiro penganten putri tumuju ing jaja miwah jengku, gantal ing jaja amrih sri panganten kakung darbe raos asih mrih garwo, tumuju ing jengku, penganten putri tansah ngajeng – ajeng ing pamengku, sageto penganten kakung mengku wanodyo dados pangayomaning brayat.
Pembalanging gantal penanganten kakung nering palaraban miwah jaja, tumuju ing palaraban ngemu wasito panyuwun mrih wanodyo mulur ing cipto, dene ing jaja amrih mekaring roso, satemah penganten puri saget menggalih kanthi weninging roso, saniskaraning tumindak miwah wicoro mung  karenak tyasing sasomo.
Purno ambalang gantalan kanthi bombonging manah…..kebak raos ingkang tumenem ing sanubari, kawuryan penganten kekalih wus jajar sumandhing aneng luhuring pasangan linambaran roning pisang rojo, pasemone nyoto lamun daupiro wus pinesthi dadi pasanganiro, kang anggung kinudang kudang, bangkit mandireng pribadi, winimbuh ing kawibawan, lir jejering narendrotomo.
Mandhap saking pasangan, ingkang sarimbit gyo marepeki antigo cinaket ing bokor kencono, minongko wadahing sekar setaman, sakolo ponang antigo tinapak ing podo,,Pyar,,,pecah sanaliko,,pramilo doyo-doyo penganten putri laju ajengku sarwi sumembah mring kakung, purno deniro sumembah gya amijiki samparaning ingkang roko kang winastan ranupodo, ranu wus ngarani toya, podo teges samparan, kang putri mijiki samparaning kang roko kanthi sedyo ngatonaken darmo bekti mring garwo, amberat sawarnaning sukerto, satemah anggeniro lumebet ing alam madyo gesang bebrayan, saged lulus raharjo manggih kamulyan.
Toya perwito kang minongko sarono pambasuhing podo, manunggal mring sekar triwarno, nunninggih mawar , mlati miwah kenongo, gandhane sekar den pepuji amrih ing tembe ngambar arum gandhane risang pinanganten, kuncoro asmane, biso dadi tepo palupining brayat mudho.
Paripurno winijikan samparaniro jinunjung lenggah risang pinanganten putri kebak ing raos tresno asih, pralampitane, risang pinanganten minongko jejering priyo, kasdu ngangkat drajating wanodyo, amrih saget jajar kaliyan drajating priyo.
·         Singep sindur :
Paripurnaning gati kang titi laksono adicoro panggih, lajeng jumeneng jajar putro tinemanten kekalih sandhing kekanten asto, satuhu sajajar drajating priyo lan wanito, sanadyan wanodyo datan nyingkur kodrating wanito minongko garwo, risang pinanganten asro lumampah tumuju ing sasana rinenggo , aloke kang samyo humyat….
Gandheng renteng – renteng kekanthen asto risang pinanganten sarimbit datan ginggang sarambut pinoro sosro, sarwi singep sindur ingkang awarni rekto miwah seto deneng romo ibu, kanthi pangajab bebrayaning putro sarimbit  tinuntun ing rehing kautamen, pinanggiyo ing budi rahayu linambar raos tresno, rhosa, tepo, sembodo lan kumawuluh, Wani ing bebener, ajrih ing kaduragan lan kanistan,
Kadyo rojo myang prameswari arso tedhak siniwoko lenggah ing dhampar dento, sapungkurnyo risang penganten inggih bapak-ibu………..suko reno ing wardoyo bapak – ibu…………dupi wus biso ngentasi wajibing wredho molokrama aken putro pinanganten sarimbit nun inggih kang ahayu roro………kaliyan sang abagus ………priyo kang mijil saking tlatah………satuhu putro kekudanganipun bapak-ibu……, wus widagdo nambut guno talining akrami risang pinanganten, kanthi nopokhasmoni pustoko pikukuhing polokromo tumapaking adicara ijab ing dinten…….suryo kaping mapan ing ………..ing wanci meniko mestuti tatacara adiluhung kanthi nindaaken adicara panggih.
Poro kadang samyo tutwuri mring tindakiro risang pinanganten, jumurung mring karsaniro risang pinanganten, anggeniro darbe karso mangun bale wismo, mangun kulowargo, mugi ing tembe enggal saged antuk kamulyan gesang, atut runtut reruntungan kadyo mimi lan mintuno, saking dunyo dumugyo delahan.
Sampun tumuju ugyan kang tinuju nenggih risang pinanganten wonten ing sasana rinenggo , gunging panuwun dhumateng poro tamu ingkang sampun suko pakurmatan tumapaking adicoro panggih, kepareng lenggah ing sasana sakawit,
Kawuryan sri pinanganten sampun lenggah ing sasan mulyo , suko ing driyo risang pinangantyan putri, ginontho ing wardoyo, kadyo puspo warnane.
Ngunjuk Dwegan & Bobot Timbang
·         Tuladha pranatacara mlebet adicara ngunjuk dwegan :
Ngunjuk dwegan, mengku suraos kekudangane poro winasisi, lan poro sepuh, mugi – mugi temanten enggal kaparingan pracimo ingkang bangkit saged toto jalmi, utawi momongan awohing apolokarami, sinartan ginadhang  mugi sri temanten saged nuwuhaken kautamen ingkang suci pantes tinulad dening bebrayaning sesami.
Kalamun risang temanten badhe necep maduning asmoro janmo, manunggalaken ing roso, roso sejati sejatining roso, satemah mijilaken komo warni seto saking pokaling bapa, miwah komo warni rekto saking pokaling reno, ing tembe saged mbabar putro kang minongko rerengganing balewismo,
Ugi dados pratondho, kalamun sedoyo tumindak miwah muna muni badhe kapenggalih kanthi weningin nolo, satemah amung rahayu kang bakal tinemu, kados unen unen : “ Ajining dhiri gumantung lathi, Ajining rogo gumantung busono, Ajining awak gumantung tumindak ”.
·         Tuladha atur pranatacara mlebet adicara Bobot timbang :
Jangkeping adicoro panggihing risang putro tinemanten sarimbit kalajengaken adicoro bobot timbang.
Penganten kekalih kapangku dening kang romo kanthi astho kekelih, karangkulaken ing pamidhanganipun tementen sekaliyan,Sineksenan dening ingkang ibu miwah poro- poro ingkang humiyat, punopo malih poro sepuh ingkang mahambeg dharmo, prasemonipun bilih romo ibu kekalih sampun satraju mengestoni, lan jumurung puji hastawanipun dhateng dhaupipun temanten sekaliyan, kanthi sampun mboten badhe emban cindhe emban siladan, anggenipun angrengkuh dhumateng putro temanten sekaliyan, putro kekalih karengkuh kados yugo piyambak, mboten wonten pundi ingkang sinebat putro mantu sadoyo kaanggep sami.
Kacar Kucur, Dahara Kembul, Ngunjuk
·         Kacar kucur :
Panjenenganipun poro tamu kang mahambeg luhuring dharmo kakung sumawono putri, pinaringan sih wilasitaning Gusti kang Moho Agung, Temanten sekaliyan sampun kalampahan panggih, kaparengo gyo ngadani adicoro tonpo koyo kacar kucur.
Kacaryos dupi wus ngancik ing titi laksono, penganten kakung gyo jumeneng ngasto tilam lampus, isi wos kapuroto jowo kethos polowijo sekar ponco warno miwah arto receh, kasuntak ing pangkoning kang garwo, katadahan katampi mawi sindur ingkang awarni rekto
Guno tompo koyo kyai ambarsejati nenggih risang pinanganten kakung paring tompo koyo mring nyai ambarsejati nenggih risang pinanganten putri, guno tompo koyo pralambang  tanggel  jawabing priyo.
Minongko tetunggaling kulawargo darbe  tanggel jawab nyekapi sandang  baga ing kulawarga, tanpa kaya kacang kawak, dhele kawak, jagung kawak, won jenar, arto pralambanging boga, wastra, miwah hartaka, mugi risang panganten ing tembe kacekapan sandang baga.syukur bage  pinaringan kesugihan, lamun pinaringan kesugihan sageda lumeber mring para kadang sentana tangga tepalih.
Kawuryan risang pinanganten putri nampi tampa kaya datan wonten ingkang marebel sanajan kang sajugo, mratandhani dados wanodyo ingkang gemi nastiti, surti  tur ngati-ati.
Asiling tonpo koyo laju katitipaken mring wanodyo kang pinitados rumekso kawidagdaning tanpo koyo nun inggih ingkang ibu…………paripurno nitipaken tonpo koyo, pinanganten sarimbit wangsul ing sasana sakawit, nenggih sasa na rinenggo.
·         Dhahar  Kembul :
Tumuli risang pinanganten nindaaken dhahar kembul, dhahar nedo kembul yo wus ngarani sesarengan, pralambang sageto tumangkep manggih sing katresnanipun temanten kakung putri, jumbuh ingkang ginayuh, sak yek sak eko karti sembodo ingkang sinedyo, rengganeng boso ngatem sinebat manunggaling karso marganing mulyo
·          Ngunjuk toya wening :
Paripurno dhahar kembul, sri pinanganten sarimbit ngunjuk toyo wening, dadi pratandha, kalamun risang pinanganten badhe necep maduning asmoro janmo, manunggalaken ing roso, satemah mijilaken komo warni seto saking pokaling bapa, miwah komo warni rekto saking pokaling reno, ing tembe saged mbabar putro kang minongko rerengganing balewismo,
Ngunjuk toyo wening ugi dados pratandha, kalamun sedoyo tumindak miwah muna muni, badhe kapenggalih kanthi weninging nolo, satemah amung rahayu kang bakal tinemu, kados unen – unen, ajining dhiri gumantung lathi, ajining raga gumantung busono, lan ajining awak gumantung soko tumindak.
Methok Besan
·         Tuladha atur pranatacara mlebet upacara metuk besan :
Sampun sawetawis anggenyo jumeneng ing wiwaraning sasana wiwoho panjenenganipun bapak – ibu…………, tumuli salajengipun bapak – ibu……….badhe mapak ingkang beksan, kalamun pinanggyo age-age ingkang hamengku gati ngaturaken pambagyo kawilujengan,
Wus jengkar saking plenggahaniro bapak-ibu,,,,,,,,arso mapak ingkang beksan bapak-ibu………sampun antu-antu praptaning kang besan, arso mbage kabagyan awit dhauping putro temanten, naliko samono lumaksono bapak-ibu……..tansah suko ing galih, kacihno esem tansah sinunggih ing lathi, satindak tumuleh manganan, sapecak tumuleh mengering, lamun rinumpoko kadyo asung pambagyo mring poro tamu ingkang minulyo.
Sampun pinanggyo ingkang bebesanan ing wiwaraning sasana wiwoho, ingkang bebesanan samyo ajejawat asto, bapak – ibu………ngaturaken kawilujengan.
Sugeng rawuh dhumateng ingkang beksan bapak-ibu…………ingkang rawuh saking tlatah……..
Anggeniro lumaksono poro ibu wonten ing ngarso, poro bapak  wonten ing pungkur, meniko dados pratondho, kalamun poro priyo suko pangayoman marang poro wanito, poro priyo suko panjurung tumindaking poro wanodyo kang datan nalisir saking paugeraning kautamen.
Wus gambuh penggalihiro ingkang bebesanan, suko reno ing driyo dupi uningo ingkang lenggah jajar ing sasana mulyo, langkung – langkung poro tamu ingkang sampun lenggah pepak sinarojo, paring pangestu dhumateng risang pinanganten, den gegadahang amrih ingkang putro kang lenggah ing sasana mulyo, satuhu bakal mulyo uripe, nemu kagabyan lang karaharjan, kepareng ingkang besan kadereaken lenggah ing sisih keringiro risang pinanganten, paripurno ngaturaken palenggahan pakurmatan dhumateng ingkang beksan, bapak – ibu ……wangsul ing sasana sakawit.
Sungkeman
Atur Pranatacara wonten ing adicara sungkeman pengantin :
Poro rawuh kakung putri miwah saguning poro sepuh ingkang mahambeg dharmo, dupi sampun paripurno titi laksono adicoro panggih miwah tonpo koyo, kaparengo ngrumpoko dhumateng adicoro sungkeman. Dhuwung kalolos dening panjenenganipun bapak…………awit badhe atur pangabekten dhumateng pinisepuh milo datan prayogi lamun asikep gegaman. Arih tindakiro sri pinanganten sarimbit  lumarap marak sowan ing ngarsanipun romo saha ibu, kekelihipun kanthi kapratitisaken deneng panjenenganipun bapak – ibu….
“ Hung wilaheng ngawi genam emas punomo sidhem,,
Penganten kakung wus jengkar saking dampar dento kursi rinenggo, anganti ingkang garwo lumarap ngabyantoro myang kang poro pinundhi, nenggih romo dalasan ingkang ibu, lampah jengku bebasan soto matarangan, esthining penggalih amung sumedyo sumungkem dhateng padanipun ingkang  romo ibu, sigro tumungkul yayah konjem pertiwi wadanane temanten sarimbit,
Tangkepeng asto sarwo sumembah ing jengku ering kanan, sinartan eninging cipto rumasuk ing sanubari, anyuwun rumentahing pudyo hastowo saking romo miwah ibu, mring esthining driyo deniro bebrayan, tansah manggih kanugrahan, kabagyan lan kamulyan saking Gusti kang Moho Welas lan Asih.
Dupi sinungkeman ing pepadaniro ingkang romo miwah ibu, datan biso ngunandhiko, kadyo sinendhal mayang bathine, sumedhot ing galih, dhene putro sing linairake saiki wus dewoso arep mangun bale wismo, datan karoso trenyuhing nolo akaryo tumetesing waspo lamun kacondro kadyo mutyoro rinonce, ingelus – elus pamidhangane ingkang putro, ingusap – usap rekmane, ingaras kebak ing raos tresno asih.
Punopo tho menggah darunane…..?
Jro sumungkem anguswo pepadane ingkang rama ibu, penganten anggung enget marang purwaning dumadi duk rikolo linairake aneng jagad pepadhang, ginadhang gadhang kinudhang kudhang wiwit alit sahinggo dewoso,
Enget marang romo ingkang wus sembodo angukir jiwa ragane miwah dadyo lantaraning tumuwuh.
Enget marang ibu ingkang wus kuwowo dadyo papaning yugo broto salebeting nawa candra dasa ari, sarto anglelinthing anggulowentah wiwit kalane ing ngguwo garbo nganti tumekeng akhir  dewoso, rumaos menawi ageng sanget anggenipun katah dwusanipun dateng romo ibu lan kapetangan budhi. enget kapan saged atur piwales.
Eling – eling risang panganten wiwit timur mulo anggung ginunggung mring pepoyaning kautamen, amilo namung sakedhep netro wus bangkit angusadani onenging nolo, nadyan anandhang sungkowo cekap ing samudono.
Waspodo ing semu dupi anguningani bilih ingkang putro deniro karantang galih, kadyo kawijil pengendikane aris kang kebak ing wasito adi, makaten tho umpamiyo kawijil ing lesan . :
“ Duh anaakku ngger temanten sakloron….
“ Duk kalane isih cilik siro dak kekudang yen tho dewosomu biso winengku dening satriyo tomo / wanito tomo, ingkang sembodo hangayomi jiwo raganiro ing mengko tumekeng delahan, ing kalungguhan iki, sepiro tho lego bungahing atiku dene kekudanganku jebul wus dadi kasunyatan, kang menkono lelungsen dak bebekali, kanthi dak suwunake kamurahaning Gusti ingkang Moho Agung, Pangestune romo ibu marang siro sakloron bebasan tansah anglur selur pindho ilineng narmodo, mugo nggeniro polokromo biso tuwuh hangremboko, nganthi tumekaning kaki nini, alandesan dharmaning roso tresno kang hangremboko, binarung lan pangestune romo ibu kang wus satruju dumurungi marang polokaramamu , biso atut saruntut kadi mimi lan mintuno, mugyo tansah manggih kabagyan miwah kamulyan, tebih ing sukerto lan godho rencono, sarto dak sesuwun ing rino pantaran ratri, mugi enggal antuk talining brayat , yoiku wujuding pratimo ingkang bangkit biso toto jalmo, ingkang datan liyo momongan minongko rengganing bale wismo lan talining bebrayan “.
Dupi wus paripurno anggenipun sungkem pangabekten dateng padanipun romo-ibu, temanten lajeng kanthi kebak toto lan kasusilan, subositaning putro dateng tiyang sepuh, jumangkah lon-lonan arso nglenggahi dhampar rinenggo ingkang kasosro sarwo sarwi edipeni.
Opo tho rerengganing dhampar…..?
Rerenggan tarub kajawi janur kuning ingkang karenggo adi, ugi kawistoro sawenehing tetuwuhan miwah puspo rinonce , kadi tho tetuwuhan wulung cengkir gadhing dwegan wilis, gedang mas sarakit, sinonggo pisang rojo ron kemuning, pari wulen sak angkan pinoro kalih, jagung otek, godhong moyo, godhong opo-opo, miwah sekar kenongo, mawar melati ingkang ajrah jroning babut permadani, kongas ngambar arum gandane ginondho gondho jebat kasturi, punopo tho werdining tebu kang kadayang saking antebing kalbu, tiyang sepuhipun kekalih, sampun sumedyo agolong agulung, sumedyo bebesanan ingkang sinambet kaliyan raos kencenging pikir,
Ingkang pangajab panganten tuwuh tumuwuh, tumangkar gampil anggenipun nguladi guno koyo, manggiyo kalanggengan ing sugengipun, satemah ngambar arum ing asmo pindho sekar kemuning, lan saged dados pangayomaning poro sanak sederek, kadang pawong sumitro, raharjo kalis ing saporo-poro, tebih ing sesuker talak panyendhu.
Yayah suryo kembar candrane, penganten sarimbit milo cingaking poro-poro ingkang samyo humiyat, pindho bathoro komojoyo ngejowantah ingkang sarimbit kaliyang ingkang garwo bathari kumoratih, gesang reruntungan  wiwit saking madyo podo  ngantos dumugyo alam janaloko, rukun sayuk pindho gesangipun mimi lan mintuno, menawi kacondro ing jaman purwo, kadyo brayanipun risang pamadyaning pandowo risang harjuno kaliyan putri dewi woro ireng yo woro sembodro, kasanepo ing jaman madyo kadyo dhaupipun risang panji asmoro bangun kaliyan dewi sekar taji, putri ing beboyo ing kediri
Kacondro ing jaman mojopahit, kacondro kadyo prastyanipun raden damarwulan lan ingkang garwo dewi anjasmoro,
Kathah pangrumpoko lan penyondro ingkang pantes kagem penganten ingkang sayekto sampun satraju, kawiwoho kapahargyo lenggah wonten ing pasewakan, pramilo dateng pinisepuh, poro sutresno lan poro priyagung, penganten amung nyuwun sih pariwirmo, kaparingo pandungo pengesti, miwah sakatahing wursitoworo, kangge sangu miwah dedamar gesangipun penganten, anggenipun arso lelangen ing bebrayan agung, mugyo kekalihipun saged awatak momong, momot, momor, mursid lan murakabi, momong mengku pamrih sageto tansah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, momot tan gampil serik lamun cinacat, ugi mboten gampil bombong menawi kaalembono, momor gampil ing pasrawungan, mursid landep panggraitane, mboten cengkah kaliyan jejering kautamen, murakabi lir ipun mboten kalajeng nyekapi betahing priyonggo kemawon, nanging ugi sageto yrumambahi ing asanes,
Jumbuh kaliyan wewaton dhasaring negari, nun ninggih ponco silo ingkang satuhu luhur.
Wasono cekap semanten agrumpoko, janturan kagem jejering penganten ingkng nembe kawiwoho, wiwit panggih, kacar kucur ngantos dumugineng sungkeman, pangalembono miwah panyaruwe kasumangga aken dhumteng poro tamu, damar mancung cinukep semanten, lan jenang selo wader kali sesonderan, apuranto yen wonten lepat kawulo,
Nuwun.
Jumenengan 1
Janturan Tuladha panyandra kangge hanyarengi Upacara Jumenengan :
Hung wilaheng ngawi genam ..
Hung wilaheng emas punomo sidham , emas tu sirat sirat tondho uwisesaning bisono sono sinawung langen wiroto, rawat rawat rinumpoko anenggih panthi pundhi kang kaeko adi doso purwo, eko sawiji doso linuwih purwo wiwitan, panthi wus ngarani sasana papan pramilo sinebating papan sewu datan jangkep sadoso, satus tang jangkep tigo.
Senajan katah bale wismo ingkang aben cukit tepung taritis, jejel riyel riyel wismo ginupit adu pager nunggal plataran, nanging mboten kadi ing dalem yo wismane  kang hamengku gati, sanajan sanghyang suryo condro, katemben ngemengaken bodro irawan, kadulu saking mandrowo panti kang kacarios,  katawis sumorot kadyo wayah gagad rahino, pating glebyar pating kaluncar mowotejo hanelahi, awit saking doyo pangribawaning putro panganten, sawetoro denyo lenggah sri temanten wonten dhampar  rinenggo, kinebutan patah sakembaran kawuryan yayah narendro kang ndaweg siniwoko, mawi lareng manyuro
Kongas ngambar gandaniro ngambar arum ngebaki sasana pahargyan, sarwo abyor gumebyar busanane, endah asri rarah kawuryan, lah pun puniko candranipun penganten :
Penganten kakung ngagem makutho kanigoro kininepit rukmi ginepeng pinatek retno kumolo, sesumping sekar kanthil, dhatan kantun ngagem sangsangan kencono, ingkang kinaryo rebat asri kaliyan sangsangan puspo rinonce, mungwing jonggo lumebering pamidhangan, kawuryan ngeglo sasat taksoko ingkang mijil saking situ bondolayu, wimbuh akaryo pantese temanten kakung, ageman warni kresno sinulam ing benang prodo kencono, pating clorot cahyane sumunar katon tejane, paningset cindhe sabuk baludru, wangkingan warongko ladrang ukiran nunggak semi, dhuwung rinenggo puspo rinonce, ebah ebah kinaryo lumaksono, kadulu hamimbuhi pekik warnane penganten kakung, nyamping sido mukti pinarodo kencono, kembar kaliyan ingkang garwo pratondho, lamun sumedyo gesang sesarengan nggayuh kamukten lan kautamen ngantos kaki nini.
Sedeng dedeg piadege amantesi, sembodo genging sariro, solah bawane nansah nuju prono, lah puniko warnane penganten putri.
Dhasar karenggo busono kang sarwo sarwi edipeni, anom dhasare ruruh ladak pasemone, sulistyo rupane indah warnane, opo tho busanane… ?
