Orang
yang tidur mendengkur tampak seperti terlelap dengan nyenyak. Namun Dr Huang
Chun Hao menemukan, mereka yang tidur mendengkur mempunyai risiko lebih besar
untuk mengalami penebalan arteri karotis dibanding perokok, penderita obesitas,
dan bahkan dibanding orang-orang yang memiliki kadar kolestrol tinggi.
“Pendengkur
lebih berbahaya dibanding perokok,” kata Huang Chun. Penebalan arteri karotis
dapat mengakibatkan pembuluh darah menebal sehingga fungsinya dalam menyuplai
darah ke daerah leher dan kepala, termasuk otak, terhambat.
Huang
menyatakan mendengkur menjadi tanda berhentinya nafas saat tidur atau sleep
apnea. Hal itu terjadi karena penyempitan saluran pernafasan, sehingga walau
dada naik turun berusaha bernafas, tak ada udara yang dapat mengalir. Akibatnya
oksigen akan turun sepanjang malam. Para ahli sudah menyatakan bahwa sleep
apnea merupakan penyebab utama hipertensi, penyakit jantung, diabetes,
impotensi hinggastroke.
Huang
Chun menyarankan agar paradigma tentang ngorok diubah. Mendengkur selama ini
dianggap sebagai suara yang menganggu bahkan dalam pergaulan ngorok selalu
menjadi lelucon dan tidak membahayakan. “Jika anda menemukan rekan atau kerabat
yang mendengkur, peringatkan. Dengan begitu anda telah menyelamatkan
nyawanya,”kata Huang Chun.
Penelitian
Penelitian
ini menunjukkan bahwa jauh sebelum menjadi sleep apnea, suara dengkuran saja
sudah merupakan tanda bahaya yang tak boleh diabaikan. Para peneliti mengamati
data 913 pasien yang telah diperiksa di klinik gangguan tidur antara Desember
2006 hingga Januari 2012. Setelah diperiksa, dikumpulkan pasien yang mendengkur
tapi tidak menderita sleep apnea.
Secara
keseluruhan, ada 54 orang pasien mendengkur yang dilakukan pengukuran ketebalan
dinding arteri karotis dengan menggunakan ultrasound (USG). Ketebalan arteri
karotis dapat digunakan untuk melihat perkembangan penyakit aterosklerosis
(pengerasan pembuluh darah). Penebalan dinding arteri karotis merupakan tanda
dari penyakit arteri karotis.
Hasilnya,
pasien yang mendengkur memiliki arteri karotis yang lebih tebal
dibanding yang tidak mendengkur. Para peneliti menduga getaran akibat ngoroklah
yang menyebabkan trauma pada pembuluh darah hingga sebabkan peradangan dan pada
akhirnya akibatkan penebalan pembuluh darah.
Penelitian
ini juga mengungkapkan, secara statistik tak terdapat perbedaan yang bermakna
pada penebalan arteri karotis pada pasien dengan atau tanpa risiko-risiko
penyakit jantung-pembuluh darah yang selama ini kita kenal. Faktor-faktor
risiko itu antara lain adalah merokok, diabetes, tekanan darah tinggi atau
kadar kolesterol yang tinggi.
Perawatan
Tahap
pertama perawatan mendengkur adalah dengan mengenali adanya masalah. Keluarga
dan kerabat harus meyakinkan penderita kalau ia mendengkur. Ya, pendengkur
hanya tahu dirinya ngorok jika diberi tahu oleh orang lain.
Untuk
perawatan medis, dimulai dengan pemeriksaan tidur untuk menegakkan
diagnosa. Pemeriksaan di laboratorium tidur tak ubahnya pemeriksaan fungsi
jantung atau pernafasan saja, bedanya ia dilakukan saat tidur. Kenapa saat
tidur? Karena gangguan nafasnya hanya terjadi pada saat tidur.
Setelah
diagnosa ditemukan baru dokter akan menentukan perawatan yang sesuai untuk
kondisi setiap pendengkur. Biasanya menggunakan CPAP, operasi atau oral
appliances.
CPAP
singkatan dari continuous positive airway pressure, berupa sebuah alat yang
dihubungkan ke hidung lewat masker. Perawatannya amat nyaman karena memberikan
kualitas tidur yang maksimal.
Dua
penelitian berbeda di Australia dan Eropa tahun 2003 menunjukkan bahwa setelah
mendengkur dirawat dengan CPAP, risiko pasien menderita penyakit jantung koroner turun hingga
37 persen, sementara risiko stroke turun 56 persen. Sementara penelitian tahun
2004 dan 2005 menunjukkan bagaimana penggunaan CPAP pada pendengkur dengan
diabetes membantu tingkatkan sensitivitas insulin serta kontrol gula darahnya.
SEMOGA INFOERMASI INI DAPAT BERMANFAAT BAGI ANDA