Ngagem cecundhuk wulan tumanggal tinaretes sesotyo, pinatutu kelawan cundhuk mentul ingkang tansah ebah ebah kinaryo lumaksono, kacondro pindho wong ayu kang awe awe kekasihe, ukel rinenggo kanang puspito endah kawuryan asri dinulu, sangsangan rukmi ginepeng kinaryo tibo ndodo, pinatik sesetyo satuhu akaryo pingine ingkang samyo humiyat, busono landung awarno langking, sinulam ing benang kencono kembar podho kakunge, kacetho lamun penganten sekaliyan wus satruju boboteng katresnan, kacondro pindho gagak raton gagak wus ngarani kukilo kang awarni langking  raton podho royoman, milo jroning siniwoko tansah kawistoro pepuletan, lenggah jajar datan genggang sarambut pinoro sosro.
Dhasar tir podo irenge ,,,sir podho senenge, lamun kacondro endahing penganten putri pindho sulistyaning rojo putri kang ndaweg manjing ing ndatuloyo, dedeg piadege pidekso nenggih hangringin sungsang, kulit kadyo mas sinangling rikmo memak ngembang bakung ngandan andan anut ombaking  narmodo, jonggo ngolan olan pangarasan duren sajuring, wojo roto lir miji timun grono angrunggih, lati manggis karengat, palarapan nan nelo cendhane idhep tumenging tawang, imbo njalirit lir wulan tumanggal talingan nderesti hanyamur kuping, ati ati ngudup turi setyo kawistoro angidit ndamar kanginan nenggih blalak blalak bawang sebungkul, idhep tumenging tawang pamidhangan nraju mas lengen nggendewo pinentang, pucuking racikan amucuk ri pupus puspito payudoro nyengkir gading, pocong manjange lan bangkekan mengkik mengkik nawon kemit, pupune ngembang pudak sukune anyuthang walang jejempolane sikil tinoto pindho sirae ulo cabe, dhasare wong ayu.
Kaladuking angrumpoko umpomo penganten iku pradopo prasasat suruh lumah lawan kurepe, bedo wujude parendene lamun ginigit  podho rasane, sajugo jejer priyo satunggal jejer wanito, nanging kekalihe wis manunggal tekad tinapi cipto, roso budi miwah karsane, arso wetah anggayuh marang utamaning gesang wonten bebrayan agung, ing cipto nyawiji jroning jejodhoan wewaton rumongso handarbeni, hangrungkebi mulad sariro hangroso wani, layak yen kadi mangkono lekase risang temanten, tetelo bangkit ing tembe dadyo tepo palupining  bebrayan,
Ngagem kebayak landung rinenggo benang apindho saloko, katingal menawi penganten putri nengenaken toto krami, lan kiyat dadyo wadhahing wewadi, biso setiti, gemi, nastiti, surti lan ngati ati, jumbuh kaliyan ungeling ketawang sri narendro.
Temanten kekalih lenggah ing dhampar rinenggo kaapit awororo kalih, ingkang dadyo pangapiting penganten nenggih ingkang kawasto patah sakembaran, kembar busono kembar dedeg piadeg kembar solah bowo miwah kembar warno.
Umpami kacondro sang patah sakembaran pindho bethari waruju kang angejo wantah, samyo gegojegan parandene datan saru lamun dinulu,
Poro pamiarso kapunggel semanten rumiyen condro jumenengan, kito lajengaken condro salajengipun lumantar gendhing sri widodo.
Nuwun.
Jumenengan 2
Janturan Tuladha upacara jumenengan pengantin tulodho 2
Nuwun poro sesepuh, poro tamu ingkang dahat minulyo, salejengipun rumpoko penganten anggenipun jumenengan kito lajengaken.
Ho.ng….rerenggo edining rerenggan, janur kuning ingkang kinaryo satuhu wasito sinandhi, lire kang wasito dhauping temanten muhung dadyo sarono talining brayat kang awoh karukunan, ingkang tansah tumareming raos tresno asih rukun kadyo mimi lan mintuno, tebih ing sok serik  tukar padu lan tetengilan, pepasren pahargyan saweneh wonten ingkang  awujud dlancang rinonce, pinatut ingkang maneko warni, wonten wilis rekto, pito, seto miwah kresno, ingkang pito jenar kacondro pindho podhang binorehan, ingkang rekto yayah wukir kawelagar , ingkang wilis kawistoro ijo royo royo kadyo tanem ingkang ngedeng gemendung, ingkang pethak pindho sunaring mutyoro, ingkang milo kawistoro moyo moyo pindho situ bondholayu, dene ingkang awarni langking pindho pogho kresno sarporo kaesthi,
Lembak lembak katiuping maruto mondho, ebah ebah kadyo tirtaning talogo adi, satuhu lambanging kaweningan, mugi nyawabono sri temanten ingkang wusnyo ngambah alam bebrayan, mugi kagungono raos sumeleh miwah nengenaken kasabaran, pindhane gulu bengawan weteng segoro kang sarwo amomot sakaliring reh, rerengganing tarub kajawi janur kuning ingkang karenggo edi, ugi kawistoro sawenehing tetuwuhan miwah puspo rinonce, kadi to tetuwuhan tebu wulung cengkir gadhing  dwegan wilis , gedang mas sarakit sinonggo pisang rojo, ron kemuning pari wulen sa angkan pinoro kalih, jagung otek  godong moyo  godhong opo opo  miwah sekar kenongo mawar melati ingkang agrah jroning babut pramodane, kongas ngambar arum gandhane ginondho gondho jebat kesturi.
Punopo tho werdhine tebu, kadayang saking antebing kalbu tiyang sepuhipun sampun sumedyo agolong ageleng, sumedyo bebesanan  ingkang sinambetan kaliyan  raos kencenging pikir, ingkang pangajab sageto temanten tuwuh tumuwuh, tangkar tumangkar ,
Gampil anggen ngupadi guno koyo, manggiyo kalangkungan ing sugengipun, satemah ngambar arum ing asmo pindho sekar kemuning, lan saged dados pangayomaning poro sanak sederek kadang pawong sumitro, raharjo kalis ing sakoro koro tebih ing sesuker  talak panyendu.
Yayah suryo kembar candrane, penganten sarimbit milo cingaking poro-poro ingkang samyo humiyat, pindho bathoro komojoyo ngejowantah ingkang sarimbit kaliyang ingkang garwo bathari kumoratih, gesang reruntungan  wiwit saking madyo podo  ngantos dumugyo alam janaloko, rukun sayuk pindho gesangipun mimi lan mintuno, menawi kacondro ing jaman purwo, kadyo brayanipun risang pamadyaning pandowo risang harjuno kaliyan putri dewi woro ireng yo woro sembodro, kasanepo ing jaman madyo kadyo dhaupipun risang panji asmoro bangun kaliyan dewi sekar taji, putri ing beboyo ing kediri Kacondro ing jaman mojopahit, kacondro kadyo prastyanipun raden damarwulan lan ingkang garwo dewi anjasmoro,
Kathah pangrumpoko lan penyondro ingkang pantes kagem penganten ingkang sayekto sampun satraju, kawiwoho kapahargyo lenggah wonten ing pasewakan.
Pramilo dateng pinisepuh, poro sutresno lan poro priyagung, penganten amung nyuwun sih pariwirmo, kaparingo pandungo pengesti, miwah sakatahing wursitoworo, kangge sangu miwah dedamar gesangipun penganten, anggenipun arso lelangen ing bebrayan agung, mugyo kekalihipun saged awatak momong, momot, momor, mursid lan murakabi, momong mengku pamrih sageto tansah ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani, momot tan gampil serik lamun cinacat, ugi mboten gampil bombong menawi kaalembono, momor gampil ing pasrawungan, mursid landep panggraitane, mboten cengkah kaliyan jejering kautamen, murakabi lir ipun mboten kalajeng nyekapi betahing priyonggo kemawon, nanging ugi sageto yrumambahi ing asanes,
Jumbuh kaliyan wewaton dhasaring negari, nun ninggih ponco silo ingkang satuhu luhur.
Wasono cekap semanten agrumpoko, janturan kagem jejering penganten ingkng nembe kawiwoho, wiwit panggih, kacar kucur ngantos dumugineng sungkeman, pangalembono miwah panyaruwe kasumangga aken dhumteng poro tamu, damar mancung cinukep semanten, lan jenang selo wader kali sesonderan, apuranto yen wonten lepat kawulo.
Poro pamiyarso miwah poro rawuh, poro sutresno ingkang dahat minulyo sugeng midhangetaken ngantos purnaning gendhing  ……….
Nuwun.
Kirab 1 ( Kanarendran )
Tuladha atur pranatacara wonten ing adicara kirab 1 ( Kanarendran ) :
Dhampyak runtut swaranyo angayut –ayut, lah puniko tho wau swaraning pradonggo, ambabar ketawang langen gito srinalendro, humiring tindakiro sekaring pahargyan pawiwahan nenggih risang pinanganten kekalih, ingkang arso kirab ongko sepisan, saperlu gantos busono kastriyan, ingkang satuhu ilo ilo ujaring poro kino ingkang dhahat pinundhi pundi, sarto angleluri laksito harjo nulad edi endahing budoyo.
Sinten to ingkang sinaroyo anawung kridho minongko pangarsaning lampah ingkang sinebat subo manggolo yo manggolo subo,, ? Satuhu puniko panjenenganipun bapak………. Dhasar dedeg pidekso apengawak praboto, sembodo ing driyo tan amengkuh saliring kewuh, bangkit angentasi karyo, kasembuh wiwit naliko timur mulo anggung ginunggung ginolo-nolo inguling marang pepoyaning kautamen, milo mboten nama mokal kalamun to anggeniro kapiji minongko subo manggolo, anggung anengenaken mring kasusilan miwah subosito.
Kautamaning sang subo manggolo soyo ngalelo, kacihno lebdo ing adi endahing kabudayan, katitik anggeniro mangarsani kirabing temanten tumapak pada tinata runtut atut nut wiramaning gendhing, sinawung ebahing asto mangulah langen mataya, kawuryan wadono madhep pandulu tumungkul ing bantolo, sakedhap sakedhap asto angapurancang, jumbuh kaliyan sesanti ing ngarso sung tulodho.
Sawurining sang subo manggolo ana mudho tumaruno lumaksono jajar kalih, ingkang dhahat mabukuh pratondho prayetneng kewuh, sayekti puniko ingkang sunaroyo mangulah kridho minongko yudho manggolo kaprah sinebat talang pati, pratiwo manggolo, ugi winastan satriyo kembar, kaparagan dening kang abagus,,,,,,,dalasan bagus………….
Kekalihipun samyo kembar, kembar ing busono, kembar ing warno, dinulu sasat jambe sinigar, sinaring pasuryan sumunu wenes angilar – ngilar, busono sarwi jenar, pro kenyo kumesar andulu bregase satriyo kembar.
Ingkang tutwuri ono kenyo tanggung andon lampah, tuhu puniko minongko patahing pangantyan ingkang pinaragan putri alit sakembaran, kembar busana kembar warno kembar sariro, kembar dedeg piadeg bebasan jambe sinigar dinulu seje rupane ginigit podho rasane , anggenipun lumaksono sambi gegojegan, parandene datan saru lamun dinulu, kawuryan malah akaryo reseping paningal, candranipun ponang patahing panganten kadi putri andong tinawi nenggih wulan pergi wulan pergi wati, sanadyan paribasan durung tedhas nggeget suruh durung tedhas nggigit jambe, parandene sampun bangkit angarah prono akaryo sengseming wardoyo, ingkang mengkono keno kinaryo pracihno lamun mbenjang dewoso bakal bangkit angentasi karyo.
Gebyar gebyar pating calorot busanane. Endah asri yayah kawuryan, lah puniko chandrane temanten sarimbit, kacondro kadyo daru leleno, opo tho busanane…?
Penganten kakung ngagem makutho kanigoro awarno kresno, pinalipit ing rukmi ginepeng, pinathik ing kumolo retno sesumping sekar kanthil, datan kantun ngagem sangsangan kencono, ingkang kinaryo rebut asri kaliyan sangsangan puspo rinonce, munggwing jonggo lemebering pamidhangan kawuryan sasat taksoko mijil saking situbondolayu, wimbuh akaryo pantese panganten kakung, ageman warni kresno sinulam ing benang kencono, pating celorot cahyane sumunar katon tejane, paningset cindhe baludru wangkingang ladrang ukiran nunggak semi, selut cetho anglelelo sadriji gedhene, pinathik ing sesetyo noworetno, miwah rinenggo puspito adi rinonce satekem gedhene, anglelewer ebah ebah kinaryo lumampah ngegreng mrabu kadulu, nyamping sido asih sinerat rumit angrawit, pinarodo ing kencono tinaretes gumebyar anelahi, canelo werno kresno rinenggeng sesotyo, pating galebyar kinaryo lumaksono, tinon saking mandrowo pindho sirahing naga raja ingkang nuju tapak maruto.
Sinigeng gantyo kang cinarito, kuwung kuwung akekuwung ambabar tejo mandha maya, tejaning risang suryeng ratri, pranyoto lamun tan kuciwo memanise, meloking wadono sumunar angilar – ilar angelam-lami pindho kencono binabar.
Palarapaning penganten putri sinungging pepaes awarni kresno, ireng, meles, menges anjenges pantes, cecundhuk pinetho wulan tumanggal, den apit centhung kanan kering lir peksi jiwo jiwo, cundhuk mentul pinasang titi toto pinatut ebah ebah katiyubing maruto sumilir, kadi kembang dewo ndaru, lamun ginupit ing wardoyo, kadyo astane kenyo sulistyo angawe awe kekasihe, ukel kapetho bokor mengkurep, kapenet ing sesekaran pinilih, siniseg ing sarana kang sarwo manik, amung amimbuhi kasulistyane risang penganten putri.
Kebayak landhung lengkung warnane, ugi tan kari sinulam ing benang rukmo, kaistho sekar tunjung seto, tuhu endah tuhu edi, milo penganten putri datan siwah sekaring kedathon,
Sangsangan mas sinangling carup wor sangsangan sekar melati, ginubah kamulewer maripit ing jojo lir nogo taksoko marepek angalon lampah, sido asih nyampinge  kembar kaliyan kang kakung, pralampito kembar tresnane, kembar bibit bebet bobote, raket supeket akekanthen asto, tan genggang sarekmo, sanepo renggang gulo kumepyur pulut.
Cat kicating podo jumangkah gumebyar dening rerengganing canelo kang satwo sesetyo, asri dinulu kadi wredhu lumaku ing wanci ndalu.
Ingkang lumaksono aning wuriniro salajur sisih jajar kalih, ono kenyo ingkang maksih remojo putri, sulistyo ing warni, mumpuni ing kardi, dhasar merak ati atut panembahe ing Gusti, angrungkebi jejering wanito jati yo sejatining wanito, Nulad mring laksitaning poro putri pinunjul ing uni, bekti tresno mring sesami, sanyoto katah pro mudho tumaruno anandhang wigeno andulu poro kenyo listuhayu kumrangsanging  raos kadyo kaselak jajar sumandhing, lah puniko to warnaniro putri kang apindho dhomas.
Menawi ing tlatah ngayugyokarto winastan pager hayu, menawi wonten surokarto winastan dhomas, Dho wilangan kalih mas puniko kawan atus, jangkep wolungatus putri kang apindho dhomas.
Wekdal puniko putri ingkang pindho dhomas namung enem ingkang ndereaken jengkaring putro temanten, mengku pralampito dhateng putro temanten, biso o hanetepi harto karyo harto brata karyaning bebrayan agung, ingkang ateges  nemtoaken putro temanten ingkang  ginebeng nem perkawis , inggih puniko :
vWahyaning raos hasmoro nadha, inggih sengseming pangucap
vWahyaning raos hasmoro nala, inggih sengseming manah
vWahyaning raos hasmoro turo, inggih sengseming sih
vWahyaning raos hasmoro gama, inggih sengseming saresmi
vWahyaning raos hasmoro turidho, inggih sengseming kaprihatosan
Wahyaning raos hasmoro tontro, inggih sengseming turun.
Wondene ingkang lumaris suwantatiro, poro kadang wargo wandowo, sami sami sarimbit kalyan kang garwo, esthining parasdyo, suko asung puji pangastuti mring penganten , mugi tuluso bebrayan bagyo harjo ring dunyo prapteng delahan.
Inkang tut wuri handayani ing salampahiro, inggih puniko ingkang romo ibunipun penganten putri, jejer kalenggahanipun dados pethiting kirab, satindak tumuleh nganan, sapecak umenger ngering, lamun tho kawijilo pangunandikaniro, estu atur pujo pambagyo katur sagunging poro tamu sutresno, jojo ebek bombong mongkog karoban luhuring budi dharmane para rawuh ingkang sredho sudi angestreni dhauping putro siwi.
Kawuwoso lampahing risang pinanganten anjog ing wiwaraning sasana budoyo, nulyo sang subo manggolo suko sasmito mring ingkang binojokromo, kinen gyo angrucat  busono noropati gumantyo busono satryo aditama manjing jroning sasana busono.
Kirab 2 ( Kasatriyan )
Tuladha atur pranatacara wonten ing upacara kirab 2 ( Kasatriyan )
Wus tinarbuko wiwaraning sasana busono, kumenyar asung prabowo, kenthar kenthar angambar kongas gandhaniro marbuk arum wewangi, sumirat mirat tejo maya maya, soyo dangu soyo melengoni, soyo cerak soyo angranuhi, sanyoto tejane sang pinanganten mijil saking wismo busono arso mahas ning wismo wiwoho.
 Gyat kang samyo humiyat…..
Wit pasemone sang  pinangantyen ngagem busono kasatriyan kang sarwo endah, katingal gagah pidekso myang gandes luwes sang rinojo putri, wenang den ucapno pepindhane wong agung ing ngeksi gandha duk ing uni.
Dhasar satriyo pekik ing warno ngagem busono kang sarwi ……pating calorot pating galebyar sunare pepindhane kartiko kang asesilih prenah, sang dyah ayu tumungkul semu mesem ing wardoyo rinenggo ing sesotya maneko warno.
Penganten kakung Wus lukar busono satryo sangsoyo angenguwung prabane, sangsoyo mencorong guwayane, sangsoyo manteb penggalihe, cinondro kadi bagus danang sutowijoyo atmojoniro ki gedhe pamenahan, akekanthen asto kaliyan roro dewi semangkin atmojoniro  sri sultan drowo ing kalinyamat,  lagyo angenggar enggar driyo ameng ameng aneng udyono mriksani panjrahing sari puspito, ingkang nedheng mangudar mewangi sang senopati kembar kadi sang suwondo geni atmajane ki demang sangkal putung kalawan sang agung sadayu yoganiro ki sadewo , kekalihipun tus mijil saking tlatah jatianom, pramilo lamun kadulu pasuryane sumunar pindho sang purnomo sidi.
Tindakipun penganten sarimbit sami atut runtut reruntungan, sih kinasihan gegandengan asto, mratandhani bilih kekalihipun sampun sami mangun sedyo, badhe tansah sesarengan pindho mimi lan mintuno ngantos kaken kaken lan ninen ninen saking dunyo podo dumugyo delahan .
Kang apindho putri asta sata anglur selur dalidir kadyo putri boyongan saking wewengkon predikan ing toyo biru.
Sumusul ingkang munggwing wuntat, puniko romo ibunipun memayungi lampahing penganten sarimbit, sedoyo berowo sarto mempen ugi puji puji santi astuti basuki kang kaudi, lestari kang kaesthi.
Panjenenganipun bapak……sarimbit minongko pini sepuh penganten kekalih, katingal kekembeng waspo, nangins sanes waspo dhukiro, namung kabekto saking raos bombonging manah linandhesan puji syukur mring Gusti ingkang akaryo jagad, awit sampun karoban ing sih nugroho saenggo saget anjenengi pawiwahan ing kalenggahan puniko.
Sang subomanggolo minongko pangarsaning  kirab, sakedap kedap tumuleh atur tenggara dhumateng kang nedheng kirab, tan prabedo myang poro-poro kirab, poro pinisepuh poro tamu  kang kebak ing suko bagyo, katingal konjem lenggah semu mesem,
Kawistoro lamun kalegan ing sedyo, pramilo ing batos tansah paring puji dungo pudyastowo mrih penganten kekalih tansah teguh, rahayu basuki salami – lami.
 Sang pinanganten tuhu loro-loroning atunggal tunggal tungguling aloro, kang sawiji priyo kang sawiji putri, geleng gilig geleng rumasuk jumbuh  angurut ing cipto, rasa, karso, daya miwah karyane, munggeng jajar kalenggahane sowang sowang rumongso handarbeni, wajib hangrungkebi, mulat sariro hangroso wani.
 Pilah pinilih sajuru juru, giling geleng golong gegelengane, datan warsuh sang sinatriyo kembat menggah ingkang ginupito ing madyo tan lyan sang penganten kekalih, wondene kang winedhar ing wuri ingkang romo ibu, ingkang anggung mangastungkoro mrih paran parasdyane putri binerkahan.
Ingkang putro ginadhang gadhang tatag angadepi godha panggoda, amberat salwiring ridhu pangridhu, kawagang dadyo pangarso hangayomi, hangayemi, hangayani sanggyaning dasih kaswasih.
Pilih pinilih sajuru juru golong geleng gegelengane datan warsuh tataning titi laksito, napak tilas sang sujono, sarjono pinasthiko ingkang wus cinandhi ing amiyat,  jinempana  ing maruto, nenggih ki hajar dewantoro, ing ngarso sung tulodho, ing madyo mangun karso, tut wuri handayani.
Tan rinaos tindaking sang subo manggolo ndungkap ing sasana rinenggo, pramilo sigro ngaturi penganten kekalih mapan lenggah ing dhampar rinengo.
Tanggap sasmitho sang pengantyan kekalih, sigro mapan lenggah satata marak ing ngarsanipun poro tamu, saperlu nyeyadhong berkah pangesthu.
sumringah bingar sinawung suko ing wardoyo sang subomanggolo sidho karyo, tulus lulus angentasi karyo, nut laksitaning paratama.
Purno samudayanipun sang subo manggolo asung sasmito mring sang pindho noropati miwah parameswari, ingaturan lenggah ing sasana minulyo, salajengipun sang subo manggolo hangiring wangsul mring ingkang samyo angiring ambayangkara, ingaturang bedhol wangsul ing papane sowang sowang, cinondhro lir sata matarangan.
Nuwun.
Suba Manggala
Penget :
Sakderengipun nyekar prayogi dipun rumiyini pathetan rumiyin ingkang jumbuh kaliyan laras lan patheting gendhing ingkang kangge ngrenggani kirab 
·    Anyarkara kinarya ngrenggani
Mamrih regu regenging pahargyan
Karya umiring lampahe
Nenggih cucuking laku
Dera arsa manjing ing panti
Penganten wus samapta
Kinirapaken tuhu
Minta lunturing haksama
Tresna asih puja puji pangastuti
Hayuning palarama

·         Anteng tajem jatmika kaeksi
Ngegungaken susila nuraga
Tan kuciwa prayitnane
Siyaga sureng kewuh
Ubayane tan mbalenjani
Tegen, tanggon, tangguh
Pan alon tanggah jumangkah
Hanyaketi unggyane penganten kalih
Mangsah lumampah kirab

·         Mudha kalih siyaga umiring
Lampahira risang adimuka
Putri dhomas sawurine
Sulistya warna punjul
Rinengga ing busana adi
Karya gawok kang miyat
Temah cipta ngungun
Mangkana lampahe prapta
Ing ngarsane risang penganten serimbit
Gya tinabuh tenggara
Sebet byar kang cinarito…
Lah puniko minongko bebukaning kondho Ing ari kalenggahan puniko, ndungkap titi laksono kirabing panganten, Kawuryan ono sesetyo kalih kang coplok saking embanan, lah opo tho sebabe kawastanan mangkono..?
Wonten jejoko tumaruno dhaup kaliyan waroro, ingkang sahabe  peproyo arso lelumban ing madyaning bebrayan , wusnyo samapto gatining kang titi laksono upocoro kirabing temanten, samono sang subo manggolo ingkang mangarsani lampah sigro hanganti poro paraganing kirab ingkang sampun sawego ing gati.
Sinten tho ingkang kapiji ing karyo…?
Mboten sanes sang manggolo yudho, kang asipat satriyo kalih sakembaran, dhasar kekalihipun sami sami taksih mudho tumaruno, pekik ing warno, ngagem busono endah kang sarwi podho, milo lamun cinondhro satriyo warujuning dyan pinten lan tangsen, utawi nakulo lan sadewo.
Kanti antebing manah nyawego ing gati, hangiring panganten jengkar saking sasana wiwaha tumuju ing sasana busono, gyo hambrastho sakehing pepalang ing samargo margo, mrih yuwananing pinanganten sarimbit , kanthi asesanti rawe rawe rantas malang malang putung.
Ing pungkuran, poro putri dhomas wilangan…ngagem busono sarwi…..Dhasar sedoyo maksih sami kenyo, sami sulistyo ing warni, Pramilo lamin kacondro, pepindhane puspito ponco warno kang mekar ing taman sari, pramilo datan mokal lamun biso gawe cingaking poro taruno kang hamong karyo, Sinambet poro kadang kadayan saha pamong sumitraning panganten kang samyo gemregut rebat ngajeng, nedhahaken sih sutrinanipun dhumateng penganten kekalih.
Pungkasaning kirab, bapak – ibu………tindak lon lonan semu mesem ing wardoyo, mratandhani suko bagyaning manah nampi nugraha saking Gusti ingkang akaryo jagad.
Rikolo samono iring-iringaning kirab wus dumugi sangajenging dhampar rinenggo, sang subo manggolo sigro hangaturi penganten sarimbit jengkar saking dhampar rinenggo, astho kadhereaken gantos busono, Dupi prikso isarating sandi sang subo manggolo, sri pinanganten kekalih jengkar saking palenggahan sami jumeneng gegandengan asto.
Kebak ing kasusilan ngacarani risang temanten jengkar saking palenggahan, pinandhengan cucuk lampah ingkang ngarso nyarirani dadyo subo manggolo, gigut gemregut  rebut ngarso poro poro ingkang ngirabaken temanten,
 Jengkaring penganten kekalih lamun cinondro pindho sang sri narendro kang arso langen suko.
Kirab Pahargyan
Wicoro kirab pahargyan
 Naliko semono risang penganten sarimbit wus prapto wonten ing wiwaraning sasana pahargyan arso kirab lumebet ing sasana pahargyan, kawuryan saking mandrawa ginantha ing wardaya kadyia sri narendra kang arsa tedhak siniwaka.
 ~ Gendhing langen gita sri narendra ~
 Kadyo sri narendro kang arso tedhak siniwoko risang pinanganten, tindakiro sang rojo sahari kapangarsan mring juru laksono kang winastan subo manggolo, subo wis ngarani totokromo, tata susilo, manggala nenggih pemimpin, sang juru laksono nenggih manggalaning lampah, kanthi kebak totokromo miwah subosito sang juru laksono, mangarah arah tindake, sinten ta kang minongko sang juru laksono, nenggih dimas/kangmas/bapak………….dhasar wiwit awit mulo den gegadhang den gegulang mring edi endahing kabudayan, marmo anggeniro lumaksono tumapaking pada nut wiramaning gendhing, kanthi asesanti ing ngarso sung tulodho, suko tulodho mring satataning lampah, tatakrama lumaksono, rawe rawe rantas malang malang aputung, ngentasi pancobayaning margo mberat salwiring sukreto, mbengkas salwiring durmogo amrih tindakiro kang apindho raja myang prameswari lulus raharjo kalis saking sambikolo lenggah wonten ing sasana mulyo.
Sapungkurnyo sang juru laksono, ana patah sakembaran, sarwo kembarbusanane, sanadyan dereng pedhot anggeget sedhah, parandene ing kadewasane bakal sulistyo warnane kang akaryo gawoking jejoko kang samyo humiyat, nadyan dereng para ing budoyo, nggeniro lumaksono sesukaning nala, parandene datan saru lamun dinulu malah akaryo sengseming kirab.
Lah puniko kang dados punjering kawigatosan, kadyo raja lan prameswari nenggih pinanganten sarimbit sang abagus…………..miwah hayu………. Gandheng renteng renteng kekanthen asto bebasan datan ginggang pinoro sosro, risang pinanganten wus widagdo nambut silaning akrami kanthi napak asmani pustoko pikukuhing  polokromo ing dinten………… suryo kaping………… ing wanci meniko pinahargyo sawetawis arso nyuwun pangestu mring poro tamu ingkang minulyo, den kekudang mugi gesangiro sri pinanganten saged manggih ing kamulyan atut runtut reruntungan kadyo mimi lan mintuno, satuhu wus keplok lair bathine nyawiji karsane pinesthi dadi jatukramane, manunggal ing cipto, roso, lan karsane, kanthi asesanthi rumongso handarbeni, melu hangrungkebi, mulat sariro hangrasawani.
Ing madyo mangun karso para para ingkang bebesanan, nenggih bapak/ibu…….miwah bapak/ibu……… anggeniro kirab asesanti ing madya mangun karso. Jumurung mring karsaning putro pinanganten sarimbit, pinaringan puji pangestu rahayu amrih gesangiro pinanganten enggal manggih kabagyan.
Suwantatnyo poro poro ingkang bebesanan, lah puniko ingkang winastan putrhi dhomas miwah satriyo bagus, dho ateges kalih/loro, mas ateges sekawan atus, ing zaman kino, kalamun sang rojo dhaup polokromo ngirit putri dhomas wolung atus cacahe, satriyo bagus senopati pangapit ingkang ngrekso karaharjaning sang nata, sarwo sarwi kembar busanane, kembar kasulistyane, miwah kembar dedeg piadege, dene kang priyo sarwo bagus warnane, gagah sentosa, kang akaryo cingaking warara kang samyo uningo, kapincut kapilut sarto kapikut mring pekiking satriyo bagus senopati pangapit.
Para kadang miwah santono ingkang tutwuri handayani, suko pepuji mring ngarsaning Gusti amrih gesangiro risang pinanganten enggal saged manggih kamulyan, samyo suko ing manah para kadang mangayubagyo palakramaniro risang pinanganten, katitik esem tansah sinungging ing lati mratandhani sukaning manah, jumurung mring karsaniro risang pinanganten sarimbit ingkang lumebet ing madyaning bebrayan agung, mangun balewismo, gesang tembayatan, kaken kaken ninen ninen, lestari tumekeng wuri.
Panjang kirabing risang temanten lamun conondro kadyo taksoko lumaksono ing luhuring argo ima imantoko, sedoyo wau nambah gayeng miwah regengin swasono.
Naliko samono tindakiro risang subo manggolo wus ngancik ing sasana mulyo, sang juru lumaksono age age asung sasmito mring risang pinanganten, kalenggahaken ing sasana rinenggo.
Para bapak miwah ibu ingkang samyo bebesanan lenggah ing kanan lan keringiro pinanganten, ngampingi kang apindho raja myang prameswari, putri kang apindho dhomas satriyo bagus akaryo gapuro pager ayu pager bagus satemah adamel endahing margo tumuju mring sasana mulyo, dene poro kadang kepareng lenggah ing papan piniji suko dungo pangestu rahayu mring tumapaking karyo purwo madyo wasono rancag kalis saking sambekolo.
Paripurno ngentasi karyo, sang juru laksono sumembah mring risang pinanganten pratandha sampun bangkit ngentasi karyo.


SesorahPranatacara/PranataadicaraPengantin

Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun parapepundhen, parasesepuh, parapinisepuh ingkanghanggung mastuti  dhumateng  pepoyaning  kautamen, ingkang  pantes pinundhi-pundhi  sahakinabekten.  Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putringkang dahat kalingga murdaning akrami.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing laduni myang tulak sarik,dene kula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan.Kula piniji hanjejeri minangka pangendaliwara keparenga hambuka wiwaraning suka wenganing wicara dwaraning kandha, saperlu mratitisaken murih rancaking titilaksana adicara pawiwawahan prasaja ing ratri kalenggahan punika.
Sumangga kula derekaken sesarengan manungku puja puji santhi wontenngarsaning Gusti Ingkang MahaSuci, ingkang sampun kepareng paring rahmat lan nikmat gumelaring alam agesangwonten madyaning bebrayan agung. Katitik rahayu sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng panjenengan sadaya dalasan kawula, saengga kita saged hanglonggaraken penggalihhamenakaken wanci sarta kaperluan rawuh kempal manunggal ing pawiwahan punika, saperlu hanjenengi sarta paring berkah pangestu dhumateng Bapa Sugiman sakulawangsa anggenipunhanetepi dharmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.
Para tamu kakung sumawana putri, wondene menggah reroncening tata adicara ingkang sampun rinancang rinacik rinumpaka dening para kulawangsa nun inggih:
1.       Eko laksitagati purwakaning pahargyan inggih sowanipun putra temanten putrid mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasana rinengga
  1. Dwi laksitagati rawuh & jengkaripun putra temanten kakung tumuju dhateng madyaning sasana wiwaha
  2. Tri laksitagati dhaup panggihing putra temanten anut satataning adat widhi wadana ingkang sampun sinengker tumunten kalajengaken upacara krobongan
  3. Catur laksitagati nderek mangayuh bagyahipun kadang besan dhateng ingkang hamengku gati ing sasana wiwaha tumunten kalajengaken upacara sungkem
  4. Panca laksitagati atur pangbagya harjo panjenenganipun ingkang hameng kugati katur sagung para tamu
  5. Sad laksitagati adicara Bubak Kawah, pun lajengaken Mirunggan / Penutup.
    Paripurnaning pahargyan inggih jengkaripun temanten sarimbit saking madyaning sasana rinengga tumuju dhateng wiwaraning pawiwahan.
Mekaten menggah reroncening tata adicarapawiwahan ing ratri kalenggahan punika. Salajengipun, keparenga para tamu pinarak wontening palenggahan kanthi mardu-mardikaning penggalih,miwah kawula derekaken hanyrantos tumapaking tata adicara sinambing laras rarasing gending2 jawi.
Nuwun, nuwun, maturnuwun.


TULADHA JANTURAN
Tuladha janturan adalah ucapan pranata adicara yang berupa penjelasan tahapan atau proses pernikahan yang menggunakan bahasa Jawa krama inggil. Karakteristik bahasa Jawa dalam tuladha janturan adalah rangkaian kata yang indah, rangkaian kata yang rapi dan tertata, dan ekspresif. 
Miyosipun temanten putri
Wahyaning mangsangkala apan wus dungkap titi laksitaning adicara. Rehning kados2 putra temanten putri anggenipun hanglulur salira hangelus wadana miwah hangadi busana sampun paripurna. Sumangga kita tumapak ing adicara minangka purwakaning pahargyan, nun inggih sowanipun putra temanten putri mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasana rinengga. Wondene ingkang hanganti sowanipun sri atmaja temanten putri nun inggih panjenenganipun Ibu …A… saha Ibu …B.. . Hambok bilih sampun samekta ing gati murih rahayuning sedya kawula sumanggaken dhumateng para2 ingkang piniji. Miyosipun putra temanten putri binarung ungeling Ketawang Sekarteja laras slendro pathet manyura. Sumangga, nuwun.
Badhe methuk
Panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang satuhu luhuring budi. Kawistingal sri atmaja temanten putri sampun lenggah anggana raras, tegesipun lenggah piyambakan saperlu nyenyadhang tumuruning Wahyu Jodho. Tanggaping sasmita risang duta pamethuk nun inggih panjenenganipun Bapa ……A…. saha Bapa ……B… mangka angayahi jejibahan luhur, kepareng badhe medal pasilan tumuju dhumateng peleremanipun putra temanten kakung. Humiyating risang duta pamethuk kabiwadha ungeling Ladrang Kapang2 laras pelog pathet nem. Sumangga, nuwun.
Jengkaring putra temanten kakung
Sanggya para tamu kakung sumawana putri, mangkana lampahing risang duta pamethuk putra temanten kakung sampun dumugi sasana ingkang tinuju, nulya hanjengkaraken putra temanten kakung. Jengkaring putra temanten kakung ginarubyuk para kadang wandawa, binarung ungeling Ladrang Wilujeng laras pelog pathet barang. Sumangga, nuwun.
Badhe pasrah
Wus samekta ing gati, nun inggih sri atmaja temanten kakung sampun jumeneng sangajenging wiwara pawiwahan, kepareng badhe hanetepi upacara pasrah. Cucuking cundaka ingkang dipun sarirani panjenenganipun Bapa C miwah pengapiting putra temanten kakung panjenenganipun Bapa …B….. saha Bapa ……A…. kados sampun samekta, kepareng badhe masrahaken risang pinanganten kakung dhumateng ngarsanipun Bapa Y ingkang kalenggahan mangke badhe dipun sarirani panjenenganipun Bapa D. Wondene ingkang kepareng hanjajari panjenenganipun Bapa ……E…. saha Bapa …F…. Ing salajengipun, dhumateng panjenenganipun para2 ingkang piniji, sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga, nuwun.
Badhe nampi
Satuhu tatas titis wijang gamblang cetha trewaca tumata datan tumpang suh, atur pangandikanipun risang cundaka hamasrahaken pinanganten kakung. Salajengipun, Bapa D talanging basa Bapa Y kepareng badhe hanampi sang pindha narendra. Ing wasana, sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga, nuwun.
Badhe panggih
Wus paripurna pasrah-panampining putra temanten kakung kanthi wilujeng nirbaya nirwikara. Para tamu kakung sumawana putri, wus dumugi wahyaning mangsakala laksitaning upacara panggih anut satataning adat widhiwidana ingkang sampun sinengker. Wondene para paraga ingkang piniji nun inggih: Ingkang mratitisaken panggih putra temanten panjenenganipun Ibu …C…… Ingkang hanganti temanten kakung Bapa …E….. dalasan Bapa …F…. Ingkang nyamektakaken uba rampening panggih Ibu …A…. saha Ibu …B… Dhumateng sanggya para tamu, keparenga jumeneng sawetawis saperlu paring puji pangestu dhumateng panggihing temanten. Awit saking panjurung pangestu panjenengan sami, mugi upacara panggih punika kalis ing rubeda nir ing sambekala. Rahayuning sedya kasumanggakaken dhumateng panjenenganipun para2 ingkang piniji. Panggihing temanten kabiwadha ungeling gangsa Kodok Ngorek kalajengaken Ketawang Larasmaya laras pelog pathet barang. Sumangga, nuwun.
Badhe krobongan
Tinon wus paripurna upacara panggih, satuhu trep pindha curiga panggih kaliyan warangka. Bebasan getih rong tetes, daging rong tempel, balung rong ceklek, samangka wus manunggal dadya sajuga. Sang jejaka miwah sang kenya mangkya wus manunggal ing karep, nunggal sedya, nunggal tekad, nunggal ati, nunggal raga, nunggal jiwa. Paraning sedya ninggal alam jejaka miwah kenya, saperlu sesarengan lelayaran ing samodraning gesang, angayahi darmaning kodrat. Jejering gesang kedah jejodhohan minangka sarana nangkaraken wiji kinarya lestarining tumuwuh.
Para tamu kakung sumawana putri, ngancik adicara salajengipun nun inggih upacara krobongan anut satataning adat widhiwidana ingkang sampun lumampah. Upacara krobongan punika antawisipun: timbangan, kacar-kucur, dulangan saha ngunjuk rujak degan. Wondene ingkang badhe mratitisaken lampahing upacara krobongan nun inggih panjenengnipun Ibu ……C…….. Dhumateng ingkang tinanggenah, wekdal saha papan kawula sumanggakaken. Lampahing upacara krobongan binarung ungeling Ladrang Sri Widodo laras pelog pathet barang. Sumangga, nuwun.
Badhe rawuhipun besan
Panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang satuhu luhuring budi, madyaning suka ing kalenggahan punika boten kekilapan kadang besan sutresna nun inggih yayah rena putra temanten kakung, lekasing sedya ugi nderek mangayubagya keparengipun Bapa Y ingkang hamiwaha putra mahargya siwi, manjing wonten sasana pawiwahan, ginarubyuk sagunging para Kadang Santana. Rawuhipun gya pinapag saha ingacaran panjenenganipun BI ……A…. lajeng kalarapaken saha katampi panjenenganipun BI Y. Menggah rawuhipun kadang besan kabiwadha ungeling Ladrang Tirta Kencana laras pelog pathet nem. Sumangga, nuwun.
Badhe upacara sungkem
Sanggya para tamu, kadang besan sutresna panjenenganipun Bapa Ibu X sampun lenggah aben ajeng kaliyan panjenenganipun Bapa Ibu Y wonten sasana ingkang sampun sumadya, keparenging sedya badhe hanampi sungkeming putra temanten sarimbit. Dumateng para2 ingkang piniji rahayuning sedya kasumanggakaken. Tumapaking adicara sungkeman binarung ungeling Ladrang Mugi Rahayu laras slendro pathet manyura (= Sekar Pangkur Paripurna laras pelog pathet nem). Sumangga, nuwun.
Badhe pambagyaharja
Para tamu kakung sumawana putri, panjenenganipun Bapa Y badhe marak ngabyantara sami, saperlu ngatruraken pambagyaharja, miwah wudharing gantha, lekas wekasing sedya, wigatosing gati. Inggih kabekta saking raos bombong miwah mongkoging manah, karana karoban ing sih sedaya ingkang sampun kepareng hanjenengi, saengga boten kuwawi matur piyambak, jrih menawi boten saged kawiyos ing lathi, namung kandheg wonten ing jangga, mila lajeng hanyaraya dhumateng panjenenganipun Bapa D. Ing salajengipun dhumateng para2 ingkang piniji, sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga, nuwun.
Bakdha pambagyaharja
Satuhu tatas titis terang gamblang wijang wijiling pangandika, kaduk ruruh hangarah prana panjenenganipun Bapa D anggenipun ngaturaken pambagyaharja miwah wosing gati sampun paripurna. Ing salajengipun, keparenga para tamu pinarak ing palenggahan kanthi mardu-mardikaning penggalih sinambi nglaras rarasing gendhing2 saking pita swara ngantos dumugi parpurnaning panghargyan. Sumangga, nuwun.
Badhe kirab kanarendran
Sanggya para tamu, keparenging sedya temanten sarimbit badhe jengkar saking sasana wiwaha, arsa kinirapaken wonten ngarsaning para tamu, tumunten manjing ing sasana busana, saperlu rucat busana kanarendran, santun busana ksatriyan. Tataning kirab sinanggit ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kados2 sampun samekta ing gati para paraga ingkang badhe njengkaraken putra temanten, menggah kaleksananing sedya kawula sumanggakaken dhumateng para2 ingkang piniji. Jengkaring Sang Suba Manggala, lamun cinandra kawistara piyaking ngarsa tangkep ing wuri Gendhing Ayak-ayakan laras pelog pathet barang [binarung ungeling Sekar Pangkur Gedhong Kuning laras pelog pathet barang]. Wondene jengkaring temanten sarimbit saking sasana wiwaha tumuju sasana busana binarung ungeling Ketawang Langengita Sri Narendra laras pelog pathet barang. Sumangga nuwun.
Badhe kirab kasatriyan
Para tamu kakung sumawana putri ingkang winantu sagunging pakurmatan, kados2 putra temanten anggenipun ngrasuk busana kasatriyan sampun paripurna, keparenging sedya badhe humarak sowan malih ngabyantara para tamu, saperlu nyenyadhang pudyastawa mrih widadaning bebrayan. Kirabing putra temanten ngrasuk busana kasatriyan kabiwadha ungeling Ketawang Subakastawa laras slendro pathet sanga. Sumangga nuwun.

Badhe selingan beksan
Para rawuh saha para lenggah, kinarya hamiyak sepining swasana miwah hanglelipur tyas, badhe kaaturaken pasugatan lelangen beksan ……………………… ingkang badhe kaaturaken dening Rara …….. cs. Dhumateng para lebda ing budaya ingkang tinanggenah ngayahi gati, wekdal saha papan kasumanggakaken. Sumangga nuwun. 
Sasampunipun selingan beksan
Satuhu edi endah, babaring budaya ingkang winahya ing salebeting beksan ……………., mugi2 handayani dhumateng temanten sarimbit. Rinten dalu, enjing-sonten, among tansah runtung2, bebasan keket raket renggang gula kemepyur pulut. Runtung2 rerentengan pindha mimi lan mintuna.
Badhe selingan gendhing
Para rawuh saha para lenggah, kinarya hangrantu laksitaning tata adicara salajengipun, kasuwun panjenenganipun para tamu lelenggahan kanthi mirunggan, sinambi nglaras rarasing gendhing2 ingkang badhe kaaturaken dening Paguyuban Karawitan Pranatalaras, ingkang dipun sesepuhi panjenenganipun Bapa Tjahjana. Dhumateng para wirapradangga, keparenga ngaturaken gendhing2 ingkang jumbuh kaliyan swasana pahargyan ing hari/ratri kalenggahan punika.
Sasampunipun selingan gendhing
Satuhu edi endah, babaring budaya ingkang winahya ing salebeting gendhing2 [dening] …….……………., mugi2 handayani dhumateng para tamu ingkang katemben wawan pangandikan, langkung2 dhumateng BI Y sakulawangsa anggenipun hanetepi darmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi.
Badhe waosan donga
Sanggya para tamu, ngancik adicara salajengipun nun inggih waosan donga dening tetuwangga ingkang piniji. Atur donga konjuk dhumateng Gusti, mugi-mugi panjenenganipun BI Y anggenipun hanetepi darmaning sepuh, hamiwaha putra mahargya siwi, tansah winantu ing suka basuki. Semanten ugi temanten sarimbit anggenipun badhe lelumban wonten madyaning bebrayan agung, tansah atut runtut dumugi kaken2 lan ninen2 bagya mulya ingkang sinedya rahayu ingkang tinemu basuki ingkang kahesti gagah ingkang jinangkah. Wondene ingkang piniji kepareng badhe ngaturaken donga panjenenganipun B/I ………., ingkang punika sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga nuwun.
Sasampunipun waosan donga
Sanadyan wus paripurna atur donga dening tetuwangga ingkang piniji, parandene maksih kapireng suwantenipun lamat2 dumeling ing akasa, sumusup hima himantaka, saya ndedel nggayuh wiyati, satemah maweh prabawa hanelahi. Mratandani katarima pamintane mring Gusti, mbabar wahyu kanugrahan suci, tumanduk panjenenganipun ingkang hamengku gati, ingkang katemben hamiwaha putra mahargya siwi, mugi tetep winengku ing suka basuki, lestari salami-lami, tur kathah rejeki, lumintu dhumateng para tamu kakung-putri. Sanadyan namung reroncening purwakanthi, mugi anthuk berkahing Gusti, numusi dhumateng panjenengan lan kula sami ingkang hanjenengi pawiwahan mriki.
Badhe paripurnaning gati
Wahyaning mangsakala wus ndungkap paripurnaning adicara, jumbuh kaliyan urut reroncening adicara: purwa, madya, wasana sampun kalampahan kaleksanakaken dening para kulawangsa, kanthi wilujeng kalis ing rubeda nir ing sambekala. Minangka pratandha paripurnaning adicara, kasuwun panjenenganipun BI Y, keparenga hanjengkaraken putra temanten sarimbit tumuju wiwaraning wisma pawiwahan, saperlu hanguntapaken konduring para tamu saha nyuwun tambahing berkah pangestu. Kanthi mekaten pratandha pawiwahan prasaja ing hari/ratri kalenggahan punika sampun paripurna, sinartan sesanti jaya2 wijayanti, mugi rahayuha ingkang samya ginayuh. Jengkaring putra temanten sarimbit binarung ungeling Ladrang Gleyong laras pelog pathet nem. Sumangga nuwun.
Panutup pranatacara
Sampun paripurna pahargyan prasaja ing hari/ratri kalenggahan punika, lumantar pangendhaliwara sepindah malih panjenenganipun BI Y ngaturaken gunging panuwun saha hambok bilih anggenipun hanampi menggah karawuhan panjenengan sami, wonten kuciwaning bojakrami, wonten aruh ingkang kirang wanuh, wonten lungguh ingkang kirang mungguh, wonten suguh ingkang kirang lawuh, mawantu-wantu ingkang hamengku gati nyuwun lumunturing sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka pangendaliwara, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara miwah kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, jenang sela wader pari sesonderan, apuranta menawi lepat atur kawula. Sepindah malih: tahu kecap Purwasari menawi wonten keladuking patrap lan pangucap nyuwun pangaksami. Nuwun, matur nuwun.



[pasrah lamaran]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Kanthi pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Pangeran, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa lan kasalira dhumateng panjenengan sadaya hangluberna dhumateng kawula.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur, kawula minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan.
Panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan, kawula minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, ingkang sepisan: ngaturaken salam taklim mugi katur wonten ngarsa panjenengan, sumarambah para kulawarga samudayanipun.
Jangkep kaping kalih, ing nguni sampun wonten pirembagan ing antawisipun Bapa X sekalihan ingkang hanggadahi putra kakung kekasih pun Bagus Santo kaliyan Bapa Y sekalihan garwa ingkang hanggadahi putra sesilih Rr Ratih. Gumolonging pirembagan nedya hangraketaken balung pisah daging arenggang, bebasan ngebun-ebun enjang anjejawah sonten, ndhodhok lawang sumedya nginang jambe suruhe, kanthi atur mekaten karana sampun jumbuh anggenipun pepetangan saha sampun manunggal cipta, rasa miwah karsa, ingkang punika saking agenging manah panjenenganipun Bapa X sekalihan anggenipun katampi panglamaranipun pramila ing kalenggahan punika ngaturaken sarana miwah upakarti minangka jangkeping tatacara salaki rabi. Wondene ingkang badhe kaaturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa inggih punika:
Sanggan saha majemuk ingkang sampun wonten wujudipun, kanthi pangajabing sedya dadosa sarana sahipun sesanggeman miwah raketing kekadangan, saenggo mboten saged pisah salami-laminipun.
Kasoking katresnan Bapa X sekalihan dhumateng Bapa Y sekalihan garwa, ing mriki badhe ngaturaken malih ageman ingkang awujud rasukan sapengadhek, ing pangajab minangka agemanipun calon penganten putri.
Mboten kekilapan Bapa X sekalihan ngaturaken redana wujudipun arta, kenginga damel ngentheng-enthengi anggenipun Bapa Y sekalihan garwa netepi darmaning sepuh hamiwaha putra mahargya siwi.
Kejawi punika panyuwunipun Bapa X sekalihan, ing benjang menawi sampun dumugi titi wanci tumapaking gati, mugi calon penganten kaijabna saha kapanggihna anut satataning adat widhiwidana ingkang sampun lumampah wonten ing mriki.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih Bapa X sekalihan anggenipun ngaturaken sarana dalah upakarti wonten kekiranganipun, mawantu-wantu nyuwun agenging samodra pangaksami. Semanten ugi kawula minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, menawi wonten gunyak-gunyuking wicara cawuh kliruning basa kisruhing paramasastra miwah kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kawula nyuwun sihing samodra pangaksama. Nuwun.
[nampi lamaran]
Nuwun, kulanuwun. Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.
Kanthi linambaran trapsila ing budi miwah ngaturaken sewu agunging aksama, inggih awit saking mradapa keparengipun Bapa Y sekalihan garwa, kawula piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan lumantar panjenenganipun Bapa A.
Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan dene lampah panjenengan sampun kasembadaning karya, kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget katampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun badhe kadang besan lumantar panjenengan kawula tampi, sa lajengipun dhumawaha sami-sami.
Wondene atur pasrah paringipun sarana jejangkeping salaki rabi, kawula tampi kanthi suka bingahing manah. Ing salajengipun, mangke badhe kawula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa. Mboten kekilapan panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa namung ngaturaken agenging panuwun menggah sadaya peparinganipun badhe kadang besan sutresna, pratandha yekti kasoking katresnan dhumateng Bapa X sekalihan, mugi dadosa sarana raketing kekadangan, sami-sami netepi darmaning sepuh anggennya ngentas pitulus putra pinaringan raharja mulya.
Namung semanten panampi saking Bapa Y sekalihan garwa lumantar kawula, ngaturi uninga bilih menawi sampun dumugi wahyaning mangsa kala tumapaking ijab utawi panggih, kasuwun panjenenganipun Bapa X sekalihan wontena suka lilaning penggalih hanjenengi paring pudyastuti murih rahayuning sedya.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kuciwaning bojakrami anggen Bapa Y sekalihan garwa hanampi menggah ing rawuhipun panjenengan sami, mugi lumeberna sih samudra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara miwah kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangaksama. Nuwun.
[pranatacara]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Kula piniji hanjejeri minangka pangendaliwara keparenga hambuka wiwaraning suka wenganing wicara dwaraning kandha, saperlu mratitisaken murih rancaking titilaksana adicara pawiwawahan prasaja ing ratri kalenggahan punika.
Sumangga kula derekaken sesarengan manungku puja-puji-santhi wonten ngarsaning Gusti Ingkang Maha Suci, ingkang sampun kepareng paring rahmat lan nikmat gumelaring alam agesang wonten madyaning bebrayan agung. Katitik rahayu sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng panjenengan sadaya dalasan kawula, saengga kita saged hanglonggaraken penggalih hamenakaken wanci sarta kaperluan rawuh kempal manunggal ing pawiwahan punika, saperlu hanjenengi sarta paring berkah pangestu dhumateng Bapa Y sakulawangsa anggenipun hanetepi dharmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.
Para tamu kakung sumawana putri, wondene menggah reroncening tata adicara ingkang sampun rinancang rinacik rinumpaka dening para kulawangsa nun inggih:
Eko laksitagati purwakaning pahargyan inggih sowanipun putra temanten putri mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasana rinengga
Dwi laksitagati rawuh & jengkaripun putra temanten kakung tumuju dhateng madyaning sasana wiwaha
Tri laksitagati pasrah-pinampi putra temanten kakung
Catur laksitagati dhaup panggihing putra temanten anut satataning adat widhiwadana ingkang sampun sinengker tumunten kalajengaken upacara krobongan
Panca laksitagati nderek mangayuhbagyahipun kadang besan dhateng ingkang hamengku gati ing sasana wiwaha tumunten kalajengaken upacara sungkem
Sad laksitagati atur pangbagyaharjo panjenenganipun ingkang hamengku gati katur sagung para tamu
Sapta laksitagati lengseripun temanten sarimbit saking madyaning sasana wiwaha manjing ing sasana busana, saperlu rucat busana kanarendran santun busana ksatrian
Hasta laksitagati sowan malihipun temanten sarimbit ngabyantara para tamu saperlu nyenyadhang pudyastawa murih widadaning bebrayan
Nawa laksitagati paripurnaning pahargyan inggih jengkaripun temanten sarimbit saking madyaning sasana rinengga tumuju dhateng wiwaraning pawiwahan.
Mekaten menggah reroncening tata adicara pawiwahan ing ratri kalenggahan punika. Salajengipun, keparenga para tamu pinarak wonten ing palenggahan kanthi mardu-mardikaning penggalih, miwah kawula derekaken hanyrantos tumapaking tata adicara sinambi nglaras rarasing gending2 saking Paguyuban Karawitan Pranatalaras ingkang dipangarsani panjenenganipun Bapa Cahyono.
Nuwun, nuwun, matur nuwun.



[pasrah penganten]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Kanthi linambaran pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Gusti, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng kawula lan panjenengan sadaya.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur kawula piniji minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan [kawula kadhawuhan nglarapaken putra calon temanten kakung mugi katur panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa].
Panjenenganipun Bapa B ingkang jumeneng hangembani wuwus minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan ingkang winantu sagunging pakurmatan. Wondene menggah wigatosing sedya sowan kawula wonten ngarsa panjenengan, ingkang sepisan: ngaturaken sewu agenging kalepatan dene panjenenganipun Bapa X boten saged hanindakaken piyambak masrahaken putranipun calon temanten kakung, kapeksa namung saged ngaturaken salam taklim Bapa X ingkang lumantar kawula mugi katura ing panjenenganipun. Sanget ing pamujinipun, bilih anggenipun mengku karya hanetepi darmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.
Jangkep kaping kalih, rehning putra calon temanten kakung pun Bagus Santo, atmaja kakung saking Bapa X sekalihan ingkang pidalem ing Salatiga sampun kelampahan dhaup suci kaliyan Rara Ratih, Kenya siwi saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan, kala wau dinten …………………., surya kaping ………………………, wanci tabuh ……………, mapan ing ………………………….., kanthi nirbaya nir wikara boten wonten alangan satunggal punapa.
Sarehning sampun ndungkap titiwanci tumapaking gati, pramila calon temanten kakung kawula pasrahaken, mugi tumunten katindakna dhaup panggihing temanten. Kawula sapangombyong tansah jumurung ing karsa, sinartan puji donga mugi Gusti tansah ngijabahi dhumateng temanten sarimbit, anggenipun amangun brayat enggal, tansah manggih guyup rukun, atut runtut, ayem tentrem, rahayu ingkang tinuju, bagya mulya ingkang sinedya.
Dene ingkang wekasan, sasampunipun paripurnaning pahargyan, kawula sarombongan pangombyong temanten kakung, keparenga nyuwun pamit saha nyuwun pangestu, mugi-mugi lampah kawula sarombongan manggih wilujeng kalis saking pringga bayaning marga. Salajengipun, hambok bilih anggen kawula hanjejeri minangka talanging basa wonten gunyak-gunyuking wicara, kiranging subasita ingkang singular ing reh tata karma, kawula tansah nyuwun lumunturing sih samodra pangaksama.
Nuwun.
[nampi penganten]
Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.
Kanthi linambaran trapsila ing budi rahayu miwah ngaturaken sewu agunging aksama, inggih awit mradapa keparingipun Bapa Y sekalihan, kawula piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan lumantar panjenganipun Bapa A.
Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa papindhan dene lampah panjenengan sampun kasembadaning karya kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget ketampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun badhe kadang besan lumantar panjenengan kawula tampi, salajengipun dhumawaha sami-sami.
Wondene atur pasrah paringipun sarana jejangkeping salaki rabi, kawula tampi kanthi suka bingahing manah, ing salajengipun mangke badhe kawula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa. Mboten kekilapan Bapa Y sekalihan namung ngaturaken agenging panuwun menggah sedaya peparinganipun badhe kadang besan sutresna, pratandha yekti kasoking katresnan dhumateng Bapa Y sekalihan, mugi dadosa sarana raketing kekadangan, sami-sami netepi darmaning sepuh anggennya ngentas pitulus putra pinaringan raharja mulya.
Namung semanten panampi saking Bapa Y sekalihan garwa lumantar kawula, ngaturi uninga bilih menawi sampun dumugi wahyaning mangsa kala tumapaking ijab/panggih, kasuwun panjenenganipun Bapa X sekalihan wontena suka lilaning penggalih hanjenengi paring pudyastuti murih rahayuning sedya.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kuciwaning bojakrami anggen Bapa Y sekalihan garwa hanampi menggah ing rawuh panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara, kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, kawula tansah nyuwun lumunturing sih samodra pangaksama.
[atur pambagyaharjo]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kula cuman-thaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Kula minangka talanging basa [duta saraya sulih sarira] saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan kanthi suka bingahing manah ngaturaken pambagya wilujeng sarta agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan katur sagung para tamu ingkang sampun kersa hangrawuhi pahargyan punika.
Sumangga kula derekaken sesarengan manungku puja-puji-santhi wonten ngarsaning Gusti Ingkang Maha Suci, dene hajatipun Bapa Y sekalihan anggenipun hamengku gati, ndaup-aken putranipun ingkang sesilih N sampun kalampahan dhaup kaliyan bagus M putra kakungipun Bapa X, rikala dinten …………….. surya kaping ……………… wanci tabuh ……………. wonten ing …………………….., kanthi wilujeng nir ing sambekala.
Kaleksananing pahargyan punika karana sih pambyantunipun para sanak kadang, pawong mitra, tangga tepalih saha para tamu ingkang sampun kepareng paring pisumbang awujud punapa kemawon, ingkang sanyata saged hangentengaken sesanggeman. Ingkang punika panjenenganipun Bapa Y sekalihan ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan. Mugi sih kadarman panjenengan sami dadosa sarana sih sutresna, saengga pikantuka leliru ingkang satraju miwah bebingah ingkang malimpah-limpah.
Bapa Y sekalihan neda sih panarima panjenengan sami, kersaa paring donga pamuji pangastuti. Mugi-mugi sri penganten sekalihan sageda ngleksanani kekudanganipun para pinisepuh, sageda atut runtut dumugining kaken kaken lan ninen ninen, rahayu widada kalis ing sambekala. Mugi-mugi sri penganten sekalihan enggal pinaringan momongan ingkang bekti dhumateng Gusti, rama ibunipun, lan para pinisepuhipun, sageda mikul dhuwur mendhem jero labuh labet dhateng negari lan bangsanipun murakabi dhumateng bebrayan agung.x
Minangka pungkasaning atur. Hambok bilih wonten kekiranganipun Bapa Y sekalihan anggen hanampi ing menggah rawuhipun panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara cawuh kliruning basa kisruhing paramasatra, wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata karma, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Rahayu, rahayu ingkang sarwi ginayuh. Nuwun




[ngunduh manten]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Kanthi pepayung budi rahayu, saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Gusti, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng kawula lan panjenengan sadaya.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur kawula piniji minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, kawula kadhawuhan ngundhuh putra temanten putri mugi katur panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa.
Panjenenganipun Bapa B ingkang jumeneng hangembani wuwus minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa ingkang winantu sagunging pakurmatan. Wondene menggah wigatosing sedya sowan kawula wonten ngarsa panjenengan, ingkang sepisan: ngaturaken sewu agenging kalepatan dene panjenenganipun Bapa X boten saged hanindakaken piyambak ngundhuh putra temanten putri, kapeksa namung saged ngaturaken salam taklim mugi katura ing panjenenganipun Bapa X ingkang lumantar kawula.
Jangkep kaping kalih, ing nguni sampun kadhaupaken Bagus Santo putra kakung Bapa X kaliyan Rr Ratih putra sesilih Bapa Y, rikala …………………………………………….. . Pramila ing kalenggahan punika, Bapa X ngaturaken angsal-angsal miwah upakarti minangka jangkeping tatacara salaki rabi.
Dhumateng panjenenganipun Bapa B dalah pangaraking ngundhuh temanten, katuran pinarak kanthi mardhika miwah hanjenengi sedaya adicara.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kekiranganipun Bapa X anggenipun ngaturaken angsal-angsal dalah upakarti, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging atur, hambok bilih anggen kula matur wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Nuwun.
[nampi ngunduh manten]
Nuwun, kulanuwun. Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.
Kanthi linambara trapsila ing budi, miwah ngaturakan sewu agunging aksama, inggih awit mradapa keparengipun Y kaliyan garwa, kula Untung saking Rejomulyo Semarang, piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, lumantar panjenenganipun Bapa A.
Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan dene lampah panjengan sampun kasembadaning karya, kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget katampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun kadang besan lumantar panjenengan kula tampi, mugi dhumawaha sami-sami. Sadaya SIH pisumbang salajengipun bade kula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sarimbit, mugi-mugi awit saking pangestunipun, sageda handayani anggenipun mengku karya.
Sadaya peparingipun kadang besan katampi. Semanten ugi, inggih ngundhuh manten katampi, kanthi suka renaning penggalih. Mugi-mugi anggenipun mbangun bale wisma enggal tansah manggih bagya mulya ingkang sinedya, rahayu ingkang tinuju, basuki ingkang kaesthi, miwah tansah gagah ingkang jinangkah.
Dhumateng panjenenganipun Bapa A dalah pangaraking ngundhuh temanten, katuran pinarak kanthi mardhika saperlu hanjenengi sedaya adicara.
Minangka puputing atur, menawi wonten kuciwaning boja krami, anggen kula hangacarani menggah ing rawuh panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging basa, hambok bilih anggen kula matur wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Nuwun.
PAWIWAHAN JUMENENG
Para tamu kakung miwah putri ingkang winantu ing karahayon.
Nuwun, ngaturi uninga bilih Bapa Sutarno sakulawangsa ngambali sugeng rawuh kairing atur panuwun ingkang tanpa upami, dene Bapa/Ibu Siswanto sampun kepareng rawuh paring berkah pangestu dhateng putra temanten kekalih, inggih Adimas Santo lan Dhiajeng Ratih ing wiwawahan jumeneng wekdal punika. Saksampunipun paring berkah pangestu kanthi jawat asta saha paring pangandika, ing salajengipun kersaa para tamu angrahabi/ angresepi pasugatan prasaja kanthi mardika, inggih punika kanthi cara prasmanan ing papan ingkang kasamektakaken. Sumangga, nuwun.
Para tamu kakung miwah putri ingkang sinudarsana.
Bapa Sutarno sakulawangsa saestu bombong ing manah, pramila sanget2 ngaturaken agenging panuwun dhumateng para tamu kakung putri ingkang sampun kersa rawuh saha paring berkah pangestu. Saksampunipun angrahabi/angresepi pasugatan ingkang sarwo prasaja saha wawan pangandikan kaliyan para kadang karuh, menawi kepenggalih cekap, saha ngersakaken kondur, kawula sedaya namung saged ngaturaken sugeng kondur, mugi winantua ing karahayon. Nuwun.



Tuladha Atur Panampi Sowanipun Panganten Sarimbit
(ing upacara Ngundhuh Mantu)
Sinartan atur puji-sokur dhumateng Gusti sang Akarya Jagat awit saking lumintuning kanugrahan ingkang ginadhuh dhumateng kula lan panjenengan sedaya, kula ugi ngaturaken pambagya sugeng rawuh dhumateng kulawarga ageng saking Pacitan ingkang sami ambayangkare sowanipun penganten sarimbit ing griya ngriki, inggih ing dalemipun Bapak Mujiono, ing Samirono.
Tamtu kemawon kulawarga ing Samirono saestu bingah lan bombong dene panjenengan sedaya sampun kasdu pinarak rawuh ing griya ngriki kanthi ujub ngestreni upacara jangkepipun pawiwahan, nun inggih upacara ngundhuh mantu.
Pinangka sesulihipun Bapak Mujiono sagotrah, kula anampi kanthi suka-gumbiraning manah, sowanipun penganten kekalih, Sapto Sutrisno lan Rina Febi Pratiwi ingkang sampun sumene ing dalem Pacitan antawis tigang dinten. Sinaosa dereng jangkep sepasar (gangsal dinten) sampun kaundhuh mandhap dhateng Samirono, mugi kemawon boten andadosaken penggalihanipun Bapak Sumardi sabrayat. Awit mekaten, lare kekalih menika, inggih Sapta lan Rina, sinaosa ketingal kalih nanging estunipun sampun boten kenging winastan kalih, ngemungaken inggih namung setunggal lan tetela sampun manunggal ing talining akrami. Pramila, Sapto samenika boten namung putranipun Bpk. Mujiono lan Ibu Rubiyah, nanging ugi putranipun Bpk. Sumardi lan Ibu Sukini. Mekaten ugi kosokwangsulipun. Rina samenika boten namung putranipun Bpk. Sumardi lan Ibu Sukini, nanging ugi putranipun Bpk. Mujiono lan Ibu Rubiyah. Cethanipun, sampun ical sesebatan putra mantu awit saking tresnanipun tiyang sepuh kekalih dhumateng putra sarimbit.
Kula pitados bilih putra kekalih ugi sanget tresnanipun dhumateng tiyang sepuh sarimbit. Pramila, wonten ing pundi putra kekalih badhe mapan, duka ing Pacitan, duka ing Samirono, menika sampun boten kenging kangge titikan sepinten agengipun katresnaning putra dhumateng tiyang sepuh. Ingkang langkung wigatos, tamtu kemawon inggih ing pundi kemawon paran-tebaning putra kekalih, tansaha pinaringan cahya pitedahing Gusti saengga saged nglampahi gesang ing bebrayan agung kanthi wilujeng, nir ing sambekala: kalis ing rubeda; manggih rahayu; langgeng katresnane; sempulur rejekine; trah-tumerah anak-turune; migunani tumraping liyan.
Mekaten atur panampi kula pinangka sulihing atur Bapak Mujiono sabrayat. Wasana, mangan kupat duduhe santen: sekathahing lepat nyuwun pangapunten; menyang Samirono mampir warung omah ngarep: muga-muga Rina lan Sapto enggal pinaringan anak mbarep.
Nuwun

 
TULADHA PRANATA ADICARA SIRAMAN CALON PENGANTEN

NGABEKTEN
Katuran dumateng Bapa dalah biyung kinasih lenggah ing damper ingkang sampun katata kanti laksana. Bapa lenggah ing sakiwa tengening penganten.
Sakderengipun jinamas ing warih, risang bagus/Ni mas Calon temanten putra/putri ing ngarsanipun Bapa dalah biyung kinasih nyuwun idi pangestu dalah nyuwun agunging pangaksama mring ingkang rama miwah biyung kinasih. Awit calon temanten putra/putri badhe lumebet ing bebrayan enggal.
Tangkeping asta sarwa sumembah ing pepedaning ingkang rama dalah biyung, Calon temanten putri hangaturaken :
Rama dalah biyung kinasih, kula ngaturaken sungkem pangabekti saha nyuwun agunging pangaksama sedaya kalepatan kula, sarta nyuwun tambahing pandonga pangestu anggen kula badhe dhaup palakrama kaliyan …………………..
Ngger,  putraku/putriku, dak tampa pangabektimu. Wis dadi kewajiban wong tuwa loro manggulo wentah kowe yo ngger putraku/putriku, Yen ono nakale lan wangkaling anak iku wis lumrah. Ora ono kaluputan sing kok sandang, kalamun lego lilo aku lan ibumu paring pangapuro. Dak paringi pangestu anggonmu arep jejodoan, tak dongakno  mring Gusti kang Mahakuwasa mugo-mugo bgyo mulyo uripmu sempulur nganti sak lawase.
Sanadyano mboten namung meniko ingkang putra/putri sumungkem ing pepadanira ingkang rama dalah biyung. Nanging raosing penggalih ingkang rama dalah biyung satuhu beda.  Tatkala sinembah pepadane, kadya sinendhal mayang bathine. Trenyuh jroning wardaya. Trenyuhing nala ingkang datan sinayudan, satemah rama dalah biyung kuwawa ngampah tumetesing waspa. Luh marawayan, tumetes tinampi kanthi lumahing asta mring kang putra. Minangka pratandha tumuruning nugraha, bilih ingkang rama dalah biyung ingkang sampun paring idi palilah, miwah pangestu dhumateng kang putra hanggenira arsa dhaup palakrama.
Paripurna ngabekti ing pepadanira ingkang rama kakung dalah biyung kinasih, Kang Putra calon temanten mring ingkang rama dalah biyung lumampah tumuju sasana jamas pasiraman.
Amrih samekta miwah gangsar samudayanipun, keparenga kula aturi uninga bilih ingkang badhe paring jamas pasiraman samangke inggih menika, para pepundhen, para pini sepuh, pitu cacahipun. Pinilih gunggung pitu amrih risang calon pinanganten putra/putri tansah pikantuh pitulungan, kinasih ing sasama, cinaket mring Gusti.

Para pepundhen dalah pinisepuh ingkang kula aturaken kala wau inggih menika :
1.  Rama …………..
2.  Biyung …………
3.  Eyang ………….

Keparenga dumateng para pepundhen, para pinisepuh kasuwun pangestunipun paring jamas pasiraman dhumateng risang calon pinananganten putra/putri.
1. Ingkang sepindhah paring jamas pasiraman nun inggih Rama kakung ……………… kanthi kebak ing pangati-ati, sarwa sarwi binarung donga suci lumebering toya waradung saranduning sarira risang bagus/ahayu. Ancles kadya siniram tirta sawindu, mahanani, ayem,temtrem sajroning nala.
2. Ing kaping kalehipun, kasuwun ibu biyung kinasih paring pangestu sesuci, age-age marepegi ingkang putra/putri. Kebak ing sutresna, jinamas ing warih risang calon pianganten putra/putri. Waradin ing sarira saking pucuking rikma dumugi samparaning rissang bagus/ahayu.
3. Salajengipun keparenga ingkang Eyang, nun inggih Eyang …………………………… paring pangestu dhumateng wayah, kanthi pangestu suci dhiri karana paring jamas pasiraman toya suci perwita adi. Ketang tresnaning eyang marang wayah, sakderengipun angguyur toya paring puji pandonga rahayu. Kanthi pinaringan toya perwita sari mugiya calon pinanganten putra/putri hayem, tentrem, kadya pinaringan pangayoman risang bagus/ahayu mring ingkang eyang dupi pinaringan pamuji donga miwah siniram ing warih suci.
4. Katurandumateng…….
Mugi risang bagus/ahayu saged kasawaban mring kawegigan miwah kawicaksanan. Satemah ing tembe saged kasil ing babagan pakaryan.
5. Katuran dumateng ibu……….. paring jamas pasiraman, mugi Calon pinanganten putra/putri sageta nderekaken sun tuladanaipun ibu…..
6. Keparenga ibu……….. mugi calon pinanganten saged nulad mring ibu……………
7. Ingkang pungkasan kasuwun dumateng ibu ………………….. paring idi pangestu dalah  paring jamas pasiraman, mugya pinanganten putri saged handerekaken hambangun kulawarga ingkang bagya mulya.
Jangkep pitu cacahe para pepundhen paring jamas pasiraman. Mugi-mugi suci lahir lan bathine risang bagus/ahayu satemah madhep mantep anggenipun calon pinanganten ing dinten benjang badhe nglampahi upacara suci sarta sakral agung inggih punika adicara palakrama. Mawantu-wantu Bapak/Ibu ………… ngaturaken agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan, Muhung Gusti Kang Maha mirah ingkang badhe males luhuring budi panjenengan sadaya. Amin.

SESUCI MECAH KEDHI
Saklajengipun Bapak ………….. paring toya sesuci ingkang mijil saking telengih kendhi pratala. Kendhi wus ngarani wadhah, pratala ateges lemah. Ilining toya boten pedhot mratandahani. Sempulur ing karahayon, sempulur anggenipun kagungan kersa, sempulur ing sandang, boga, donya brana. Kanthi sesucen menika, mugi-mugi risang bagus/ahayu anggenipun badhe ngayahi wajib, kalis ing godha rencana, kalis ing sambikala, hamung rahayu kang bakal tinemu.

PANGKAS RIKMA
Titi laksana salajengipun nun inggih Bpk ………. arsa mangkas rikmane ingkang putra/putri.
”Niat ingsun ngethok rikmamu angger putraku/nduk putriku, muga-muga dadiya pratandha sempuluring tuwuhmu, wilujeng, rahayu, wiwit saiki putra/putriku wis dewasa uwal saka pangkoning rama lan ibu”
Pangkasan rikma winadhah ing bokor, tinampi dening ingkang ibu. Mugi risang putra/ahayu nyembadani kekudanganipun ingkang rama miwah ibu kadidene sasmita pangkas rikma nun inggih wiwit samenika risang bagus/ahayu samekta bawa priangga kalamun sampun kulawarga mangun gesang tembayatan kaliyan ingkang garwa,

PONDHONGAN
Rama kakung tumindak bopong pungkasan, ingkang paring sasmita hambok bilih  ing dinten menika rama kakung saged mbopong putra/putrinipun ingkang pungkasan.
”Niat ingsun mbopong putra/putriku, iki dadiya bopong kang pungkasan, sabanjure putra/putriku bisa bawa  priyangga urip tembayatan karo garwamu, kacukupan ing sandhang boga, bisaa nemu mulya lan raharja ”.

NANEM RIKMA
”Niat ingsun nanem rikmane putra/putriku, kabeh lelakon kang kepungkur wis kapendhem, hamung thukula kabecikan tumraping bebrayan, rahayu, widada, nir ing sambi kala ”.

DULANG PUNGKASAN
”Niat ingsun ndulang putra/putriku, pamujiku dulangan iki dadiya dulangan kang pungkasan. Ing sabanjure putra/putriku bisaa madeg ing pribadine dewe, nampa kanugrahaning Gusti, dadiya pangayoming sasama, sempulur ing salawase, widada, nir ing sambikala

SADE DHAWET
Kawuryan Bpk/Ibu ……… sampun miyos saking panti. Ibu ………. ngindhit wakul minangka wadhahing arta asiling sade dhawet. Dene ingkang garwa nenggih Bapak ………. ngasta songsong, kang wus sawega paring pepayung mring kang garwa. Ateges dadi wong tinitah kakung mono kudu bisa paring pengayoman mring ingkang garwa amrih ingkang tinitah wadon ayem, tentrem, kalis saking was sumelang .
Sarwa-sarwi Ibu ……… mundhut dhawet, dhawet kaaturaken Bapak ……………..
” Bapakne, piye rasane ? ”
” Enak tenan , Bune ”
Rame anggenaira antri samya mundhut dhawet,  dadya pratandha kalamun ing dinten benjing, rawuhipun para tamu antri dalidir kadya kang samya mundhut dhawet.
Sarwa-sarwi mirah, hanggenira Ibu ………….sade dhawet, dhawete ayu, manis ing rasa, mila samya suka pari suka ingkang samya antri badhe mundhut dhawet. Mboten wonten ingkang kuciwa ing rasa, samya suka ing nala.
Kajawi punika, sadayan dhawet ugi dados pratandha bilih bpk/ibu ……….. suka dene mring sesami. Satemene sapa wonge murah mring sasama, bakal pinaringan murah mring Gusti kang Maha Kuwasa.
Makaten napa ingkang saget kula aturaken wonten adicara Siraman menika, mboten kesupen kula ing ngriki minangka sesulihipun ingkang hamengku gati, ngambali atur sugeng rawuh sinartan atur agunging panuwun ingkan tanpa pepindang rehning panjenengan para tamu sampun minangkani pamundhutipun Bpk/Ibu …………….
PARA RAWUH PARA LENGGAH
Dening kula nindakaken urut reroncenipun adicara, milai purwa dumugi paripurna tartamtu kathah kekirangananipun ugi kekilafan kula, mila menika kula namung nyenyadhong lumunturing sih samodra pangaksama dumateng ingkang hamengku gati ugi panjenengan sedaya, labed budi daya kula manungsa. Nuwun.

 
 

 


Tuladha janturan adalah ucapan pranata adicara yang berupa penjelasan tahapan atau proses pernikahan yang menggunakan bahasa Jawa krama inggil. Karakteristik bahasa Jawa dalam tuladha janturan adalah rangkaian kata yang indah, rangkaian kata yang rapi dan tertata, dan ekspresif. 

Miyosipun temanten putri.
Wahyaning mangsangkala apan wus dungkap titi laksitaning adicara. Rehning kados2 putra temanten putri anggenipun hanglulur salira hangelus wadana miwah hangadi busana sampun paripurna. Sumangga kita tumapak ing adicara minangka purwakaning pahargyan, nun inggih sowanipun putra temanten putri mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasana rinengga. Wondene ingkang hanganti sowanipun sri atmaja temanten putri nun inggih panjenenganipun Ibu …A… saha Ibu …B.. . Hambok bilih sampun samekta ing gati murih rahayuning sedya kawula sumanggaken dhumateng para2 ingkang piniji. Miyosipun putra temanten putri binarung ungeling Ketawang Sekarteja laras slendro pathet manyura. Sumangga, nuwun.

Badhe methuk.
Panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang satuhu luhuring budi. Kawistingal sri atmaja temanten putri sampun lenggah anggana raras, tegesipun lenggah piyambakan saperlu nyenyadhang tumuruning Wahyu Jodho. Tanggaping sasmita risang duta pamethuk nun inggih panjenenganipun Bapa ……A…. saha Bapa ……B… mangka angayahi jejibahan luhur, kepareng badhe medal pasilan tumuju dhumateng peleremanipun putra temanten kakung. Humiyating risang duta pamethuk kabiwadha ungeling Ladrang Kapang2 laras pelog pathet nem. Sumangga, nuwun.

Jengkaring putra tementen kakung.
Sanggya para tamu kakung sumawana putri, mangkana lampahing risang duta pamethuk putra temanten kakung sampun dumugi sasana ingkang tinuju, nulya hanjengkaraken putra temanten kakung. Jengkaring putra temanten kakung ginarubyuk para kadang wandawa, binarung ungeling Ladrang Wilujeng laras pelog pathet barang. Sumangga, nuwun.

Bade pasrah
Wus samekta ing gati, nun inggih sri atmaja temanten kakung sampun jumeneng sangajenging wiwara pawiwahan, kepareng badhe hanetepi upacara pasrah. Cucuking cundaka ingkang dipun sarirani panjenenganipun Bapa C miwah pengapiting putra temanten kakung panjenenganipun Bapa …B….. saha Bapa ……A…. kados sampun samekta, kepareng badhe masrahaken risang pinanganten kakung dhumateng ngarsanipun Bapa Y ingkang kalenggahan mangke badhe dipun sarirani panjenenganipun Bapa D. Wondene ingkang kepareng hanjajari panjenenganipun Bapa ……E…. saha Bapa …F…. Ing salajengipun, dhumateng panjenenganipun para2 ingkang piniji, sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga, nuwun.

Bade nampi
Satuhu tatas titis wijang gamblang cetha trewaca tumata datan tumpang suh, atur pangandikanipun risang cundaka hamasrahaken pinanganten kakung. Salajengipun, Bapa D talanging basa Bapa Y kepareng badhe hanampi sang pindha narendra. Ing wasana, sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga, nuwun.

Bade panggih
Wus paripurna pasrah-panampining putra temanten kakung kanthi wilujeng nirbaya nirwikara. Para tamu kakung sumawana putri, wus dumugi wahyaning mangsakala laksitaning upacara panggih anut satataning adat widhiwidana ingkang sampun sinengker. Wondene para paraga ingkang piniji nun inggih: Ingkang mratitisaken panggih putra temanten panjenenganipun Ibu …C…… Ingkang hanganti temanten kakung Bapa …E….. dalasan Bapa …F…. Ingkang nyamektakaken uba rampening panggih Ibu …A…. saha Ibu …B… Dhumateng sanggya para tamu, keparenga jumeneng sawetawis saperlu paring puji pangestu dhumateng panggihing temanten. Awit saking panjurung pangestu panjenengan sami, mugi upacara panggih punika kalis ing rubeda nir ing sambekala. Rahayuning sedya kasumanggakaken dhumateng panjenenganipun para2 ingkang piniji. Panggihing temanten kabiwadha ungeling gangsa Kodok Ngorek kalajengaken Ketawang Larasmaya laras pelog pathet barang. Sumangga, nuwun.

Badhe krobongan
Tinon wus paripurna upacara panggih, satuhu trep pindha curiga panggih kaliyan warangka. Bebasan getih rong tetes, daging rong tempel, balung rong ceklek, samangka wus manunggal dadya sajuga. Sang jejaka miwah sang kenya mangkya wus manunggal ing karep, nunggal sedya, nunggal tekad, nunggal ati, nunggal raga, nunggal jiwa. Paraning sedya ninggal alam jejaka miwah kenya, saperlu sesarengan lelayaran ing samodraning gesang, angayahi darmaning kodrat.  Jejering gesang kedah jejodhohan minangka   sarana nangkaraken          wijikinarya,lestarining,tumuwuh.
Para tamu kakung sumawana putri, ngancik adicara salajengipun nun inggih upacara krobongan anut satataning adat widhiwidana ingkang sampun lumampah. Upacara krobongan punika antawisipun: timbangan, kacar-kucur, dulangan saha ngunjuk rujak degan. Wondene ingkang badhe mratitisaken lampahing upacara krobongan nun inggih panjenengnipun Ibu ……C…….. Dhumateng ingkang tinanggenah, wekdal saha papan kawula sumanggakaken. Lampahing upacara krobongan binarung ungeling Ladrang Sri Widodo laras pelog pathet barang. Sumangga, nuwun.
Badhe rawuhipun besan
Panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang satuhu luhuring budi, madyaning suka ing kalenggahan punika boten kekilapan kadang besan sutresna nun inggih yayah rena putra temanten kakung, lekasing sedya ugi nderek mangayubagya keparengipun Bapa Y ingkang hamiwaha putra mahargya siwi, manjing wonten sasana pawiwahan, ginarubyuk sagunging para Kadang Santana. Rawuhipun gya pinapag saha ingacaran panjenenganipun BI ……A…. lajeng kalarapaken saha katampi panjenenganipun BI Y. Menggah rawuhipun kadang besan kabiwadha ungeling Ladrang Tirta Kencana laras pelog pathet nem. Sumangga, nuwun.

Badhe upacara sungkem
Sanggya para tamu, kadang besan sutresna panjenenganipun Bapa Ibu X sampun lenggah aben ajeng kaliyan panjenenganipun Bapa Ibu Y wonten sasana ingkang sampun sumadya, keparenging sedya badhe hanampi sungkeming putra temanten sarimbit. Dumateng para2 ingkang piniji rahayuning sedya kasumanggakaken. Tumapaking adicara sungkeman binarung ungeling Ladrang Mugi Rahayu laras slendro pathet manyura (= Sekar Pangkur Paripurna laras pelog pathet nem). Sumangga, nuwun.
Badhe pambagyaharja

Para tamu kakung sumawana putri, panjenenganipun Bapa Y badhe marak ngabyantara sami, saperlu ngatruraken pambagyaharja, miwah wudharing gantha, lekas wekasing sedya, wigatosing gati. Inggih kabekta saking raos bombong miwah mongkoging manah, karana karoban ing sih sedaya ingkang sampun kepareng hanjenengi, saengga boten kuwawi matur piyambak, jrih menawi boten saged kawiyos ing lathi, namung kandheg wonten ing jangga, mila lajeng hanyaraya dhumateng panjenenganipun Bapa D. Ing salajengipun dhumateng para2 ingkang piniji, sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga, nuwun.
Bakdha pambagyaharja
Satuhu tatas titis terang gamblang wijang wijiling pangandika, kaduk ruruh hangarah prana panjenenganipun Bapa D anggenipun ngaturaken pambagyaharja miwah wosing gati sampun paripurna. Ing salajengipun, keparenga para tamu pinarak ing palenggahan kanthi mardu-mardikaning penggalih sinambi nglaras rarasing gendhing2 saking pita swara ngantos dumugi parpurnaning panghargyan. Sumangga, nuwun.

Badhe kirab kanarendran
Sanggya para tamu, keparenging sedya temanten sarimbit badhe jengkar saking sasana wiwaha, arsa kinirapaken wonten ngarsaning para tamu, tumunten manjing ing sasana busana, saperlu rucat busana kanarendran, santun busana ksatriyan. Tataning kirab sinanggit ing ngarsa sung tuladha, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. Kados2 sampun samekta ing gati para paraga ingkang badhe njengkaraken putra temanten, menggah kaleksananing sedya kawula sumanggakaken dhumateng para2 ingkang piniji. Jengkaring Sang Suba Manggala, lamun cinandra kawistara piyaking ngarsa tangkep ing wuri Gendhing Ayak-ayakan laras pelog pathet barang [binarung ungeling Sekar Pangkur Gedhong Kuning laras pelog pathet barang]. Wondene jengkaring temanten sarimbit saking sasana wiwaha tumuju sasana busana binarung ungeling Ketawang Langengita Sri Narendra laras pelog pathet barang. Sumangga nuwun.

Badhe kirab kasatriyan
Para tamu kakung sumawana putri ingkang winantu sagunging pakurmatan, kados2 putra temanten anggenipun ngrasuk busana kasatriyan sampun paripurna, keparenging sedya badhe humarak sowan malih ngabyantara para tamu, saperlu nyenyadhang pudyastawa mrih widadaning bebrayan. Kirabing putra temanten ngrasuk busana kasatriyan kabiwadha ungeling Ketawang Subakastawa laras slendro pathet sanga. Sumangga nuwun.
Badhe selingan beksan
Para rawuh saha para lenggah, kinarya hamiyak sepining swasana miwah hanglelipur tyas, badhe kaaturaken pasugatan lelangen beksan ……………………… ingkang badhe kaaturaken dening Rara …….. cs. Dhumateng para lebda ing budaya ingkang tinanggenah ngayahi gati, wekdal saha papan kasumanggakaken. Sumangga nuwun. 

Sasampunipun selingan beksan
Satuhu edi endah, babaring budaya ingkang winahya ing salebeting beksan ……………., mugi2 handayani dhumateng temanten sarimbit. Rinten dalu, enjing-sonten, among tansah runtung2, bebasan keket raket renggang gula kemepyur pulut. Runtung2 rerentengan pindha mimi lan mintuna.


Badhe selingan gendhing
Para rawuh saha para lenggah, kinarya hangrantu laksitaning tata adicara salajengipun, kasuwun panjenenganipun para tamu lelenggahan kanthi mirunggan, sinambi nglaras rarasing gendhing2 ingkang badhe kaaturaken dening Paguyuban Karawitan Pranatalaras, ingkang dipun sesepuhi panjenenganipun Bapa Tjahjana. Dhumateng para wirapradangga, keparenga ngaturaken gendhing2 ingkang jumbuh kaliyan swasana pahargyan ing hari/ratri kalenggahan punika.

Sasampunipun selingan gendhing
Satuhu edi endah, babaring budaya ingkang winahya ing salebeting gendhing2 [dening] …….……………., mugi2 handayani dhumateng para tamu ingkang katemben wawan pangandikan, langkung2 dhumateng BI Y sakulawangsa anggenipun hanetepi darmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi.

Badhe waosan donga
Sanggya para tamu, ngancik adicara salajengipun nun inggih waosan donga dening tetuwangga ingkang piniji. Atur donga konjuk dhumateng Gusti, mugi-mugi panjenenganipun BI Y anggenipun hanetepi darmaning sepuh, hamiwaha putra mahargya siwi, tansah winantu ing suka basuki. Semanten ugi temanten sarimbit anggenipun badhe lelumban wonten madyaning bebrayan agung, tansah atut runtut dumugi kaken2 lan ninen2 bagya mulya ingkang sinedya rahayu ingkang tinemu basuki ingkang kahesti gagah ingkang jinangkah. Wondene ingkang piniji kepareng badhe ngaturaken donga panjenenganipun B/I ………., ingkang punika sasana saha swasana kawula sumanggakaken. Sumangga nuwun.

Sasampunipun waosan donga
Sanadyan wus paripurna atur donga dening tetuwangga ingkang piniji, parandene maksih kapireng suwantenipun lamat2 dumeling ing akasa, sumusup hima himantaka, saya ndedel nggayuh wiyati, satemah maweh prabawa hanelahi. Mratandani katarima pamintane mring Gusti, mbabar wahyu kanugrahan suci, tumanduk panjenenganipun ingkang hamengku gati, ingkang katemben hamiwaha putra mahargya siwi, mugi tetep winengku ing suka basuki, lestari salami-lami, tur kathah rejeki, lumintu dhumateng para tamu kakung-putri. Sanadyan namung reroncening purwakanthi, mugi anthuk berkahing Gusti, numusi dhumateng panjenengan lan kula sami ingkang hanjenengi pawiwahan mriki.

Badhe paripurnaning gati
Wahyaning mangsakala wus ndungkap paripurnaning adicara, jumbuh kaliyan urut reroncening adicara: purwa, madya, wasana sampun kalampahan kaleksanakaken dening para kulawangsa, kanthi wilujeng kalis ing rubeda nir ing sambekala. Minangka pratandha paripurnaning adicara, kasuwun panjenenganipun BI Y, keparenga hanjengkaraken putra temanten sarimbit tumuju wiwaraning wisma pawiwahan, saperlu hanguntapaken konduring para tamu saha nyuwun tambahing berkah pangestu. Kanthi mekaten pratandha pawiwahan prasaja ing hari/ratri kalenggahan punika sampun paripurna, sinartan sesanti jaya2 wijayanti, mugi rahayuha ingkang samya ginayuh. Jengkaring putra temanten sarimbit binarung ungeling Ladrang Gleyong laras pelog pathet nem. Sumangga nuwun.

Panutup pranatacara
Sampun paripurna pahargyan prasaja ing hari/ratri kalenggahan punika, lumantar pangendhaliwara sepindah malih panjenenganipun BI Y ngaturaken gunging panuwun saha hambok bilih anggenipun hanampi menggah karawuhan panjenengan sami, wonten kuciwaning bojakrami, wonten aruh ingkang kirang wanuh, wonten lungguh ingkang kirang mungguh, wonten suguh ingkang kirang lawuh, mawantu-wantu ingkang hamengku gati nyuwun lumunturing sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka pangendaliwara, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara miwah kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, jenang sela wader pari sesonderan, apuranta menawi lepat atur kawula. Sepindah malih: tahu kecap Purwasari menawi wonten keladuking patrap lan pangucap nyuwun pangaksami. Nuwun, matur nuwun.



[pasrah lamaran]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Kanthi pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Pangeran, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa lan kasalira dhumateng panjenengan sadaya hangluberna dhumateng kawula.

Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur, kawula minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan.

Panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan, kawula minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, ingkang sepisan: ngaturaken salam taklim mugi katur wonten ngarsa panjenengan, sumarambah para kulawarga samudayanipun.

Jangkep kaping kalih, ing nguni sampun wonten pirembagan ing antawisipun Bapa Xsekalihan ingkang hanggadahi putra kakung kekasih pun Bagus Santo kaliyan Bapa Y sekalihan garwa ingkang hanggadahi putra sesilih Rr Ratih. Gumolonging pirembagan nedya hangraketaken balung pisah daging arenggang, bebasan ngebun-ebun enjang anjejawah sonten, ndhodhok lawang sumedya nginang jambe suruhe, kanthi atur mekaten karana sampun jumbuh anggenipun pepetangan saha sampun manunggal cipta, rasa miwah karsa, ingkang punika saking agenging manah panjenenganipun Bapa X sekalihan anggenipun katampi panglamaranipun pramila ing kalenggahan punika ngaturaken sarana miwah upakarti minangka jangkeping tatacara salaki rabi. Wondene ingkang badhe kaaturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa inggih punika:
Sanggan saha majemuk ingkang sampun wonten wujudipun, kanthi pangajabing sedya dadosa sarana sahipun sesanggeman miwah raketing kekadangan, saenggo mboten saged pisah salami-laminipun.
Kasoking katresnan Bapa X sekalihan dhumateng Bapa Y sekalihan garwa, ing mriki badhe ngaturaken malih ageman ingkang awujud rasukan sapengadhek, ing pangajab minangka agemanipun calon penganten putri.
Mboten kekilapan Bapa X sekalihan ngaturaken redana wujudipun arta, kenginga damel ngentheng-enthengi anggenipun Bapa Y sekalihan garwa netepi darmaning sepuh hamiwaha putra mahargya siwi.
Kejawi punika panyuwunipun Bapa X sekalihan, ing benjang menawi sampun dumugi titi wanci tumapaking gati, mugi calon penganten kaijabna saha kapanggihna anut satataning adat widhiwidana ingkang sampun lumampah wonten ing mriki.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih Bapa X sekalihan anggenipun ngaturaken sarana dalah upakarti wonten kekiranganipun, mawantu-wantu nyuwun agenging samodra pangaksami. Semanten ugi kawula minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, menawi wonten gunyak-gunyuking wicara cawuh kliruning basa kisruhing paramasastra miwah kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kawula nyuwun sihing samodra pangaksama. Nuwun.
[nampi lamaran]
Nuwun, kulanuwun. Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.
Kanthi linambaran trapsila ing budi miwah ngaturaken sewu agunging aksama, inggih awit saking mradapa keparengipun Bapa Y sekalihan garwa, kawula piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan lumantar panjenenganipun Bapa A.
Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan dene lampah panjenengan sampun kasembadaning karya, kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget katampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun badhe kadang besan lumantar panjenengan kawula tampi, sa lajengipun dhumawaha sami-sami.
Wondene atur pasrah paringipun sarana jejangkeping salaki rabi, kawula tampi kanthi suka bingahing manah. Ing salajengipun, mangke badhe kawula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa. Mboten kekilapan panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa namung ngaturaken agenging panuwun menggah sadaya peparinganipun badhe kadang besan sutresna, pratandha yekti kasoking katresnan dhumateng Bapa X sekalihan, mugi dadosa sarana raketing kekadangan, sami-sami netepi darmaning sepuh anggennya ngentas pitulus putra pinaringan raharja mulya.
Namung semanten panampi saking Bapa Y sekalihan garwa lumantar kawula, ngaturi uninga bilih menawi sampun dumugi wahyaning mangsa kala tumapaking ijab utawi panggih, kasuwun panjenenganipun Bapa X sekalihan wontena suka lilaning penggalih hanjenengi paring pudyastuti murih rahayuning sedya.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kuciwaning bojakrami anggen Bapa Y sekalihan garwa hanampi menggah ing rawuhipun panjenengan sami, mugi lumeberna sih samudra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara miwah kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangaksama. Nuwun.
[pranatacara]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Kula piniji hanjejeri minangka pangendaliwara keparenga hambuka wiwaraning suka wenganing wicara dwaraning kandha, saperlu mratitisaken murih rancaking titilaksana adicara pawiwawahan prasaja ing ratri kalenggahan punika.
Sumangga kula derekaken sesarengan manungku puja-puji-santhi wonten ngarsaning Gusti Ingkang Maha Suci, ingkang sampun kepareng paring rahmat lan nikmat gumelaring alam agesang wonten madyaning bebrayan agung. Katitik rahayu sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng panjenengan sadaya dalasan kawula, saengga kita saged hanglonggaraken penggalih hamenakaken wanci sarta kaperluan rawuh kempal manunggal ing pawiwahan punika, saperlu hanjenengi sarta paring berkah pangestu dhumateng Bapa Y sakulawangsa anggenipun hanetepi dharmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.
Ø  Para tamu kakung sumawana putri, wondene menggah reroncening tata adicara ingkang sampun rinancang rinacik rinumpaka dening para kulawangsa nun inggih:
Eko laksitagati purwakaning pahargyan inggih sowanipun putra temanten putri mijil saking tepas wangi manjing ing madyaning sasana rinengga
Ø  Dwi laksitagati rawuh & jengkaripun putra temanten kakung tumuju dhateng madyaning sasana wiwaha
Ø  Tri laksitagati pasrah-pinampi putra temanten kakung
Ø  Catur laksitagati dhaup panggihing putra temanten anut satataning adat widhiwadana ingkang sampun sinengker tumunten kalajengaken upacara krobongan
Ø  Panca laksitagati nderek mangayuhbagyahipun kadang besan dhateng ingkang hamengku gati ing sasana wiwaha tumunten kalajengaken upacara sungkem
Ø  Sad laksitagati atur pangbagyaharjo panjenenganipun ingkang hamengku gati katur sagung para tamu
Ø  Sapta laksitagati lengseripun temanten sarimbit saking madyaning sasana wiwaha manjing ing sasana busana, saperlu rucat busana kanarendran santun busana ksatrian
Ø  Hasta laksitagati sowan malihipun temanten sarimbit ngabyantara para tamu saperlu nyenyadhang pudyastawa murih widadaning bebrayan
Nawa laksitagati paripurnaning pahargyan inggih jengkaripun temanten sarimbit saking madyaning sasana rinengga tumuju dhateng wiwaraning pawiwahan.
Mekaten menggah reroncening tata adicara pawiwahan ing ratri kalenggahan punika. Salajengipun, keparenga para tamu pinarak wonten ing palenggahan kanthi mardu-mardikaning penggalih, miwah kawula derekaken hanyrantos tumapaking tata adicara sinambi nglaras rarasing gending2 saking Paguyuban Karawitan Pranatalaras ingkang dipangarsani panjenenganipun Bapa Cahyono.
Nuwun, nuwun, matur nuwun.



[pasrah penganten]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Kanthi linambaran pepayung budi rahayu saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Gusti, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng kawula lan panjenengan sadaya.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur kawula piniji minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan [kawula kadhawuhan nglarapaken putra calon temanten kakung mugi katur panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa].
Panjenenganipun Bapa B ingkang jumeneng hangembani wuwus minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan ingkang winantu sagunging pakurmatan. Wondene menggah wigatosing sedya sowan kawula wonten ngarsa panjenengan, ingkang sepisan: ngaturaken sewu agenging kalepatan dene panjenenganipun Bapa X boten saged hanindakaken piyambak masrahaken putranipun calon temanten kakung, kapeksa namung saged ngaturaken salam taklim Bapa X ingkang lumantar kawula mugi katura ing panjenenganipun. Sanget ing pamujinipun, bilih anggenipun mengku karya hanetepi darmaning sepuh hangrakit sekar cepaka mulya hamiwaha putra mahargya siwi, tetepa winengku ing suka basuki.
Jangkep kaping kalih, rehning putra calon temanten kakung pun Bagus Santo, atmaja kakung saking Bapa X sekalihan ingkang pidalem ing Salatiga sampun kelampahan dhaup suci kaliyan Rara Ratih, Kenya siwi saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan, kala wau dinten …………………., surya kaping ………………………, wanci tabuh ……………, mapan ing ………………………….., kanthi nirbaya nir wikara boten wonten alangan satunggal punapa.
Sarehning sampun ndungkap titiwanci tumapaking gati, pramila calon temanten kakung kawula pasrahaken, mugi tumunten katindakna dhaup panggihing temanten. Kawula sapangombyong tansah jumurung ing karsa, sinartan puji donga mugi Gusti tansah ngijabahi dhumateng temanten sarimbit, anggenipun amangun brayat enggal, tansah manggih guyup rukun, atut runtut, ayem tentrem, rahayu ingkang tinuju, bagya mulya ingkang sinedya.
Dene ingkang wekasan, sasampunipun paripurnaning pahargyan, kawula sarombongan pangombyong temanten kakung, keparenga nyuwun pamit saha nyuwun pangestu, mugi-mugi lampah kawula sarombongan manggih wilujeng kalis saking pringga bayaning marga. Salajengipun, hambok bilih anggen kawula hanjejeri minangka talanging basa wonten gunyak-gunyuking wicara, kiranging subasita ingkang singular ing reh tata karma, kawula tansah nyuwun lumunturing sih samodra pangaksama.
Nuwun.
[nampi penganten]
Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.
Kanthi linambaran trapsila ing budi rahayu miwah ngaturaken sewu agunging aksama, inggih awit mradapa keparingipun Bapa Y sekalihan, kawula piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan lumantar panjenganipun Bapa A.
Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa papindhan dene lampah panjenengan sampun kasembadaning karya kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget ketampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun badhe kadang besan lumantar panjenengan kawula tampi, salajengipun dhumawaha sami-sami.
Wondene atur pasrah paringipun sarana jejangkeping salaki rabi, kawula tampi kanthi suka bingahing manah, ing salajengipun mangke badhe kawula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sekalihan garwa. Mboten kekilapan Bapa Y sekalihan namung ngaturaken agenging panuwun menggah sedaya peparinganipun badhe kadang besan sutresna, pratandha yekti kasoking katresnan dhumateng Bapa Y sekalihan, mugi dadosa sarana raketing kekadangan, sami-sami netepi darmaning sepuh anggennya ngentas pitulus putra pinaringan raharja mulya.
Namung semanten panampi saking Bapa Y sekalihan garwa lumantar kawula, ngaturi uninga bilih menawi sampun dumugi wahyaning mangsa kala tumapaking ijab/panggih, kasuwun panjenenganipun Bapa X sekalihan wontena suka lilaning penggalih hanjenengi paring pudyastuti murih rahayuning sedya.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kuciwaning bojakrami anggen Bapa Y sekalihan garwa hanampi menggah ing rawuh panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kawula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara, kiranging subasita ingkang singular ing reh tata krama, kawula tansah nyuwun lumunturing sih samodra pangaksama.
[atur pambagyaharjo]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Punapa dene panjenenganipun para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kula cuman-thaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Kula minangka talanging basa [duta saraya sulih sarira] saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan kanthi suka bingahing manah ngaturaken pambagya wilujeng sarta agunging panuwun ingkang tanpa pepindhan katur sagung para tamu ingkang sampun kersa hangrawuhi pahargyan punika.
Sumangga kula derekaken sesarengan manungku puja-puji-santhi wonten ngarsaning Gusti Ingkang Maha Suci, dene hajatipun Bapa Y sekalihan anggenipun hamengku gati, ndaup-aken putranipun ingkang sesilih N sampun kalampahan dhaup kaliyan bagus M putra kakungipun Bapa X, rikala dinten …………….. surya kaping ……………… wanci tabuh ……………. wonten ing …………………….., kanthi wilujeng nir ing sambekala.
Kaleksananing pahargyan punika karana sih pambyantunipun para sanak kadang, pawong mitra, tangga tepalih saha para tamu ingkang sampun kepareng paring pisumbang awujud punapa kemawon, ingkang sanyata saged hangentengaken sesanggeman. Ingkang punika panjenenganipun Bapa Y sekalihan ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan. Mugi sih kadarman panjenengan sami dadosa sarana sih sutresna, saengga pikantuka leliru ingkang satraju miwah bebingah ingkang malimpah-limpah.
Bapa Y sekalihan neda sih panarima panjenengan sami, kersaa paring donga pamuji pangastuti. Mugi-mugi sri penganten sekalihan sageda ngleksanani kekudanganipun para pinisepuh, sageda atut runtut dumugining kaken kaken lan ninen ninen, rahayu widada kalis ing sambekala. Mugi-mugi sri penganten sekalihan enggal pinaringan momongan ingkang bekti dhumateng Gusti, rama ibunipun, lan para pinisepuhipun, sageda mikul dhuwur mendhem jero labuh labet dhateng negari lan bangsanipun murakabi dhumateng bebrayan agung.x
Minangka pungkasaning atur. Hambok bilih wonten kekiranganipun Bapa Y sekalihan anggen hanampi ing menggah rawuhipun panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging basa, hambok bilih wonten gunyak-gunyuking wicara cawuh kliruning basa kisruhing paramasatra, wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata karma, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Rahayu, rahayu ingkang sarwi ginayuh. Nuwun




[ngunduh manten]
Nuwun, kulanuwun. Panjenenganipun para pepundhen, para sesepuh, para pinisepuh ingkang hanggung mastuti dhumateng pepoyaning kautamen, ingkang pantes pinundhi-pundhi saha kinabekten. Para tamu kakung sumawana putri ingkang dahat kalingga murdaning akrami.
Kanthi pepayung budi rahayu, saha hangunjukaken raos suka syukur dhumateng Gusti, mugi rahayuha sagung dumadi tansah kajiwa kasalira dhumateng kawula lan panjenengan sadaya.
Amit pasang aliman tabik, mugi tinebihna ing iladuni myang tulak sarik, dene kawula cumanthaka sowan mangarsa hanggempil kamardikan panjenengan ingkang katemben wawan pangandikan. Inggih awratipun hamestuti jejibahan luhur kawula piniji minangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, kawula kadhawuhan ngundhuh putra temanten putri mugi katur panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa.
Panjenenganipun Bapa B ingkang jumeneng hangembani wuwus minangka sulih sarira saking panjenenganipun Bapa Y sekalihan garwa ingkang winantu sagunging pakurmatan. Wondene menggah wigatosing sedya sowan kawula wonten ngarsa panjenengan, ingkang sepisan: ngaturaken sewu agenging kalepatan dene panjenenganipun Bapa X boten saged hanindakaken piyambak ngundhuh putra temanten putri, kapeksa namung saged ngaturaken salam taklim mugi katura ing panjenenganipun Bapa X ingkang lumantar kawula.
Jangkep kaping kalih, ing nguni sampun kadhaupaken Bagus Santo putra kakung Bapa X kaliyan Rr Ratih putra sesilih Bapa Y, rikala …………………………………………….. . Pramila ing kalenggahan punika, Bapa X ngaturaken angsal-angsal miwah upakarti minangka jangkeping tatacara salaki rabi.
Dhumateng panjenenganipun Bapa B dalah pangaraking ngundhuh temanten, katuran pinarak kanthi mardhika miwah hanjenengi sedaya adicara.
Minangka pungkasaning atur, hambok bilih wonten kekiranganipun Bapa X anggenipun ngaturaken angsal-angsal dalah upakarti, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging atur, hambok bilih anggen kula matur wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Nuwun.
[nampi ngunduh manten]
Nuwun, kulanuwun. Dhumateng panjenenganipun Bapa A ingkang piniji hangembani wuwus, mangka duta saraya sulih sarira saking panjenenganipun Bapa X sekalihan garwa ingkang pantes katuran sagunging pakurmatan.
Kanthi linambara trapsila ing budi, miwah ngaturakan sewu agunging aksama, inggih awit mradapa keparengipun Y kaliyan garwa, kula Untung saking Rejomulyo Semarang, piniji minangka talanging basa, kinen hanampi menggah wosing gati lekasing sedya ingkang luhur saking panjenenganipun Bapa X sekalihan, lumantar panjenenganipun Bapa A.
Minangka purwakaning atur, ngaturaken sugeng rawuh saha ngaturaken gunging panuwun ingkang tanpa pepindhan dene lampah panjengan sampun kasembadaning karya, kanthi wilujeng nirbaya nirwikara boten wonten pringga bayaning marga.
Sanget katampi kanthi bingahing manah, atur salam taklim saking panjenenganipun kadang besan lumantar panjenengan kula tampi, mugi dhumawaha sami-sami. Sadaya SIH pisumbang salajengipun bade kula aturaken wonten ngarsanipun Bapa Y sarimbit, mugi-mugi awit saking pangestunipun, sageda handayani anggenipun mengku karya.
Sadaya peparingipun kadang besan katampi. Semanten ugi, inggih ngundhuh manten katampi, kanthi suka renaning penggalih. Mugi-mugi anggenipun mbangun bale wisma enggal tansah manggih bagya mulya ingkang sinedya, rahayu ingkang tinuju, basuki ingkang kaesthi, miwah tansah gagah ingkang jinangkah.
Dhumateng panjenenganipun Bapa A dalah pangaraking ngundhuh temanten, katuran pinarak kanthi mardhika saperlu hanjenengi sedaya adicara.
Minangka puputing atur, menawi wonten kuciwaning boja krami, anggen kula hangacarani menggah ing rawuh panjenengan sami, mugi lumeberna sih samodra pangaksami. Semanten ugi, kula minangka talanging basa, hambok bilih anggen kula matur wonten kiranging subasita ingkang singlar ing reh tata krama, kupat janure klapa menawi lepat nyuwun pangapura.
Nuwun.
PAWIWAHAN JUMENENG
Para tamu kakung miwah putri ingkang winantu ing karahayon.
Nuwun, ngaturi uninga bilih Bapa Sutarno sakulawangsa ngambali sugeng rawuh kairing atur panuwun ingkang tanpa upami, dene Bapa/Ibu Siswanto sampun kepareng rawuh paring berkah pangestu dhateng putra temanten kekalih, inggih Adimas Santo lan Dhiajeng Ratih ing wiwawahan jumeneng wekdal punika. Saksampunipun paring berkah pangestu kanthi jawat asta saha paring pangandika, ing salajengipun kersaa para tamu angrahabi/ angresepi pasugatan prasaja kanthi mardika, inggih punika kanthi cara prasmanan ing papan ingkang kasamektakaken. Sumangga, nuwun.
Para tamu kakung miwah putri ingkang sinudarsana.
Bapa Sutarno sakulawangsa saestu bombong ing manah, pramila sanget2 ngaturaken agenging panuwun dhumateng para tamu kakung putri ingkang sampun kersa rawuh saha paring berkah pangestu. Saksampunipun angrahabi/angresepi pasugatan ingkang sarwo prasaja saha wawan pangandikan kaliyan para kadang karuh, menawi kepenggalih cekap, saha ngersakaken kondur, kawula sedaya namung saged ngaturaken sugeng kondur, mugi winantua ing karahayon. Nuwun.



Tuladha Atur Panampi Sowanipun Panganten Sarimbit
(ing upacara Ngundhuh Mantu)
Sinartan atur puji-sokur dhumateng Gusti sang Akarya Jagat awit saking lumintuning kanugrahan ingkang ginadhuh dhumateng kula lan panjenengan sedaya, kula ugi ngaturaken pambagya sugeng rawuh dhumateng kulawarga ageng saking Pacitan ingkang sami ambayangkare sowanipun penganten sarimbit ing griya ngriki, inggih ing dalemipun Bapak Mujiono, ing Samirono.
Tamtu kemawon kulawarga ing Samirono saestu bingah lan bombong dene panjenengan sedaya sampun kasdu pinarak rawuh ing griya ngriki kanthi ujub ngestreni upacara jangkepipun pawiwahan, nun inggih upacara ngundhuh mantu.

Pinangka sesulihipun Bapak Mujiono sagotrah, kula anampi kanthi suka-gumbiraning manah, sowanipun penganten kekalih, Sapto Sutrisno lan Rina Febi Pratiwi ingkang sampun sumene ing dalem Pacitan antawis tigang dinten. Sinaosa dereng jangkep sepasar (gangsal dinten) sampun kaundhuh mandhap dhateng Samirono, mugi kemawon boten andadosaken penggalihanipun Bapak Sumardi sabrayat. Awit mekaten, lare kekalih menika, inggih Sapta lan Rina, sinaosa ketingal kalih nanging estunipun sampun boten kenging winastan kalih, ngemungaken inggih namung setunggal lan tetela sampun manunggal ing talining akrami. Pramila, Sapto samenika boten namung putranipun Bpk. Mujiono lan Ibu Rubiyah, nanging ugi putranipun Bpk. Sumardi lan Ibu Sukini. Mekaten ugi kosokwangsulipun. Rina samenika boten namung putranipun Bpk. Sumardi lan Ibu Sukini, nanging ugi putranipun Bpk. Mujiono lan Ibu Rubiyah. Cethanipun, sampun ical sesebatan putra mantu awit saking tresnanipun tiyang sepuh kekalih dhumateng putra sarimbit.
Kula pitados bilih putra kekalih ugi sanget tresnanipun dhumateng tiyang sepuh sarimbit. Pramila, wonten ing pundi putra kekalih badhe mapan, duka ing Pacitan, duka ing Samirono, menika sampun boten kenging kangge titikan sepinten agengipun katresnaning putra dhumateng tiyang sepuh. Ingkang langkung wigatos, tamtu kemawon inggih ing pundi kemawon paran-tebaning putra kekalih, tansaha pinaringan cahya pitedahing Gusti saengga saged nglampahi gesang ing bebrayan agung kanthi wilujeng, nir ing sambekala: kalis ing rubeda; manggih rahayu; langgeng katresnane; sempulur rejekine; trah-tumerah anak-turune; migunani tumraping liyan.
Mekaten atur panampi kula pinangka sulihing atur Bapak Mujiono sabrayat. Wasana, mangan kupat duduhe santen: sekathahing lepat nyuwun pangapunten; menyang Samirono mampir warung omah ngarep: muga-muga Rina lan Sapto enggal pinaringan anak mbarep.
Nuwun